Latar belakang Hambatan Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit TB Paru di Puskesmas Aek Torop Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Micobacterium Tuberculosis TB telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 9 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang pertahun WHO, 1997. Di Negara berkembang kematian ini merupakan 25 dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95 penderita TB paru berada di negara-negara berkembang Kompas, 2003. Di Indonesia TB paru kembali muncul sebagai penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan. Penyakit TB paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil survey kesehatan rumah tangga SKRT tahun 1995 menunjukkan bahwa tuberculosis merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua golongan umur dan nomor satu pada penyakit infeksi. Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus TB Paru dimana sekitar sepertiga penderita terdapat di puskesmas, sepertiga ditemukan di pelayanan rumah sakitklinik pemerintah dan swasta dan sisanya belum terjangkau unit pelayanan kesehatan Depkes RI, 2002 Pada tahun 2006 data jumlah terduga penderita TB paru di Sumatera Utara mencapai 201.691 orang,dengan temuan terduga sebanyak 156,408 orang. Pada tahun 2007 dari jumlah terduga sebanyak 204.171, tetapi terduga yang ditemukan hanya 117,136 orang Antonio, 2008. Sedangkan di wilayah kerja puskesmas Universitas Sumatera Utara Aek Torop tahun 2008 jumlah penduduk mencapai 34.329 orang, dari jumlah tersebut estimasi terduga penderita TB paru sejumlah 3432 orang dengan estimasi BTA Positif 343 orang penderitatahun. Dengan melihat tingginya angka kejadian infeksi TB paru di masyarakat, maka pemerintah melakukan berbagai upaya melalui program pemberantasan TB paru. Program pemberantasan TB paru di Indonesia dilakukan oleh direktorat Tuberculosis, yang berada dibawah naungan direktorat Pemberantasan Penyakit Menular Langsung P2ML, ditjen PPM dan PLP Depkes RI. Tujuan pelaksanaan program penanggulangan penyakit TBC meliputi tujuan jangka panjang yaitu menurunkan angka kesakitan dan angka kematian dengan cara memutuskan rantai penularan, sehingga penyakit TBC tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Melalui program ini diharapkan tercapainya angka kesembuhan minimal 85 dari semua penderita baru BTA positif yang ditemukan dan tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap pada tahun 2005 dapat mencapai 70 dari perkiraan semua penderita baru BTA positif Depkes RI, 2002. Akan tetapi pencapaian tersebut belum dapat dilakukan secara optimal. Dilaporkan bahwa dalam pelaksanaan program pemberantasan TB paru beberapa faktor yang menjadi hambatan, yaitu hambatan medik dan hambatan non medik Yunus, 1992. Faktor medik mengenai penyakit dan obat-obatannya, dimana pemakaian obat anti TB yang memakan waktu 6 bulan menyebabkan penderita bosan dan berhenti makan obat Aditama, 2002, tidak jarang pula setelah makan obat selama dua sampai tiga bulan gejala penyakit hilang dan penderita Universitas Sumatera Utara menghentikan makan obat Aditama, 2002. Hambatan non medik yaitu faktor sosial budaya seperti menganggap bahwa penyakit TB sebagai suatu mistik Yunus, 1992. Anggapan seperti ini mempengaruhi penderita untuk tidak mau berobat ke puskesmas karena menganggap bahwa obat medis tidak mampu menyembuhkan penyakitnya. Dari latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini perlu dilakukan untuk mengidentifikasi hambatan- hambatan pelaksanaan program pengobatan TB paru di wilayah kerja puskesmas Aek Torop kecamatan Torgamba.

2. Tujuan Penelitan