F. Jenis-Jenis Kredit dan Bentuk Perjanjian Kredit Bank
Pada suatu kehidupan perekonomian di dalam masyarakat terdapat bermacam-macam kegiatan usaha yang dilakukan oleh manusia, salah satunya
kegiatan dunia perbankan yang mengeluarkan bermacam-macam fasilitas kredit dengan tujuan untak melayani kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, bank
berkewajiban untuk mengetahui dengan benar jenis-jenis kredit yang mana yang paling tepat untuk membantu kegiatan usaha dari para pelaku ekonomi.
Secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi adalah:
18
1. Dilihat dari segi kegunaannya
Segi kegunaannya adalah untuk melihat penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan atau hanya kegiatan tambahan. Jika ditinjau dari
segi kegunaan terdapat dua jenis yaitu : a.
Kredit investasi, yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyekpabrik baru di mana masa
pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
b. Kredit modal kerja, merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya
lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
18
Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007, hal 76
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu kredit, apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi. Jenis
kredit dilihat dari segi tujuannya adalah : a.
Kredit produktif, kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang
atau jasa. Artinya kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan suatu baik berupa barang maupun jasa.
b. Kredit konsumtif, merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi
atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai
oleh seseorang atau badan usaha. c.
Kredit perdagangan, merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang
pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan
yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu. 3.
Dilihat dari segi jangka waktu Dari segi jangka waktu, artinya lamanya masa pemberian kredit mulai dari
pertama sekali diberikan sampai masa pelunasannya, jenis kredit ini adalah : a.
Kredit jangka pendek, kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya
digunakan untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit jangka menengah, jangka waktu kreditnya berkisar antara satu
tahun sampai dengan tiga tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.
c. Kredit jangka panjang, merupakan kredit yang masa pengembaliannya
paling panjang yaitu di atas tiga tahun atau lima tahun. 4.
Dilihat dari segi jaminan, maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal
senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit dilihat dari segi jaminan adalah : a.
Kredit dengan jaminan, merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau
tidak berwujud. b.
Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek
usaha, karakter serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
5. Dilihat dari segi sektor usaha
Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh karena itu pemberian fasilitas kredit berbeda pula. Jenis kredit jika dilihat dari sektor
usaha sebagai berikut : a.
Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat.
b. Kredit peternakan, dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka waktu yang
relatif pendek.
c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri pengolahan baik untuk
industri kecil, menengah atau besar. d.
Kredit pertambangan, yaitu jenis kredit untuk usaha tambang yang dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak
atau tambang timah. e.
Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk mahasiswa yang
sedang belajar. f.
Kredit profesi, diberikan kepada kalangan para professional seperti, dosen, dokter atau pengacara.
g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau
pembelian perumahan. Bentuk perjanjian kredit tidak diatur dan ditentukan dalam Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998, dengan demikian pemberian kredit oleh bank dapat dilakukan secara tertulis. Dalam praktek perbankan, guna mengamankan
pemberian kredit atau pembiayaan, umumnya perjanjian kredit dituangkan dalam bentuk tertulis dan perjanjian baku standard contract. Perjanjian kredit bank
dapat dibuat secara di bawah tangan atau secara notarial.
19
a. Instruksi Presidium Kabinet No. 15EK10 tanggal 13 Oktober 1996 jo Surat
Edaran Bank Negara Indonesia Unit I No. 2539UPKPem. Praktek perbankan yang demikian ini didasarkan pada ketentuan sebagai
berikut:
19
Jopie Jusuf, Kriteria Jitu Memperoleh kredit bank, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2003, hal ,165
b. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Regulasi tersebut sebagian besar
diwujudkan dalam bentuk Surat Edaran dan Surat Keputusan Direksi BI. Aturan-aturan tersebut antara lain :
1 SK BI 3011KEPDIR1997 Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank.
2 SK BI 3012KEPDIR1997 Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat. 3
SK BI 3046KEPDIR1997 Pembatasan Pemberian Kredit oleh Bank Umum untuk Pembiayaan Pengadaan danatau Pengolahan Tanah.
4 SE BI 3116UPPB1998 Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum
5 SE BI 3117UPPB1998 Posisi Devisa Neto Bank Umum.
6 SE BI 3118UPPB1998 Pemantauan Likuiditas Bank Umum.
7 SK BI 31148KEPDIR1998 Pembentukan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif. 8
SK BI 331178KEPDIR 1998 Posisi Devisa Neto Bank Umum. 9
SK BI 30267KEPDIR Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, dan Terakhir.
10 PER BI 216PBI2000 Perubahan SK DIR BI 3177KEPDIR1998
Tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit. 11
PER BI 310PBI2001 Prinsip Mengenal Nasabah. 12
PER BI 321PBI2001 Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank. 13
PER BI 322PBI2001 Transparansi Kondisi Umum Bank. 14
PER BI 625PBI2004 Rencana Bisnis Bank Umum. 15
PER BI 7 2PBI2005 Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.
16 PER BI 73PBI2005 Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum.
17 PER BI 74PBI2005 Prinsip Kehati-Hatian Dalam Aktivitas.
18 Sekuritisasi Aset Dengan Bank Umum.
Harus sudah memastikan bahwa seluruh aspek yuridis yang berkaitan telah dipenuhi dan memberi perlindungan yang memadai kepada bank, sehingga bank
tidak dirugikan dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank terjamin dengan sebaik-baiknya.
Perjanjian baku mempunyai kekuatan mengikat, berdasarkan kebiasaan gebruik yang berlaku di lingkungan masyarakat dan lalu lintas perdagangan.
Perjanjian kredit yang dibuat baik dengan akta di bawah tangan maupun dengan akta notaris, pada umumnya dibuat dalam bentuk perjanjian baku, yaitu bank dan
debitur menandatangani perjanjian yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh bank. Dalam praktek perjanjian kredit dengan akta notaris, oleh bank meminta notaris
membuat akta dengan pedoman klausul-klausul dari model perjanjian kredit yang diinginkan oleh bank yang bersangkutan.
20
Perjanjian ini tentunya memuat klausul-klausul yang cenderung hanya memperhatikan perlindungan bagi kepentingan kreditur atau bank dan kurang
memperhatikan perlindungan bagi kepentingan debitur. Perjanjian kredit tentunya berbeda dengan perjanjian baku pada umumnya, mengingat bahwa bank bukan
hanya mewakili dirinya sebagai suatu perusahaan tetapi juga mengemban beban kepentingan masyarakat penyimpan dana dan selaku bagian dari sistem moneter.
Mengingat hal tersebut maka tidak dapat dianggap bertentangan dengan ketertiban
20
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Baku Standard Perkembangannya di Indonesia,dalam Beberapa Guru Besar Berbicara tentang Hukum dan Pendidikan Hukum
Kumpulan Pidato Pengukuhan, Edisi revisi, Bandung: Alumni, 2001, hal 106
umum dan keadilan apabila dalam perjanjian kredit dimuat klausul yang dimaksudkan hanya untuk mempertahankan atau melindungi eksistensi bank atau
bertujuan untuk melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang moneter.
G. Prinsip-Prinsip dalam Pemberian Kredit