juga masyarakat dan elemen masyarakat yang juga memiliki preferensi kuat dorongan publik atas dinasti. Studi tentang budaya politik familisme sendiri layak dikembangkan
kedalam penelitian sosial dan politik yang membahas dinasti politik dalam studi kasus di tingkat kabupaten dan kota.
2.3 Modal Sosial
Konsep modal sosial social capital diperkenalkan Putnam 1993 sewaktu meneliti Italia pada tahun 1985.Masyarakat, terutama di Italia Utara, memiliki kesadaran
politik yang sangat tinggi, karena tiap individu punya minat besar untuk terlibat dalam masalah politik.Hubungan antara masyarakat lebih bersifat horizontal, karena semua
masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Sementara itu, Putnam prihatin atas kecenderungan runtuhnya jalinan sosial masyarakat Amerika. Adanya televisi memberikan
kontribusi bagi terciptanya “cuch potato syndrome” atau disebut juga cerminan hidup yang individual. Jadi kebiasaan orang Amerika “nongkrong” didepan layar televisi berjam-jam
sebagai cerminan hidup yang sangat individualistic. Konsep modal sosial juga muncul dari pemikiran bahwa anggota masyarakat tidak
mungkin dapat secara individu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Diperlukan adanya kebersamaan dan kerja sama yang baik dari segenap anggota masyarakat yang
berkepentingan untuk mengatasi masalah tersebut. Pemikiran seperti ini lah yang pada awal abd ke 20 mengilhami seorang pendidik Amerika Serikat bernama Lyda Judson
Hanifan untuk memperkenalkan konsep modal sosial social capital pertama kalinya. Robert Putnam mendefenisikan modal sosial sebagai suatu nilai mutual trust
kepercayaan antara anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnya. Modal sosial merupakan institusi sosial yang melibatkan jaringan network, norma-norma
norms dan kepercayaan sosial social trust yang mendorong kolaborasi sosial untuk
kepentingan bersama.Lebih jauh Putnam memaknai asosiasi horizontal tidak hanya yang member hasil pendapatan yang diharapkan melaikan juga hasil
tambahan. http:eprints.uny.ac.id87903BAB20220-2008413244020.pdf tanggal 5 des 14 18:09
Pierre Bourdieu, seorang sosiolog Perancis dalam sebuah tulisannya berjudul “The Forms of Capital” tahun 1986 mengemukakan bahwa untuk dapat memahami dan cara
berfungsinya dunia sosial, perlu dibahas modal dalam segala bentuknya, tidak cukup hanya membahas modal seperti yang dikenal dalam teori ekonomi. Perlu juga diketahui bentuk
transaksi yang dalam teori ekonomi diangggap sebagai non-ekonimi, karena tidak dapat secara langsung memaksimalkan keuntungan material. Padahal sebenarnya dalam setiap
transaksi modal ekonomi selalu disertai oleh modal inmaterial berbentuk modal budaya dan modal sosial. Bordieu menjelaskan perbedaan antara modal ekonomi, modal sosial dan
modal budaya, dan menggambarkan bagaimana ketiganya dapat dibedakan antara satu sama lain dilihat dari tingkat kemudahannya untuk dikonveksikan. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa modal sosial social capital merupakan fasilitator penting dalam pembangunan ekonomi. Modal sosial yang dibentuk berdasarkan kegiatan ekonomi dan
sosial dimasa lalu dipandang sebagai faktor yang dapat meningkatkan dan jika digunakan secara tepat mampu memperkuat efektivitas
pembangunan. http:eprints.uny.ac.id87903BAB20220-2008413244020.pdf
tanggal 5 Desember 2014 pukul 18:09 Fukuyama 1997 menjelaskan bahwa modal sosial adalah serangkaian nilai-nilai
atau norma-norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerja sama diantara mereka.
Analisis modal sosial salah satunya dapat digunakan untuk mencermati:
a. Hubungan sosial, merupakan bentuk komunikasi bersama melalui hidup
berdampingan sebagai interaksi antar individu. b.
Adat dan nilai budaya lokal yang menjunjung tinggi kebersamaan, kerja sama, dan hubungan sosial dalam masyarakat
c. Toleransi merupakan salah satu kewajiban moral yang harus dilakukan setiap orang
ketika berada hidup bersama orang lain. d.
Kesediaan untuk mendengar berupa sikap menghormati pendapat orang lain. e.
Kejujuran menjadi salah satu hal pokok dari keterbukaantransparansi untuk kehidupan yang lebih demokraris.
f. Kearifan lokal dan pengetahuan lokal sebagai pendukung nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat. g.
Jaringan sosial dan kepemimpinan sosial yang terbentuk berdasar kepentinganketertarikan individu secara prinsippemikiran dimana kepemimpinan
sosial terbentuk dari kesamaan visi, hubungan personal atau keagamaan. h.
Kepercayaan merupakan hubungan sosial yang dibangun atas dasar rasa percaya dan rasa memiliki bersama.
i. Kebersamaan dan kesetiaan berupa perasaan ikut memiliki dan perasaan menjadi
bagian dari sebuah komunitas. j.
Tanggung jawab sosial merupakan rasa empati masyarakat terhadap upaya perkembangan lingkungan masyarakat.
k. Partisipasi masyarakat berupa kesadaran diri seseorang untuk ikut terlibat dalam
berbagai hal berkaitan dengan diri dan lingkungan.
l. Kemandiriaan berupa keikut sertaan masyarakat dalam pengambilan keputusan.
2.3.1 Kepercayaan trust sebagai Modal Sosial
Dalam terminologi sosiologi, konsep kepercayaan dikenal dengan trust. Fukuyama berpendapat bahwa trust kepercayaan merupakan dasar dalam sebuah tatanan sosial
“komunitas-komunitas” tergantung kepada kepercayaan timbal balik akan muncul secara spontan. Trust kepercayaan merupakan salah satu unsur dari modal sosial. Trust
kepercayaan menjadi unsure yang penting dalam modal sosial yang merupakan perekat bagi langgengnya hubungan dalam kelompok masyarakat. Dengan menjadi suatu
kepercayaan orang-orang bisa bekerjasama secara efektif. Kepercayaan merupakan hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang
mengandung harapan yang menguntungkan salah satu belah pihak melalui interaksi sosial. Lawang menyimpulkan inti konsep kepercayaan sebagai berikut:
a. Hubungan sosial antara dua orang atau lebih, termasuk dalam hubungan ini ada
institusi, yang dalam pengertian ini diwakili orang. b.
Harapan yang ada akan tergantung dalam hubungan ini, yang kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak.
c. Interaksi yang memungkinkan hubungan dan harapan itu berwujud Damsar,
2009:186 2.3.2
Jaringan Sosial social network sebagai Modal Sosial social capital
Jaringan adalah ikatan antara simpul orang atau kelompok yang dihubungkan dengan media hubungan sosial. Hubungan sosial ini diikat dengan kepercayaan.
Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak. Ada kerja
antar simpul orang atau kelompok yang melalui media hubungan sisal menjadi satu kerjasama, bukan kerja bersama-sama. Seperti halnya sebuah jaringan yang tidak putus
kerja yang terjalin antar simpul itu pasti kuat menahan beban bersama. Dalam kerja jaringan itu tada ikatan yang tidak dapat berdiri sendiri. Sosial adalah sebagai sesuatu yang
dikaitkan atau dihubungkan dengan orang lain atau menunjuk pada makna subyektif yang mempertimbangkan perilaku atau tindakan orang lain yang berkaitan dengan pemaknaan
tersebut. Damsar 2013: 157-158
Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antara banyak dalam suatu kelompok ataupun antara suatu kelompok dengan kelompok lain. Suatu cirri khas
dari teori jaringan adalah pemusatan perhatian pada struktur mikro hingga makro. Artinya, bagi teori jaringan, actor pelaku mungkin saja individu tetapi mungkin juga kelompok,
perusahaan dan masyarakat. Hubungan dapat terjadi dalam struktur sosial skala luas maupun tingkat yang lebih mikrospik Ritzer, Douglas. 2010: 383
Kedhusin Rudito, Famiola 2008: 147 menjadikan bahwa ada tiga jaringan sosial yaitu:
a. Jaringan individu ego centris adalah sebuah jaringan yang berhubungan dengan
modal tunggal atau individu, contohnya teman baik saya. Dalam hal ini ada satu titik yang menjadi sentral pengamatan.
b. Sedangkan jaringan sosial social-centric digambarkan dalam model dan batasan
analisisnya, seperti jaringan antara mahasiswa dalam sebuah kelas, jaringan pekerja dan manajemen dalam sebuah pabrik atau tempat kerja.
c. Jaringan terbuka open system batasan tidak dianggap penting. Sebagai contoh
jaringan politik, jaringan antar perusahaan dan jaringan antara mahasiswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian