Anak Penderita Autis Berdasarkan Ada Tidaknya Gangguan Berkomunikasi Anak Penderita Autis Berdasarkan Ada Tidaknya Gangguan Tingkah Laku

mungkin dikarenakan, anak autis yang dijadikan sampel penelitian telah melakukan terapi yang intensif. Sama dengan hasil penelitian ini, selain kontak mata, penelitian yang dilakukan oleh Salomon 2008 juga menunjukkan bahwa anak autis memiliki interaksi sosial yang buruk. Hal-hal yang diamati mencakup bermain dengan teman sebaya, menggunakan bahasa non-verbal, kemampuan bekerja sama dengan teman sebaya, berempati dan berbagi dengan sekitar menunjukkan adanya regresi yang signifikan jika dibandingkan dengan kelompok pembanding yang merupakan anak non-autis.

5.2.4. Anak Penderita Autis Berdasarkan Ada Tidaknya Gangguan Berkomunikasi

Berdasarkan ada tidaknya gangguan berkomunikasi, hasil yang didapat yaitu anak yang memiliki kebiasaan ekolalia yaitu 34,4 dan anak yang mampu berbicara sesuai dengan tahap perkembangannya hanya 13,8 tabel 5.4.. Paul 1987 dalam Davidson 2006, menjelaskan sekitar 50 anak penderita autis tidak pernah belajar berbicara sama sekali. Namun pada mereka yang belajar berbicara, bicaranya mencakup berbagai keanehan termasuk ekolalia. Namun hal ini dapat menghilang seiring kemampuan berbahasanya melalui pelatihan yang intensif. Penelitian yang dilakukan oleh Baird 2008, 30 anak menunjukkan keterlambatan kemampuan berbicara sesuai dengan tahap perkembangannya dan 8 dari 30 tersebut menunjukkan kemampuan berbahasa yang sangat buruk. Seperti yang dijelaskan oleh Paul 1987 dalam Davidson 2006, kelemahan komunikasi dapat menjadi penyebab kelemahan sosial pada anak penderita autis dan bukan sebaliknya. Meskipun demikian, sekalipun anak mereka telah belajar berbicara sering kali kurang memiliki spontanitas verbal dan jarang berekspresi secara verbal serta pengguanaan bahasa mereka tidak selalu tepat.

5.2.5. Anak Penderita Autis Berdasarkan Ada Tidaknya Gangguan Tingkah Laku

Berdasarkan ada tidaknya gangguan tingkah laku, hasil yang didapat yaitu anak yang memiliki kebiasaan atau ritual tertentu yang tidak normal yang harus dilakukan setiap hari yaitu 41,4, anak yang mampu mengguanakan mainan sesuai dengan fungsinya sebanyak 55,2, anak yang mempunya kebiasaan temper tantrum yaitu sebanyak 37,9, anak yang mempunya kecenderungan menyakiti diri sendiri sebanyak 17,20 dan anak yang memiliki tingkah laku stereotip dan repetitif sebanyak 27,6 tabel 5.5.. Kebiasaan atau ritual yang tidak normal yang harus dilakukan setiap hari dan akan sangat marah jika kebiasaan itu tidak dilakukan atau bahkan berubah, merupakan kebiasaan anak yang sering muncul di awal masa sekolah yaitu antara umur 6-10 tahun Davidson, 2006. Pada penelitian kali ini, kebiasaan yang terlihat saat observasi yaitu jongkok disudut kelas tiap jam 11 selama 10 menit, menjentik-jentikkan jari setiap mendengar dentingan jam yang berbunyi setiap jam, menatap sangat lama kipas angin atau benda berputar dan peneliti juga mendapat informasi dari terapis bahwa beberapa anak juga mempunya kebiasaan menggosok gigi setiap jam 9 malam dan akan sangat marah jika ternyata dia tahu dia belum gosok gigi padahal sudah lewat jam 9 malam. Bauminger 2008 juga meneliti ketidakmampuan anak autis dalam menggunakan mainan sesuai dengan fungsinya dan mendapatkan hasil yang tidak terlalu bermakna. Pada penelitian ini, saat observasi peneliti mendapat ada 44,8 anak yang tidak mampu menggunakan mainan sesuai dengan fungsinya misalnya saat diberikan sebuah crayon warna, anak tersebut langsung menghancurkannya dan membuang krayon dengan sembarangan. Perilaku temper tantrum dan kecenderungan menyakiti diri sendiri merupakan gangguan tingkah laku yang paling meresahkan orang tua yang memiliki anak penderita autis. Penelitian yang dilakukan oleh West 2009, menyebutkan bahwa sekitar 17 anak autis mengalami depresi yang diungkapkan dengan cara kecenderungan menyakiti diri sendiri dan adanya perilaku temper tantrum. Atau dengan istilah yang lain, mereka menyebutnya dengan sebutan mood disorder. Beberapa penelitian sering menyebutkan bahwa adanya kebiasaan anak autis berupa gerakan aneh yang diulang-ulang stereotip dan repetitif sering diartikan sebagai gangguan neurologi Williams, 2008. Hasil yang tidak berbeda didapatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Goldman 2009, dimana 44 anak mempunyai kebiasaan kebiasaan berupa gerakan-gerakan aneh yang diulang-ulang dan harus dilakukan setiap hari. Namun penelitian ini tidak menerangkan gerakan aneh seperti apa yang dimaksud. Pada penelitian kali ini, saat observasi terlihat gerakan aneh tersebut berupa menggerakkan kepala ke kiri terus menerus sesering mungkin dan mengedip- ngedipkan mata.

5.2.6. Distribusi Umur Bedasarkan Gangguan Interaksi Sosial, Berkomunikasi dan Tingkah Laku