Pengertian Kontrak Secara Umum Pengertian Kontrak Menurut KUHPerdata

BAB II KONTRAK DAN PENGADAAN BARANG DAN JASA

A. Pengertian Kontrak Menurut Hukum di Indonesia

1. Pengertian Kontrak Secara Umum

Berdasarkan definisinya, kontrak dapat diartikan sebagai perjanjian secara tertulis antara 2 dua pihak dalam perdagangan, sewa-menyewa, dan sebagainya.Menurut Henry dalam Sukarmi :2008 kontrak adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan promissory agreement diantara 2 dua atau lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum. 10

2. Pengertian Kontrak Menurut KUHPerdata

Dari pengertian singkat diatas dapat diartikan pengertian kontrak merupakan suatu hubungan yang mengikat antara pihak satu dan pihak lainnya berdasarkan kesepakatan yang diperjanjiakan kedua belah pihak. Istilah kontrak merupakan kesepadanan dari istilah contract dalam bahasa inggris, namun bukan merupakan istilah yang asing. Misalnya, dalam hukum kita sudah lama mengenal istilah “Kebebasan Berkontrak”,bukan kebebasan “berperjanjian”, “berperhutangan”, atau “berperikatan”. Oleh karena itu dalam konteks tulisan ini tidak membedakan antara kontrak dan perjanjian, keduanya mengandung pengertian yang sama. Suatu kontrak atau perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu kata sepakat, kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal, sebagaimana ditentukan dalam pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. 10 Sukarmi,cyber law : Kontrak Elektronik dalam Bayang-Bayang Pelaku Usaha, Pustaka Sutra, hal. 26. 12 Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya. Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih 1313KUHPerdata. Definisi perjanjian yang terdapat diatas adalah tidak lengkap, dan pula terlalu luas. Tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian sepihak saja. Terlalu luas karena dapat mencapkup hal-hal yang mengenai janji kawin, yaitu perbuatan di dalam lapangan hukum keluarga yang menimbulkan perjanjian juga, namun istimewa sifatnya karena dikuasai oleh ketentuan- ketentuan terrsendiri sehingga Buku ke III KUHPerdata secara langsung tidak berlaku terhadapnya juga mencakup perbuatan melawan hukum, sedang di dalam perbuatan melawan hukum ini tidak ada unsur persetujuan. Pada umumnya perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu, dapat dibuat secara lisan dan andaikata dibuat secara tertulis maka ini bersifat sebagai alat bukti apabila terjadi perselisihan. 11 1. Menyerahkan suatu barang; Adapun yang dimaksud dengan “perikatan” oleh buku III B.W itu, ialah : Suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara dua orang, yang memberi hak yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari lainnya, sedangkan orang yang lainnya ini di wajibkan memenuhi kewajiban itu. Adapun sesuatu yang dapat di tuntut yang dinamakan “prestasi”,yang menurut undang-undang dapat berupa : 11 ELIPS,1998, Program Kerjasama:Proyek ELIPS Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Hukum Kontrak di Indonesia,Seri Dasar Hukum Ekonomi 5,hal.14-15. 2. Melakukan suatu perbuatan 3. Tidak melakukan suatu perbuatan. 12 Mengenai sumber-sumber perikatan, oleh undang-undang diterangkan, bahwa suatu perikatan dapat lahir dari suatu persetujuan perjanjian atau dari undang-undang. Perikatan yang lahir dari undang-undang dapat dibagi lagi atas perikatan-perikatan yang lahir dari undang-undang saja dan lahir dari undang- undang karena suatu perbuatan orang. Dalam pasal 1338 B.W, menetapkan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara sah “berlaku sebagai undang-undang”untuk mereka yang membuatnya. Kalimat itu dimaaksudkan, tidak lain, bahwaa suatu perjanjian yang dibuat secara sah – artinya tidak bertentangan dengan undang-undang yang mengikat kedua belah pihak. Dalam suatu kontrakperjanjian pada umumnya tidak dapat ditarik kembali, kecuali dengan persetujuan kedua belah pihak atau berdasarkan alasan- alasan yang ditetapkan oleh undang-undang. Selanjutnya pada pasal 1338 ini ditetapkan bahwa semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Maksudnya, bahwa cara menjalankan suatu perjanjian tidak boleh bertentangan dengan kepatutan dan keadilan. 13 12 Subekti, pokok-pokok hukum perdata, cetakan XXXII, penerbit PT. Intermasa, hal 122- 123. 13 Ibid hal 139 Walaupun bukan merupakan addendum perjanjian, namun sepanjang telah disepakati oleh para pihak, maka perjanjian itu mengikat para pihaknya sebagai undang-undang sebagaimana yang telah di atur dalam pasal 1338 KUHPerdata, yaitu sesuatu yang dibuat secara sah mengikat para pihak sebagai undang-undang. Adapun unsur-unsur yang tercantum dalam hukum perjanjiankontrak dapat di kemukakan sebagai berikut : a. Adanya kaidah hukum Kaidah hukum perjanjian dapat terbagi menjadi dua macam, yakni tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurispudensi. Sedangkan kaidah hukum perjanjian tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukumyang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat, seperti : jual beli lepas, jual beli tahunan, dan lain sebagainya. Konsep-konsep hukum ini berasal dari hukum adat. b. Subjek hukum Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Dalam hal ini yang menjadi subjek hukum dalam huum kontrak adalah kreditur dan debitur. c. Adanya Prestasi Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban debitur. Suatu prestasi umumnya terdiri dari beberapa hal sebagai berikut: memberikan sesuatu:berbuat sesuatu:tidak berbuat sesuatu. d. Kata Sepakat Didalam pasal 1320 KUHPerdata ditentukan empat syarau sahnya perjanjian seperti dimaksud diatas, dimana salah satunya adalah kata sepakat konsensus. Kesepakatan ialah persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak. e. Akibat Hukum Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Pengertian perjanjian sebagai kesepakatan yang dibuat oleh para pihak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. 14 Dalam setiap perjanjiankontrak perlu diperhatikan pengaturan tentang objek objek perjanjian, pada ketentuan Pasal 1333 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa barang yang menjadi objek perjanjian, paling tidak harus dapat ditentukan jenisnya. Mengenai jumlahnya tidak perlu sudah pasti pada saat kontrak dibuat, tetapi yang penting dapat dihitung kemudian. Karena jumlah barang dalam out put contract dan requirment contract dapat dihitung kemudian pada saat pelaksanaan perjanjian, maka legalitas out put contract dan requirment contract dapat diterima berdasarkan ketentuan Pasal 1333 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Namun demikian asas itikad baik selalu harus diperhatikan juga dalam pelaksanaan perjanjian sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata. 15 Pengaturan tentang kontrak pengadaan barang dan jasa juga diatur mulai dari pasal 1601 KUHPerdata sampai dengan pasal 1614 KUHPerdata. Orang yang melakukan kontrak pengadaan barang dan jasa dapat di sebut juga sebagai pemborongan kerja, jadi dalam melakukan kontrakperjanjian kontrak pengadaan barang dan jasa terdapat perjanjian pemborongan kerja. Perjanjian permborong kerja ialah Pasal 1601b Suatu persetujuan bahwa pihak kesatu, yaitu 14 Salim, H.S, “Hukum Kontrak: Teori Teknik Penyusunan Kontrak,” Cet. II, Jakarta:Sinar Grafika, 2004, hal. 4 15 Suharnoko,.Hukum Perjanjia nTeori dan AnalisisKasus.hal 14-15 pemborong, mengikat diri untuk menyelesaikan suatu pekerjaan bagi pihak lain, yaitu pemberi tugas, dengan harga yang telah ditentukan. 16

B. Dasar Hukum Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa di Indonesia