Interpretasi Data 1 Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Umum

mengapa bapak Marsono Simamora lebih mengutamakan mempekerjakan masyarakat Desa Saitnihuta dengan alasan agar mereka tidak pengangguran. 4.4. Interpretasi Data 4.4.1 Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Umum Partisispasi masyarakat dalam pemilihan umum, memiliki peranan penting dalam sistem politik dalam suatu Negara khususnya Negara Indonesia yang memiliki sitem pemerintahan yang bersifat demokrasi yang artinya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Partisipasi politik adalah kegiatan sekelmpok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan jjalan untuk memilih pemimpin secara langsung yang dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah. A. Rahman H I 2007:285. Charles Andrian dalam buku Sistem Politik Indonesia yang ditulis oleh Prof.Dr.Kacung Marijan 2010: 111 mengatakan bahwa partisipasi politik itu terdiri dari tiga bentuk.Bentuk pertama adalah partisipasi politik yang lebih pasif, didalam tipe pertama ini, partisipasi dilihat dari keterlibatan politik seseorang, yakni sejauh mana orang itu melihat politik sebagai sesuatu yang penting, memiliki minat terhadap politik, dan sering berdiskusi isu-isu politik dengan teman.Bentuk yang kedua adalah partisipasi yang lebih aktif.Yang menjadi perhatian adalah sejauh mana orang itu terlibat didalam organisasi –organisasi atau asosiasi-asosiasi sukarela voluntary associations seperti kelompok-kelompok keagamaan, olahraga, pencinta lingkungan, organisasi profesi, dan organisasi buruh.Bentuk yang ketiga adalah partisipasi yang berupa kegiatan-kegiatan protes seperti ikut menandatangani petisi, melakukan boikot, dan demonstrasi. Partisipasi masyarakat dalam politik biasanya hanya berhenti pada saat pemilihan umun dan pemilihan kepala daerah.Hanya para elit politiklah yang terus aktif dalam sebuah sisitem perpolitikan di suatu Negara. Merekalah yang akan membuat ppengaruh terhadap pemerintah dalam menentukan atau membaut sebuah kebijakan. Sementara kebanyakan masyarakat hanya tergolong pada partisipasi bentuk yang pertama tadi yaitu bentuk partisipasi pasif yang hanya ikut perpartisipasi pada saat pemilihan umum maupun pemilihan kepala daerah. Melalui hasil wawancara dilokasi penelitian dengan para informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari para informan mengenai partisipasi mereka dalam perpolitikan di Indonesia. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh bapak Janti Simamora Laki-laki, 36: “…molo masalah partisipasi politik ido bah dohot do hami marpartisipasi dah alana hak ni setiap jolma do dohot berpartisipasi politik on. Dang mungkin nga adong hak ni iba naeng mamilih presiden manang mamilih anggota DPRD suang songoni mamilih bupati nang naasing nai dang pinakke. Sebagai warga Negara Indonesia yang baik ikkon dohot do iba antong berpartisipasi nang pe holan pas pemilihan I iba dohot, alana so boi iba gabe pemimpin gabe bupati manang pejabat naasing nai ala so adong sikkola niba dohot sinamot nagodang bah nanggo apala nileon soara ni iba on mamillit nasida…” Artinya “kalau masalah partisipasi politiknya ikutnya kami berpartisipasi karena partisipasi politik itu adalah merupakan hak setiap anggota masyarakat. Sebab tidak mungkin kita sudah punya hak untuk memilih presiden, atau memilih anggota DPRD maupun memilih bupati dan pemilihan lainnya kita tidak menggunakan hak kita tadi. Sebagai warga Negara Indonesia yang baik harus ikut kita berpartisipasi dalam politik walaupun hanya pada waktu pemilihan umum itu kita ikut memeberikan suara kita, karena tidak bisa saya jadi pemempin seperti bupati maupun jadi seperti pejabat lainnya itu karena tidak ada tamatan sekolah dan juga uang yang banyak, makanya suara itu kita kasih untuk memilih mereka…” Hal ini senada dengan jawaban yang disampaikan informan Saut Simare-mare Laki-laki, 43 tahun: “…mulai sian taon 2004, 2009, sahat tu taon 2014 na lewat torus do dohot au berpartisipasi dalam pemilihan, baik mulai sian pemilihan kepala desa sahat tu pemilihan presiden nang songoni pemilihan DPRD pe tong do dohot au. Alana menurut hu i sada hak doi di hita warga Indonesia on untuk memilih. Selain i suaratai apala porlu doi untuk menentuhon nasib ni Negara taon boha tu joloan on. Dang boi hita mambaen kebijakan di Negara taon bah apala soaratai tabaen mambantu pamarentata mambaen kebijakan. Masa apala holan mangalean soara ta do hita sebagai bentuk partisipasi dang boi?…” Artinya “…sejak tahun 2004, 2009, sampai pada tahun 2014 yang lalu saya terus ikut berpartisipasi dalam pemilihan, baik itu mulai dari pemilihan kepala desa sampai kepada pemilihan presiden dan juga pemilihan DPRD pun tetapnya saya ikut. Karena menurut saya itu partisipasi adalah merupakan salah satu hak buat kita warga Negara Indonesia ini untuk memilih.Selain itu suara kita sangat penting untuk menentukan nasib Negara kita ini kedepannya.Kita tidak bisa membuat kebijakan di Negara kita ini yah minimal soara kita itu kita buat membantu pemerintah untuk membuat sebuah kebijakan. Kan tidak mungkin hanya memberikan suara kita saja hanya sebagai bentuk partisipasi kita tidak bisa?...” Hal ini senada dengan jawaban yang disampaikan informan Menti Sihombing Perempuan , 49 tahun: “…Dohot do au torus memilih setiap adong pemilihan mulai na terdaftar au gabe penduduk jala umur hu aboi memilih di desa Saitnihuta on. Manang pemilihan aha pei torus do dohot au inang…” Artinya “… Aku ikut terus memilih setiap ada pemilihan semenjak saya terdaftar jadi penduduk dan juga umur saya sudah bisa memilih di Desa Saitnihuta ini. Mau pemilihan apa pun itu terusnya aku ikut nak…” Dari semua informan yang di wawancarai mengatakan bahwa setiap ada pemilihan umum mereka ikut berpartisipasi seperti penyataan dari bapak Amser Simamora Laki- laki: 54 tahun: “… Bolo masalah berpartisi do ito torus doi au dohot berpartisipasi alai pas adong pemilihan do au dohot berpartisipasi, termasuk mai mangalean suara ku pas adong pemilihan na diselenggarahon pamarenta ta, alana sebagai warga negara yang baik hak ta doi ito menggunakan suara ta pas pemilihan, selain dohot mangalean suara tong do dohot au gabe petugas keamanan di TPS, ale na pemilihan terakhir on dang dohot be au ito Alana nga akka naposo I gabe petugas keamanan ai nga lam matua be iba antongan…” Artinya “… Kalau masalah berpartisipasinya nak terus saya ikut brpartisipasi tetapi setiap ada pemilihan saya ikut berpartisipasi, termasuklah itu untuk memberikan suara pada saat pemilihan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah kita, karena sebagai warga Negara yang baik itu merupakan hak kita untuk menggunakan hak suara kita pada saat pemilihan, selain memberikan suara pada waktu pemilihan saya juga iut berpartisipasi sebagai petugas keamanan di TPS, tetapi pada pemilihan terakhir ini saya tidak pernah lagi ikut karena yang menjadi petugas keamanan sudah rang- orang yang lebih tua sementara saya sudah semakin tua…” Begitu juga dengan pernyataan dari bapak Manontang Simamora Laki-laki, 49 Tahun “…dohot do au memilih pas pemilihan 2014 nang songoni pe angka pemilihan umum na lainnai sebelum taun 2014, ala kebetulan sesuai undang-undang I kan termasuk do pesta rakyat ala negaratta on mamakke sistem demokrasi do pemerintahanna jadi ikkon berpartisipasi do setiap warga Negara na, jala asa dohot berpartisipasi pas pemilu I kan ala hak ta doi sebagai warga Negara untuk memberikan hak pilih. Au dohot perprtisipasi dalam pemilihan umum nga torus alai bolo berpartisipasi tu pemilihan legislatif bah mulai na mencalonkan diri ma atong si Fransiskus na pas taon 2004 bolo dang salah sahat tu pemilihan si Tapian ma sonari na taon 2014 nalewat i. holan mangalean suara do bentuk partisipasi politik hu ito…” Artinya “… saya ikut memilih pada pemilihan 2014 dan begitu juga pada pemilihan umum yang lainnya sebelum tahun 2014, karena kebetulan sesuai undang-undang pemilihan umum merupakan pesta rakyat bagi warga Negara Indonesia dan Negara kita juga system pemerintahannya adalah demokrasi dan kita ketahui system demokrasi itu setiap warga Negara harus berpartisipasi, untuk ikut berpartisipasi pada pemilihan umum itukan karena merupakan hak kita sebagai warga negara untuk memberikan hak pilih kita. Saya ikut berpartisipasi terus pada setiap pemilihan umum maupun pilkada, tetapi ikut berpartisipasi pada pemilihan legislatif itu semenjak si Fransiskus mencalonkan diri jadi anggota DPRD pada tahun 2004 kalau tidak salah saya sampai pada pemilihan tahun 2014 lalu saat si Tapian mencalonkan diri. Hanya memeberian suara pada waktu pemilihannya partisipasi politik saya nak…” Begitu juga dengan pernyataan Halomoan Simamora Laki-laki, 77 tahun : “… dohot au berpartisipasi politik ito holan pas waktu pemilihan umum do manang akka pemilihan kepala desa dohot pemilihan naasing nai. Alana ikkon guna honon do suara hak pilih niiba I ito Alana hak ni sude warga Negara doi. Apala dohot pe iba berpartisipasi asa boi do mangalehon contoh tu akka naposoi, apalagi songon hami akka na matua on ito holan pangalahona mi akka na denggan I nama si patuduhonon nami alana. Apala hudok pe pangalaho nami si patuduon nami asa unang golput do akka naposoi asa adong sada gambaran di nasida sedangkan namatua dohot berpartisipasi politik apala lam ma akka na poso on. Partisipasi politik hu ito sebatas dohot memilih do pas adong pemilihan na binaen ni pamarenta ta…” Artinya “… aku ikut berpartisipasi dalam politik nak hanya pada waktu pemilihan umumnya atau seperti pemilihan kepala desa dan lainnya. Karena kita harus menggunakan hak pilih kita itu nak, karena itukan merupakan hak semua warga Negara.Saya ikut berpartisipasi supaya bisa memberikan contoh untuk para generasi muda, itu karena kami orang tua ini nak hanya tingkah laku dan sikap kami yang bagus lah yang bisa kami tunjukkan.Kenapa saya bilang seperti itu supaya para generasi muda tidak golput pada pemilihan umum maupun pemilhan lainnya, supaya ada satu panutan untuk mereka bahwa orang yang sudah tua saja ikut berpartisipasi politik apalagilah kita yang muda ini. Saya ikut berpartisipasi dalam politik hanya sebatas memberikan suara pada saat pemilihan yang diselenggarakan oleh pemerintah…” Sedangkan berdasarkan penuturan bapak Marsono Simamora Laki-laki, 50 Tahun: “… bolo soal partisipasi poitik do ito memang saleleng on au dohot berpartisipasi holan sebatas dohot mangalean suara pas waktu pemilihan do Alana I kan a merupakan hak ni setiap harga Negara do dohot berpartisipasi di dalam pesta rakyat. Ale nung piga-piga taon terakhir on masuk ma au gabe anggota sada partai pas naeng pemilihan umum si sahali lima taon dohot ma au mencalonhon diri gabe neng anggota DPRD di Humbang Hasundutan on ima na di usung ni partai Nasdem, puji Tuhan monang ma pas na taon 2014 i. Tujuan gabe mencalonkan diri gabe anggota DPRD asa boi do memperjuangkon hak rakyat do antong ito Alana anggota dewan I kan sebagai penyambung lidah rakyat doi asa boi pemerintah mambaen kebijakan na pro tu rakyat…” Artinya “… kalau soal partisipasi politiknya maksud mu nak memang selama ini saya ikut berpartisipasi hanya sebatas ikut memberikan suara pada waktu pemilihan karena itu merupakan hak kita sebagai warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam pesta rakyat. Tetapi setelah beberapa tahun terakhir ini saya ikut dan aktif menjadi anggota salah satu partai politik dan pas mau pemilihan umum yang diselenggarakan sekali dalam lima tahun saya ikut mencalonkan diri menjadi anggota DPRD di Humbang Hasundutan ini yang diusung oleh partai Nasdem, puji Tuhan saya menang menjadi salah satu anggota DPRD pada tahun 2014. Tujuan saya ikut mencalonkan diri jadi anggota DPRD adalah supaya bisa memperjuangkan hak rakyat nya nak, karena anggota dewan tugasnya adalah sebagai penyambung lidah rakyat biar bisa pemerintah membuat sebuah kebijakan yang pro dengan rakyat…” Berdasarkan hasil observasi, saya melihat bahwa masyarakat di desa Saitnihuta khususnya informan yang berasal dari Punguan Marga Simamora Boru Bere dan Ibebere di Saitnihuta ikut berpartisipasi politik hanya ikut pada pemilihan saja untuk memberikan suara dan juga satu informan yang sudah menjadi anggota DPRD Humbang Hasundutan. 4.4.2. Kontribusi dan Peran yang Dilakukan Oleh Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere dalam Memenangkan Calon anggota Legislatif Negara yang demokratis memiliki keunggulan tersendiri, karena dalam setiap pengambilan kebijakan mengacu pada aspirasi masyarakat.Masyarakat sebagai tokoh utama dalam sebuah Negara demokrasi memiliki peranan yang sangat penting.Salah satu peranan masyarakat dalam Negara demokrasi adalah partisipasi masyarakat dalam politik. Masyarakat memiliki peran yang sangat kuat dalam proses penentuan eksekutif dan legislatif baik dipemerintah pusat maupun daerah. Pemilihan umum PEMILU merupakan program pemerintah setiap lima tahun sekali dilaksanakan di seluruh wilayah Negara kita. Pemilu merupakan implementasi dari salah satu ciri demokrasi dimana rakyat secara langsung dilibatkan, diikutsertakan didalam menentukan arah dan kebijakan politik Negara untuk lima tahun kedepan. Peran masyarakat itu bukan hanya memberikan suara pada saat pemilihan umum saja. Tetapi mereka biasanya akan mendukung penuh calon legislatif pilihan mereka apalagi dalam masyarakat pedesaan yang dimana sifat solidaritasnya masih sangat tinggi. Mereka akan mendukung dan membantu calon legislatif tersebut agar menang mewakili desa mereka. Adapun karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat, yang biasa nampak dalam perilaku keseharian mereka.Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat dicontohkan pada kehidupan masyarakat desa.Namun dengan adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta teknologi dan informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku.Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka yang bersifat umum. 1 Sederhana 2 Mudah curiga 3 Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya 4 Mempunyai sifat kekeluargaan 5 Lugas atau berbicara apa adanya 6 Tertutup dalam hal keuangan mereka 7 Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota 8 Menghargai orang lain 9 Demokratis dan religius 10 Jika berjanji, akan selalu diingat Melalui hasil wawancara dilokasi penelitian dengan para informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari para informan mengenai partisipasi mereka dalam perpolitikan di Indonesia. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh bapak Tarigan Simamora Laki-laki: 48 Tahun: “… bolo disukkun ito aha kontribusi manang peran ni punguan taon lao mambantu mamonanghon sitapian gabe anggota DPRD di Humbang Hasundutan on godang do ito naung dibahen punguan taon. Termasuk mai songon mambaen sada acara partangiangan lao pa borhatton imana mencalonkan diri, sude anggota dohot pengurus ni punguan on dohot ma attong gabe tim kampanyena, Alana on dope adong calon sian huta taon jala dohot sian punguan taon. Jadi ikkon semangat ma atong mandukung anggiat boi gabe siboan goar ni huta taon khusus na punguan on. Selain in nagabe tim sukses ni imana attong akka anggota manang pengurus ni punguan on ma akka na godang jaringan na di kecamatan na asing na adong di dapil 1 on, Alana kan imana calon DPRD di dapil 1 do. Dang holan I ito peran ni punguan on, adong dope sada nai gabe mambaen masyarakat khususna masyarakat desa Saitnihuta gabe bersemangat lao mamilih mangalean suara nai, hape sian na biasana hian imana golput do ale ala adong sian huta na jala samarga muse gabe semangat imana lao mamilih. Selain perani punguan on ito tong do adong peran pribadi ni iba sandiri ala kebetulan apala keluarga ku dope imana bah sude akka keluarga sian au manang keluarga sian inanta parnijabu tong do hu ajak asa mamillit imana, Alana bolo nasan huta nibai monang gabe pamimpin lak boha pe didok nga seadong roha ni I lao pamaju hon huta na sandiri…” Artinya “… kalau ito tanya masalah apa kontribusi dan peran punguan ini untuk membantu memenangkan sitapian calon legislatif yang berasal dari anggota punguan marga Simamora jadi anggota DPRD di Humbang Hasundutan banyak yang sudah dilakukan oleh punguan ini. Termasuk salah satunya membuat sebuah acara partangiangan untuk memberangkatkan dia calon legislatif yang berasal dari anggota punguan marga Simamora untuk mencalonkan diri, semua anggota dan pengurus punguan ini ikut berpartisipasi jadi tim kampanyenya, karena inilah pertama kalinya ada calon legislatif dari kampung ini dan juga dari punguan ini. Jadi harus semangat untuk mendukung dia agar dia nanti bisa membawa nama baik desa kita ini khususnya punguan kita ini. Salain itu yang jadi tim sukses dari dia adalah anggota atau pengurus punguan ini yang memiliki jaringan yang luas di kecamatan lain yang ada di dapil 1 ini, karena dia calon DPRD di dapil 1. Bukan hanya itu yang menjadi peran punguan ini, ada lagi yaitu membuat masyarakat khususnya masyarakat desa Saitnihuta jadi bersemangat untuk memilih dan memberikan suaranya, dari yang biasanya golput dan tidak peduli, tetapi karena ada dari kampungnya dan dan satu marga jadi masyarakat jadi semangat untuk memilih. Selain peran punguan ini ada juganya peran atau kontribusi pribadi dari kita sendiri karena kebetulan dia merupakan keluarga saya sendiri jadi semua keluarga dari pihak saya maupun dari pihak istri saya juga saya ajak unttuk memilih dia, Karena jika yang berasal dari kampung kita yang menang jadi seorang pemimpin mau gimana pun selalu ada perhatiannya untuk memajukan kampungnya sendiri…” Hal yang serupa juga disampaikan oleh bapak Marulam Simamora Laki-laki: 84 tahun sebagai tokoh adat dan juga penasehat sekaligus penggagas berdirinya Punguan Marga Simamora Boru Bere dan Ibebere: “… peran manang kontribusi ni punguan on ito berupa sada ni roha lao paborhat hon sitapian I lao mancalon hon diri gabe calon legislatif di kabupaten on. Jala dang tapasombu ibana mardalan sandiri, dang boi punguan on mangalean bantuan berupa materi bah apala mangalean dukunngan berupa sada niroha lao mamilit imana pas pemilihan calon DPRD, jala tontong mangajak akka tondong di luat na asing na sada daerah pemilihan dohot hita lao mamilit imana anggiat boi imana sibuan goar ni punguan taon dohot huta ta on asa maju huta taon jala pembangunan pe sahat tu huta on…” Artinya “… peran dan kontribusi punguan ini nak berupa kesatuan hati dari para anggota dan pengurus punguan ini untuk memberangkatkan sitapian salah satu calon legislati yang berasal dari desa Saitnihuta dan anggota punguan untuk mencalonkan diri jadi anggoota DPRD di kabupaten ini. Kita tidak membiarkan dia berjalan sendiri dan selalu kita bantu, punguan ini tidak bisa memberikan bantuan berupa materi yah setidaknya memberikan dukungan berupa kesepakatan bersama untuk memilih dia pada saat pemilihan umum DPRD, dan kita juga tetap mengajak teman- teman dan suadara yang ada di daerah lain yang satu daerah pemilihan dengan kita untuk memilih dia agar nantinya dia bisa mambawa nama baik dari punguan kita ini terlebig nama baik kampung kita ini biar kedepannya lebih maju kampung kita ini dan juga pembangunan sampai ke daerah kita ini…” Hal serupa juga disapaikan oleh bapak Amser Simamora yang merupakan anggota punguan marga ini dan juga termasuk salah satu anggota yang termasuk Tim Sukses bapak Marsono Simamora Laki-laki, 58 Tahun: “…dohot aktif mangalean dukungan sian segi moral pe ito a dohot I merupakan salah satu bentuk ni dukungan. Songoni ma na di ulahon punguan on ito termasuk ma akka anggota-anggota na berperan aktif mandukung calon legislatif na sian punguan on, Alana on dope hea adong sian punguan on nang sian huta on na mencalonhon diri gabe calon DPRD di Humbang Hasundutan on. Bolo songon au pribadi ito dohot ma au attong gabe tim sukses ni imana, dohot ma au tong tu kecamatan na adong di daerah pemilihan 1 alana imana attong calon legislative di daerah pemilihan 1 do. Lao mangajak akka masyarakat sian kecamatan na asing asa tong mamillit imana pas pemilihan umum DPRD, apalagi bolo mar marga Simamora ni ajak ma attong halaki ala samarga dohot calon on…” Artinya “… berperan aktif memberikan dukungan dari segi moral pun nak itu sudah merupakan salah satu bentuk dari dukungan. Begitu juga dengan yang dilakukan oleh punguan ini termasuk juga dukungan yang dilakukan oleh semua anggota ikut berperan aktif mendukung calon legislative yang berasal dari anggota punguan ini, karena ini lah baru pertama kali ada calon legislatif yang berasal dari punguan ini dan juga dari desa ini yang mencalonkan diri jadi anggota DPRD di Humbang Hasundutan ini. Kalau saya sendiri, saya ikut jadi tem sukses dari calon legislatif ini.Saya ikut turun ke kecamatan yang ada dalam daerah pemilihan 1 karena dia calon legislatif di daerah pemilihan 1. Kami dan yang lain ikut turun ke kecamatan lainnya adalah untuk mengajak masyarakat dari kecamatan yang lain untuk memilih dia pada pemilihan umum DPRD, terkhusus buat marga Simamora kami mengajak mereka karena satu marga dengan calon legislatif ini…” Didalam dunia politik yang paling banyak berperan aktif kita lihat adalah laki- laki.Hal ini terlihat jelas di daerah pedesaan dimana laki-laki jauh lebih banyak membicarakan tentang politik dibandingkan dengan perempuan. Hal ini didukung oleh kebiasaan para laki-laki khususnya bapak-bapak yang setiap hari nongkrong di warung kopi sambil mengobrol dengan teman-temannya yang lain. Berbeda dengan perempuan yang hanya akan pergi keladang, dan mengurus keperluan rumah tangga dan jarang untuk berkumpul-kumpul dengan teman-temannya kecuali pada saat ada arisan, partangiangansebuah perkumpulan untuk kebaktian yang dilakukan dirumah anggota jemaat gereja dan biasanya berdasarkan lingkungan, dan pertemuan dalam punguan marga yang diadakan satu bulan sekali atau satu kali dalam dua minggu. Hal in tergambarkan dari jawaban ibu Menti Sihombing saat ditanyakan mengenai Kontribusi dan Peran yang Dilakukan Oleh Punguan Marga Simamora dalam Memenangkan Calon anggota Legislatif Perempuan; 49 Tahun: “... bolo makatai politik on do memang hurang niantusan doi inang. Biasana pe iba lao memilih bolo adong pemilihan na mangihutton amatta jabu do inang, nion ma tapillit inna bah nima pinillit. Akka ama-ama nama inang na mangantusi i. Alana nasida do napaling umboto mengenai I dibandingkon hami akka ina-ina on ai holan tu balian do ulaon nami. ale bolo masalah peran dohot kontribusi ni punguan marga na hudohoti hami ido nanisukkun mu bah berupa dukungan ma hulean hami inang, jala pas pemilihan hami akka anggota dohot ma mamillit imana unang be tunaasing lao mamilih, jala pas nalao mencalonhon diri imana gabe calon anggota dewan I bah dipatupa punguan ondo sada acara partangiangan lao paborhatton imana sebagai tanda sada ni rohanami la mandukung imana majo gabe calon anggota dewan dan hami pe siap mambantu sian segi moral bolo dang boi ni bantu imana sian segi materi …” Artinya “… kalau berbicara masalah politik ini memang saya kurang mengerti sebenarnya. Biasanya saya kalau mau memilih pada pemilihan umum ikut apa kata suami saja, jika suam bilang ini saja kita pilih yah saya akan memilih itu. Sebenarnya para bapak-bapak lah yang mengerti mengenai politik ini.Karena mereka lah yang paling mengerti mengenai politik dibandingkan kami ibu-ibu ini keladang terusnya kerjaan kami. Tetapi kalau masalah peran dan kontribusi punguan marga yang kami ikuti ini yang mau kau tanya ia berupa dukungan lah yang bisa kami beriakan, berupa memberikan suara pada pemilihan, kami semua anggota dan pengurus punguan ini semua memilih dia dan suara nya tidak bisa diberikan ke calon yang lain. Pada saai dia mau mencalonkan diri menjadi anggota dewan, punguan ini membuat sebuah acara partangiangan kebaktian untuk memberangkatkan dia untuk mencalonkan diri sebagai tanda kalau kami satu hati untuk mendukung dia maju menjadi anggota dewan dan kami siap membantu…” Tidak jauh beda dengan pernyataan ibu Risma Lifde Simamora salah satu anggota yang termasuk aktif dalam punguan ini Perempuan; 44 tahun: “… ido fungsi ni sada punguan bahwa siap untuk memberikan dukungan tu sude akka anggota baik dalam keadaan sukacita manang dukacita. Suang songoni ma disalah satu anggota na mencalonkan diri gabe anggota legislatif Kabupaten Humbang Hasundutan I sada berita suka cita doi na mamorluhon akka dukungan sian anggota ni punguan on tarlumobi punguan on sandiri. Mungkin sian segi materi dang sanggup punguan non mambantu alai na tolap boi dibantu bah dibantu punguan on do nang pe holan bantuan doa dohot mangalean suara nang mangjak akka si solhot lao mamilit imana Ipe termasuk peran dohot kontribusi doi. Hami pe mangalean dukungan ala tong do bergabung jadi anggota ni punguan on, jadi bolo naik imana jala monang gabe sada kebanggaan doi dihami tarlumobi dipunguan on, otomatis akka marga Simamora na asing pe na adong dihuta on ikkon tarbukka rohana lao dohot bergabung tu punguan on…” Artinya “…salah satu fungsi dan tujuan dari punguan ini adalah bahwa siapa memberikan dukungan kepada setiap anggota baik dalam keadaan suka cita maupun dukacita. Begitu juga dengan salah satu anggota punguan ini yang ikut mencalonkan diri menjadi anggota legislatif di Kabupaten Humbang Hasundutan.Itu sebuah kabar berita sukacita yang memerlukan dukungan dari setiap anggota dan pengurus Punguan ini. Mungkin dari segi materi punguan ini tidak mampu untuk membantu tetapi semampu yang kami bisa punguan ini tetap membantu dia walaupun hanya mampu memberikan bantuan berupa doa, memberikan suara untuk memilih dia pada saat pemilihan dan juga untuk mengajak sanak saudara di kecamatan yang lain maupun desa yang lain untuk memilih dia itu sudah termasuk sebuah peran dan kontribusi. Dan kami memberikan dukungan penuh itu karena kami sudah bergabung dalam punguan ini. Jadi kalau dia maju menjadi calon legislatif dan menang itu sebuah kebanggan bagi kami dan juga bagi punguan ini, otomatis marga Simamora yang ada di kampung ini akan terbuka hatinya untuk ikut bergabung dalam punguan ini…” Berdasarkan data yang ditemukan dilapangan dengan cara wawancara mendalam terhadap responden ditemukan bahwa Kontribusi dan Peran yang Dilakukan Oleh Punguan Marga Simamora dalam Memenangkan Calon anggota Legislatif adalah dengan medukung penuh calon legislatif tersebut dengan cara satu hati untuk mendukung calon baik melalui doa, dukungan moral, memberikan suara pada saat pemilihan umum dan juga mengajak saudara maupun kerabat yang ada di kecamatan lain yang berada dalam daerah pemilihan I dan juga masyarakat desa Saitnihuta dan desa lainnya disekitaran desa Saitnihuta. Selain itu punguan ini juga memfasilitas untuk membuat sebuah acara adat dan partangiangan dalam memberangkatkan calon legislatif marga Simamora pada saat mau maju mencalonkan diri jadi anggota legislatif Kabupaten Humbang Hasundutan.

4.4.3. Margaisme dalam Pemilihan Legislatif

Partisipasi politik tidak hanya dibina melalui partai politik, tetapi juga melalui organisasi-organisasi yang mencakup golongan pemuda, golongan buruh, serta organisasi- organisasi kebudayaan dengan melalui pembinaan yang ketat potensi masyarakat dapat dimanfaatkan secara terkendali.Ada beberapa faktor utama yang membentuk partisipasi di Indonesia salah satunya adalah faktor etnisitas.Kelompok etnis mempunyai peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi, dan orientasi seseorangan.Dengan adanya rasa kesukuan atau kedaerahan sehingga dapat mempengaruhi dukungan seseorang terhadap partai politik. Etnis juga dapat mempengaruhi loyalitas terhadap salah satu calon legislatif maupun calon pemimpin lainnya . Kecenderungan masayarakat untuk memilih berdasarkan etnis hampir terjadi di berbagai daerah di Indonesia, dimana Indonesia dikenal dengan Negara yang memiliki beragam etnis yang berbeda disetiap daerah.Dalam suku batak toba khususnya yang memiliki marga yang beragam masyarakat cenderung memilih pemimpin yang satu marga dengan mereka. Hal ini diungkapkan oleh para responden yang ditemukan peneliti di lapangan. Seperti pernyataan bapak Saut Simare-mare laki-laki; 43 Tahun: “… Negara taon Negara demokrasi do jadi bebas dohita mamilit ise nanaeng piliton ta nagabe pamimpin ta. Bolo disukun pribadi do ala kental dope sistem kekeluargaan I dihita bah bolo au sandiri ba keluarga do piliton hu bah bolo boi na sa agama, sada suku jala sada marga dan berasal sian huta niba manian bolo boi pangidoan pemimpin manang calon legislatif di tingkat kabupaten, ale bolo tingkat pusat manang provinsi bah binereng goarna adong margana batak bah ni ma pinillit…” Artinya “… Negara kita ini adalah merupakan Negara demokrasi, jadi kita bebas untuk memilih siapa yang mau kita pilih. Kalau ditanya pribadi ia, karena sifat kekeluargaan itu masih kental kita anut jadi saya sendiri, keluarga yang akan saya pilih kalau bisa yang satu agama, satu suku dan marga, dan berasal dari daerah saya sendiri kalau bisa dan itu biasanya berlaku pada pemilihan pemimpin atau calon legislatif ditingkat kabupaten, tetapi kalau sudah ditingkat pusat maupun provinsi ia saya hanya melihat namanya ada marganya marga batak maka saya akan memilih itu…” Bapak Saut juga menambahkan: “…boasa nasamarga pinilit ala porsea do iba bolo monang gabe pejabat na samarga nibai jala sahuta niba perhatianna pe tu huta niba nga ikkon meningkat jala pembangunan pe tu huta I a sahat misalna pembangunan dalan, pengadaan lampu jalan nang songoni akka pembangunan naasing…” Artinya “… kenapa saya memilih yang satu marga dengan saya dan berasal dari daerah saya karena saat mereka nanti menang dan menduduki kursi pemerintahan otomatis perhatian mereka terhadap kampung halaman mereka akan lebih meningkat dan pembangunan pun akan meningkatmisalnya seperti pembangunan jalan, pengadaan lampu jalan, dan juga pembangunan lainnya…” Hal serupa juga diungkapkan oleh bapak Manumpak Simamora Laki-laki; 51 tahun: “… hal na wajar do bolo hita mamilit pemimpin manang pejabat naasing na samarga dohot hita jala saagama, sa suku dohot apalagi sahuta. Bolo disukkun do au sandiri bah dang pala salah hurasa bolo songoni iba mamilih Alana lak boha pe didiok tong do tu keluarga niba I roha niba, tu dongan sahuta nibai do tong roha niba dah jala nasida pe tong ma songoni ni harapon attong. Alana percaya jala yakin do atong iba molo nadiiba I pinillit roha nasida pe tong do tu dongan sahuta na nang keluargana Alana a didukung imana. Perhatian ni nasida pe tu huta na nang tu keluargana nga se umbagak lao pature hon dohot mamajuhon pembangunan. Jala adong do sada kebanggan diiba sandiri bolo samarga ni iba I monang menduduki sada kursi pemerintahan…” Artinya “… hal yang wajar jika kita memilih pemimpi atau pejabat lainnya yang semarga dengan kita dan juga satu agama, satu suku dan juga satu daerah. Kalau ditanya saya sendiri, saya rasa tidak salah kalau kita memilih seperti itu berdasarkan etnis, marga, agama, kedaerahan, saya memilih karena mau bagaimana pun dibilang tetap hati saya lebih memilih keluarga, hati kita saya akan tetap memilih teman satu kampung saya, dan kita juga berharap mereka seperti itu mereka memberikan perhatiannya kepada kita. Karena saya yakin dan percaya jika yang satu marga dan satu kampung kita itu kita pilih mereka juga akan memberikan perhatian mereka kepada keluarganya, teman semarganya dan juga satu kampungnya karena dia sudah di dukung. Perhatian mereka pun akan lebih terhadap kampung mereka untuk membangun daerahnya dan memajukannya. Dan ada sebuah kebanggaan terrsendiri jika keluarga atau teman satu marga kita itu menang dan menduduki salah satu kursi pemerintahan…” Begitu juga dengan penuturan bapak Holden Pakpahan salah satu pengurus Punguan Marga Simamora Boru Bere dan Ibebere di Desa Saitnihuta yang memiliki istri boru Simamora Laki-laki; 42 Tuhan: “… bolo disukkun masalah I jelas do mamilit na samarga dohot iba manang dohot istri niba, na sa agama, sa suku, dohot sahuta. Apalagi halak batak khusuna batak toba kental dope adat dohot kekeluargaan na ima na biasa didok dalihan na tolu I. Dung I muse marga I salah satu ciri khas dan identitas orang batak. Songoni ma na pemilihan legislatif na taon 2014 I marga Simamora do hu pilit nang pe dang marga Simamora au ale ala hula-hula ku marga Simamora. Alana adong do kebanggaan tersendiri di iba bolo maju samarga niba apalagi hula-hula ni ba gabe pejabat makana ni dukung, beda do rasa na memilih saudara dohot mamilit na asing. Intina adong ma kebanggan jala berharap iba perhatianna tu marga na nang hutana a se unggodang. Alana adong do istilah ni halak batak namandok “bolo adong na dihita boasa pala ikkon tu na asing?” …” Artinya “… kalau ditanya seperti itu jelas bahwa saya akan memilih yang satu marga dengan saya atau dengan istri saya, yang se agama, se suku, dan juga satu daerah atau kampung. Terlebih bagi orang batak khususnya orang batak toba memiliki sistem adat dan kekeluargaan yang masih kuat dan yang biasa dibilang dengan islitilah dalihan natolu tungku berkaki tiga dan juga marga merupakan ciri khas dan identitas orang batak. Begitu juga pada saat pemilihan legislatif pada tahun 2014 lalu, saya memilih marga Simamora walaupun aku tidak marga Simamora tetapi karena hula-hula saudara laki-laki dari pihak istri baik saudara kandung maupun tidak yang memiliki marga yang sama dengan istri ku bermarga Simamora. Karena ada sebuah kebanggan bagi kita jika keluarga yang semarga dengan kita terlebih hula-hula yang mencalonkan diri jadi pejabat makanya harus didukung. Akan beda rasanya memilih saudara dengan memilih orang lain yang bukan saudarasemarga. Intinya ada sebuah kebanggan tersendiri jika saudara semarga menang dan kita juga berharap perhatiannya terhadap keluarga semarga maupun kampung asal daerahnya lebih terkhusus dalam hal pembangunan. Karena ada istilah orang batak mengatakan “ Kalau ada punya kita kenapa harus orang lain?”…” Hal serupa juga disapaikan oleh bapak Amser Simamora yang merupakan anggota punguan marga ini dan juga termasuk salah satu anggota yang termasuk Tim Sukses bapak Marsono Simamora Laki-laki, 58 Tahun: “… kecenderungan lao mamilit na sa marga, sa huta, sa etnis dohot sada agama dohot hita I nga sada hal yang biasa di negarataon, jala dang holan di halak batak songoni diluat na asing dohot suku naasing pe tong do songoni Alana dang mungkin di sada daerah misalna Kabupaten Humbang Hasundutan on monang halak na marsuku minang sementara daerah ta on rata-rata halak batak do sude. Ala mangkuling dope mudar I lao mamilit nasa marga dohot iba. Ima bukti bahwa na bangga iba bolo samarga niba I manang sahuta niba I monang jadi pemimpin manang pejabat. Manang boha pe didok bolo monang gabe pejabat manang pemerintah tong do tarbuka rohana mambaen karejo geleng ni iba di kantor ni pamarenta I nang pe karejo honor-honor. Jala nasida nama na ro paturehon huta na mambangun dalan nang mamboan akka pembangunan nalain. Alana songoni dope sistem na nani ida saleleng on se unggodang do pembanguna tu huta asal ni akka pejabat manang pamarenta I dalan na pe sude rata- rata bagak dibahen. Songoni do nang au sandiri nipilit ibana gabe pejabat jala dohot iba gabe tim sukses na ala na adong do di iba prinsip “bolo monang on haduan dang mungkin dang ingotn na au” jala asa dibantu haduan geleng niba bolo nga tamat sikkola lao karejo di kantor ni pamarenta, selain imuse bangga iba bolo adong sian huta niba jala samarga niba gabe pejabat manang pemarenta…” Artinya “…kecenderungan untuk memilih yang satu marga, satu kampung, satu etnis dan satu agama dengan kita itu sudah menjadi hal yang biasa terjadi di Negara kita ini, dan tidak hanya terjadi pada orang batak seperti itu di daerah lain dan suku lain juga seperti itu. Karena tidak mungkin disatu daerah misalnya Kabupaten Humbang Hasundutan ini menang jadi pemimpin orang yang bersuku Minang sementara daerah ini kita ketahui rata-rata suku batak semua. Karena darah kita itu akan tetap memilih yang satu marga dengan kita. Itu menjadi sebuah bukti bahwa kita bangga kalau satu marga dengan kita atau satu kampung kita menang jadi pemimpin atau pejabat. Mau bagaimana pun dibilang kalau sudah menang jadi pejabat atau pemerintah pasti hatinya terbuka untuk memberikan pekerjaan kepada anak saya atau anak orang lain yang satu marga untuk bekerja di kantor pemerintahan walaupun hanya sebagai tenaga honorer. Selain itu merekalah yang kita harapkan untuk membangun kampungnya atau asal daerahnya, membengun jalan dan juga pembangunan lainnya. Karena sejauh ini masih seperti itu sistemnya saya lihat lebih banyak pembangunan dilakukan ditempat asal para pejabat atau pemerintah itu anggota DPRD dan Bupati dan jalan di kampung mereka semua rata-rata bagus dibuat. Begitu juga dengan saya sendiri saya memilih dia jadi pejabat dan saya ikut berpartisipasi sebagai tim suksesnya karena say punya prinsip “ kalau dia menang nanti tidak mungkin dia tidak ingat saya” dan nanti jika anak saya sudah tamat sekolah agar dia mempekerjakan anak saya dikantor pemerintahan, selain itu ada sebuah kebanggan jika ada dari kampung saya dan semarga dengan saya yang jadi pejabat atau pemerintah…” Berdasarkan temuan data dilapangan dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan ditemukan bahwa masyarakat cenderung memilih berdasarkan marga, sukuetnis, agama, dan daerah yang sama dengan alasan rasa bangga dengan calon yang mereka pilih itu karena memiliki kesamaan marga, sukuetnis, agama, dan daerah dengan mereka dan meningkatkan partisipasi politik mereka untuk memilihmemberikan suara. Selain itu mereka juga cenderung memilih calon yang satu marga dengan mereka karena masih memegang kuat prinsip adat yang berlaku di suku mereka. Dalam buku Damsar, 2009:186Kepercayaan merupakan hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu belah pihak melalui interaksi sosial.Lawang menyimpulkan inti konsep kepercayaan sebagai berikut: A. Hubungan sosial antara dua orang atau lebih, termasuk dalam hubungan ini ada institusi, yang dalam pengertian ini diwakili orang. B. Harapan yang ada akan tergantung dalam hubungan ini, yang kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak. C. Interaksi yang memungkinkan hubungan dan harapan itu berwujud Kecenderungan masyarakat memilih calon legislatif berdasarkan marga, sukuetnis, agama, dan daerah yang sama dengan mereka adalah adanya kepercayaan trust masyarakat terhadap calon tersebut jika menang dan terpilih jadi pejabat atau pemerintah anggota DPRD dan Bupati maka besar kemungkinan dia akan membangun daerah asal mereka seperti pembangunan jalan dan infrastruktur, pengadaan lampu jalan, pembuatan saluran irigasi, dan juga air minum serta pembangunan dibidang lainnya. Selain hal itu mereka juga berharap jika calon pilihan mereka itu menang dia akan membantu memberikan pekerjaan kepada anak dari keluarga dan marga yang mendukung dia yang sudah tamat sekolah atau kuliah dan yang mempunyai potensi untuk dipekerjakan di kantor pemerintahan baik sebagai tenaga honorer maupun mengisi pekerjaan dibidang lainnya di pemerintahan. Kepercayaan trust ini merupakan harapan yang ada akan tergantung dalam hubungan ini, yang kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak. Yang dimaksud harapan tersebut adalah harapan masyarakat yang memilih calon tersebut untuk membangun daerah mereka jika terealisasi akan membawa manfaat bagi masyarakat dan juga bagi calon legislatif yang menang tersebut karena dia bisa membangun daerahnya dan tidak merugikan pihak manapun.

4.4.4. Strategi Pemanfaatan Jaringan Marga dalam Mendukung Kemenangan Calon Legislatif

Berdasarkan temuan data dilapangan dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan ditemukan bahwa strategi yang dilakukan calon legislatif untuk mendapatkan dukungan suara adalah dengan cara:

1. Memanfaatkan Modal Sosial berupa Pemanfaatan Jaringan Marga

Menjadi seorang calon legislatif harus mempunyai modal yang bisa dibilang banyak. Selain modal ekonomi berupa materi, modal budaya dan harus juga ada modal sosial social capital yang berupa jaringan, dan kepercayaan. Yang dimaksud dengan modal sosial menurut Robert Putnam adalah sebagai suatu nilai mutual kepercayaan trust antara anggota masyarakat dan masyrakat terhadap pemimpinnya, yang melibatkan jaringan network, norma-norma norms dan kepercayaan sosial yang mendorong kolaborasi sosial untuk kepentingan bersama. Adapun pemanfaatan jaringan Marga yang dilakukan oleh calon legislatif adalah dengan cara: A. Membuat Catatan Jumlah Desa, Kecamatan yang akan Didulang Suaranya Pada Saat Pemilihan Umum Catatan ini penting untuk mempetakan jaringan marga disetiap desa atau kecamatan dan mencari orang yang berpengaruh di daerah tersebut misalnya tokoh adat untuk dijadikan tim suksesuntuk mengajak masyarakat dan membentuk tim yang kuat pada saat kampanye hal ini sangat penting untuk dilakukan agar bisa mengetahui bagaimana kondisi dilapangan dengan melakukan wawancara dengan bapak Marsono Simamora salah satu calon legislatif terpilih yang melakukan strategi ini dalam dalam mendukung kemenangannya Laki-laki; 50 tahun: “… pemanfaatan jaringan marga itu sangat penting dilakukan untuk mendukung kemenangan dalam pemilihan legislatif maupun pemilihan kepala daerah. Apalagi ditempat kita ini yang masih identik dengan marga, karena sumua penduduk di kabupaten kita ini mayoritas orang batak yang memiliki marga.Kenapa harus memanfaatkan jaringan marga?Karena marga itu merupakan sebuah identitas yang paling menonjol dari orang batak.Karena melihat kondisi di masayarakat sifat primordialismenya tinggi.Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya masyarakat cenderung memilih calon legislatif itu karena satu marga, satu agama, satu suku dan satu asal daerah. Melihat kondisi ini maka saya berfikir untuk membuat sebuah tim yang biasa kita sebut dengan tim sukses di setiap daerah pemilihan. Pada waktu itu saya berada di daerah pemilihan I. Sebelumnya kita harus kenal dengan daerah pemilihan, jangan menjadi seorang pemimpin perang yang bodoh yang berperang tanpa mempelajari area pertempuran.kalau perlu buat catatan jumlah desa, kecamatanyang akan didulang suaranya nanti. Catatan ini penting untuk mempetakan jaringan marga disana dan mencari orang yang berpengaruh di daerah tersebut misalnya tokoh adat untuk dijadikan tim sukses untuk mengajak masyarakat dan membentuk tim yang kuat pada saat kampanye. Selain itu kita juga berkunjung kerumah-rumah yang bisa kita jangkau untuk dikunjungi langsung…” B. Menggunakan Identitas Marga Ibu dan Identitas Marga Istri Suku Batak khususnya Batak Toba sangat terkenal dengan identitas marga yang dimilikinya. Setiap orang batak adalah saudara walaupun dia berbeda marga tetapi ada saja garis marga yang menghubungkan setiap orang batak yang menjadikan mereka satu saudara, baik itu dari marga ibu kandung dari kedua orang tersebut sama maupun marga dari nenek mereka sama mereka akan menarik sebuah garis yang menentukan mereka adalah masih saudara. Demikian juga halnya dengan calon legislatif terpilih yang menang di Humbang Hasundutan bapak Marsono Simamora untuk mendapatkan suara banyak pada pemilihan legislatif tahun 2014 lalu beliau memanfaatkan jaringan marga Simamora yang dimilikinya dan juga memanfaatkan jaringan marga yang dimiliki oleh ibu dan juga istrinya Laki-laki;50 tahun: “… Tetapi pada saat pencalonan tahun kemarin saya tidak hanya memanfaatkan jaringan marga saya yaitu marga Simamora tetapi juga saya memanfaatkan jaringan marga dari ibu saya, jaringan marga dari tulang saudara laki-laki ibu saya, dengan mengatakan bahwa saya adalah bere keponakan dari marga ibu saya, selain itu juga saya mengatakan bahwa hula-hula saudara laki-laki istri kandung maupun saudara tidak kandung tetapi semarga dengan istri saya adalah ini dengan menyebutkan marga istri saya. Cara ini cukup efektif saya rasa untuk mendulang suara banyak. Saya dan ibu maupun istri saya datang dan mengunjungi daerah dimana di daerah tersebut masyarakat yang bermarga sama dengan ibu saya maupun istri saya bisa dibilang mayoritas untuk memperkenalkan diri dengan membuat sebuah acara adat maupun acara sosial di daerah tersebut…” Ketika ditanya kepada informan, bapak Marsono Simamora mengenai seberapa besar pengaruh pemanfaatan jaringan marga itu dalam mendukung kemenangannya: “… kalau ditanya mengenai seberapa besar pengaruhnya yang pasti berpengaruh lah, tetapi jika hanya menggunakan metode menggunakan jaringan tadi mungkin suara tidak sebanyak itu terkumpul, yang pasti kita melakukan kampanye dan juga kegiatan sosial dan adat yang bertujuan untuk menyampaikan misi dan visi kita. Memang kalau bisa dibilang semua harus seimbang kita lakukan kerja keras, kita harus memanfaatkan jaringan marga tadi, dan juga kita harus mempunyai modal untuk bisa mendapatkan suara untuk memperoleh kemenangan dalam pemilihan umum…”

2. Memanfaatkan Modal Budaya

Didalam keluarga batak toba yang masih dikenal kuat dengan aturan adat dan budaya serta identitas marga yang dimiliki menjadikan pemanfaatan modal sosial dan modal budaya itu sangat penting untuk di aplikasikan seperti data yang ditemukan dilapangan dengan melakukan wawancara denga bapak Marsono Simamora salah satu calon legislatif terpilih yang memanfaatkan modal budaya dan juga adat istiadat yang ada di adat batak toba untuk mendukung kemenangannya Laki-laki;50 tahun: “… Sebagai seorang calon anggota legislatif yang akan berkompetisi dalam pemilihan umum untuk memperebutkan salah satu kursi anggota DPRD kita harus mempunyai strategi dalam memenangkan pertarungan, kita harus mengenali kondisi dan situasi dimana kita bertarung. Seperti hal nya dengan saya, saya melihat kondisi dilingkungan kita dan melihat bahwa adat istiadat serta budaya kita masih kuat dan kita harus pintar memanfaatkan kondisi ini, dengan misalnya kalau ada sebuah pesta kita datang kepesta itu baik kedudukan kita sebagai hula-hual anak laki-laki maupun boru anak perempuan kita memberikan seperti misalnya papan bunga atau bentuk bantuan lain kepada yang berpesta, atau kita ikut marhobas jika kedudukan kita boru anak perempuan pada pesta itu. Kita harus pandai membawakan diri dan menempatkan posisi kita untuk mencari simpati dari masyarakat…”

3. Memanfaatkan Modal Ekonomi

Menurut penuturan informan, untuk bisa memperoleh suara banyak dan memenangkan pemilihan legislatif harus diseimbangkan antara modal ekonomi dan juga mampu mempelajari budaya daerah setempat dan harus pintar memanfaatkan jaringan marga.Dikarenakan kondisi masyarakat yang masih memegang kuat adat dan budaya serta melihat kecenderungan masyarakat yang lebih memilih para calon yang mempunyai kesamaan dengan mereka seperti misalnya kesamaan agama, marga, suku dan daerah. “modal ekonomi uang juga harus kita miliki untuk memenangkan sebuah pertarungan untuk mendapatkan satu kursi dalam pemilihan legislatif itulah yang dsebut dengan “cost politic” atau biaya politik. Modal ekonomi tersebut kita gunakan untuk pembuatan spanduk, pembuatan baliho maupun pembuatan poster-poster maupun stiker, dan juga pengeluaran untuk kebutuhan politik lainnya.Selain untuk itu pada acara natal dan tahun baru pada tahun lalu kita juga memberikan amplop berisi uang kepada masyarakat sebagai ucapan selamat hari natal dan tahun baru kita kepada masyarakat penduduk desa Saitnihuta.Pemberian tersebut bukan merupakan “Money Politic” tetapi itu sebuah bentuk ucapan terimakasih kita kepada masyarakat tersebut karena antusias mereka untuk mendukung saya waktu itu sampai pada pemilihan legislatif berlangsung.” Berdasarkan temuan data dilapangan dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan ditemukan data bahwa strategi yang dilakukan calon legislatif untuk mendapatkan dukungan suara adalah dengan memanfaatkan jaringan marga calon legislatif itu sendiri, selain itu juga memanfaatkan jaringan marga dari ibu dan juga istrinya, Selain itu dengan cara memetakan dearah yang akan di dulang suaranya pada saat pemilihan dan menjumpai tokoh-tokoh adat disetiap daerah untuk dijadikan tim sukses, calon legislatif terpilih ini yang merupakan responden juga berkunjung kerumah-rumah yang bisa dijangkau untuk dikunjungi langsung. Ketiga modal ini harus dimiliki oleh seorang calon legislatif pada saat mencalonkan diri untuk menarik suara dari masyarakat. Didalam teori ekonomi diketahui bahwa pemanfaatan modal ekonomi, modal budaya dan modal sosial sangatlah penting untuk di aplikasikan dan tidak kalah pentingnya untuk di aplikasikan didalam dunia politik. Dimana sering kita lihat orang-orang mengabaikan modal sosial dan modal budaya dan hanya menjadikan modal ekonomi sebagai patokan untuk meraih suara dan kemenangan dalam pemilihan umum khusunya di daerah yang masih memiliki suku dan agama yang sama. Berdasarkan temuan data dilapangan jaringan yang dibangun antara calon legislatif terpilih dengan masyarakat khususnya Punguan Marga Simamora Boru Bere dan Ibebere sebagai berikut: a. Jaringan individu ego centris adalah sebuah jaringan yang berhubungan dengan modal tunggal atau individu, contohnya teman baik saya. Dalam hal ini ada satu titik yang menjadi sentral pengamatan. b. Sedangkan jaringan sosial social-centric digambarkan dalam model dan batasan analisisnya, seperti jaringan antara mahasiswa dalam sebuah kelas, jaringan pekerja dan manajemen dalam sebuah pabrik atau tempat kerja. c. Jaringan terbuka open system batasan tidak dianggap penting. Sebagai contoh jaringan politik, jaringan antar perusahaan dan jaringan antara mahasiswa.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan