Hasil Penentuan Kurva Serapan Derivatif Kafein Hasil Penentuan

32 Gambar 4.10. Kurva tumpang tindih serapan derivat kedua parasetamol dalam berbagai konsentrasi.

4.3 Hasil Penentuan Kurva Serapan Derivatif Kafein

Kurva serapan baku kafein dibuat dengan konsentrasi 4 gmL; 6 gmL; 8 gmL; 10 gmL; dan 12 gmL. Kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 200 – 400 nm. Kurva serapan baku kafein dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 64 - 66. Kurva serapan baku kafein selanjutnya ditransformasikan menjadi kurva serapan derivat pertama dan kedua dengan Δ = 2 nm. Kurva serapan derivat kedua kafein dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 69 - 71 Kemudian kurva serapan derivat kedua dari masing – masing konsentrasi ditumpang tindihkan. Kurva tumpang tindih serapan baku kafein dan kurva tumpang tindih serapan derivat pertama dan kedua kafein dari masing –masing konsentrasi masing-masing dapat dilihat pada Gambar 4.11, 4.12 dan 4.13. Parasetamol 5 μgmL Parasetamol 10 μgmL Parasetamol 15 μgmL Parasetamol 20 μgmL Parasetamol 25 μgmL Universitas Sumatera Utara 33 Gambar 4.11. Kurva tumpang tindih serapan kafein dalam berbagai konsentrasi. Gambar 4.12. Kurva tumpang tindih serapan derivat pertama kafein dalam berbagai konsentrasi. Kafein 4 μgmL Kafein 6 μgmL Kafein 8 μgmL Kafein 10 μgmL Kafein 12 μgmL Kafein 4 μgmL Kafein 6 μgmL Kafein 8 μgmL Kafein 10 μgmL Kafein 12 μgmL Universitas Sumatera Utara 34 Gambar 4.13. Kurva tumpang tindih serapan derivat kedua kafein dalam berbagai konsentrasi.

4.4 Hasil Penentuan

Zero Crossing 4.4.1 Zero Crossing Derivat Kedua pada Parasetamol dan Kafein Penentuan zero crossing derivat pertama dan kedua diperoleh dengan menumpang tindihkan dari masing-masing konsentrasi pada parasetamol dan kafein. Zero crossing pada serapan derivat pertama dan kedua parasetamol dan kafein ditunjukkan oleh panjang gelombang yang memiliki serapan nol pada berbagai konsentrasi. Zero crossing serapan derivat petama parasetamol 217,37 nm; 242,83 nm; dan 312,32 nm dan serapan derivat kedua pada parasetamol diperoleh dengan panjang gelombang 225,59 nm; 257,30 nm; 277,91 nm sedangkan serapan derivat pertama kafein 245,18 nm; 272,73 nm; 311,52 nm dan serapan derivat kedua kafein dengan panjang gelombang 215,60 nm; 229,68 nm; 235,99 nm; 260,48 nm; 286,09 nm; dan 307,61 nm. Zero crossing derivat pertama 242,83 Universitas Sumatera Utara 35 dan kedua parasetamol dan kafein dapat dilihat pada Gambar 4.14 – 4.17. Gambar 4.14. Zero crossing parasetamol pada derivat pertama Gambar 4.15. Zero crossing parasetamol pada derivat kedua Parasetamol 5 μgmL Parasetamol 10 μgmL Parasetamol 15 μgmL Parasetamol 20 μgmL Parasetamol 25 μgmL 225,59 nm 232,61 257,30 277,91 217,37 312,32 245,18 272,73 311,52 Parasetamol 5 μgmL Parasetamol 10 μgmL Parasetamol 15 μgmL Parasetamol 20 μgmL Parasetamol 25 μgmL Universitas Sumatera Utara 36 Gambar 4.16. Zero crossing Kafein pada derivat pertama Gambar 4.17. Zero crossing Kafein pada derivat kedua 4.5 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Analisis Penentuan panjang gelombang analisis dilakukan dengan membuat larutan parasetamol dengan konsentrasi 20 gmL, kafein dengan konsentrasi 4 gmL, Kafein 4 μgmL Kafein 6 μgmL Kafein 8 μgmL Kafein 10 μgmL Kafein 12 μgmL 215,60 229,6 235,99 307,6 286,09 260,48 Kafein 4 μgmL Kafein 6 μgmL Kafein 8 μgmL Kafein 10 μgmL Kafein 12 μgmL Universitas Sumatera Utara 37 dan larutan campuran parasetamol dan kafein sehingga di dalamnya terdapat parasetamol dengan konsentrasi 20 gmL dan kafein dengan konsentrasi 4 gmL. Kemudian dibuat spektrum serapan derivat pertama dan kedua dari masing-masing larutan parasetamol, kafein dan campuran parasetamol dengan kafein, selanjutnya ditumpang tindihkan.Yang dipilih untuk menjadi panjang gelombang analisis adalah pada saat serapan senyawa pasangannya nol dan serapan senyawa yang lain dan campurannya memiliki nilai serapan positif, hampir sama atau persis sama. Dilihat Gambar 4.27 dan 4.29 spektrum derivat pertama tidak ditemukan zero crossing maka dilanjutkan ke derivat kedua Gambar 4.28 dan 4.30. Kurva serapan campuran parasetamol dan kafein, kurva serapan tumpang tindih parasetamol dan kafein, kurva serapan tumpang tindih parasetamol, kafein dan campuran parasetamol dan kafein pada derivat pertama dan kedua masing-masing dapat dilihat pada Gambar 4.18 – 4.33 Gambar 4.18. Kurva serapan campuran parasetamol 20 gmL dan kafein 4 gmL Universitas Sumatera Utara 38 Gambar 4.19. Kurva serapan tumpang tindih parasetamol 20 gmL dan kafein 4 gmL Gambar 4.20. Kurva serapan tumpang tindih parasetamol 20 gmL dan kafein 4 gmL dan campuran keduanya Gambar 4.21. Kurva serapan derivat pertama campuran parasetamol 20 gmδ dan kafein 4 gmδ Parasetamol 20 gmδ Kafein 4 gmδ Parasetamol 20 gmδ Kafein 4 gmδ Campuran Parasetamol 20 gmδ dan Kafein 4 gmδ Universitas Sumatera Utara 39 Gambar 4.22. Kurva serapan derivat kedua campuran parasetamol 20 gmδ dan kafein 4 gmδ Gambar 4.23. Kurva tumpang tindih serapan derivat pertama parasetamol 20 gmδ dan kafein 4 gmδ Gambar 4.24. Kurva tumpang tindih serapan derivat kedua parasetamol 20 gmδ , kafein 4 gmδ Parasetamol 20 gmδ Kafein 4 gmδ Parasetamol 20 gmδ Kafein 4 gmδ Universitas Sumatera Utara 40 a Gambar 4.25. Kurva tumpang tindih serapan derivat pertama parasetamol 20 gmδ , kafein 4 gmδ dan campuran keduanya Gambar 4.26. Kurva tumpang tindih serapan derivat kedua parasetamol 20 gmδ , kafein 4 gmδ dan campuran keduanya Gambar 4.27. Zero crossing derivat pertama parasetamol Parasetamol 20 gmδ Kafein 4 gmδ Campuran Parasetamol 20 gmδ dan Kafein 4 gmδ Parasetamol 20 gmδ Kafein 4 gmδ Campuran Parasetamol 20 gmδ dan Kafein 4 gmδ Parasetamol 20 gmδ Kafein 4 gmδ 215,60 Universitas Sumatera Utara 41 Gambar 4.28. Zero crossing derivat kedua parasetamol Gambar 4.29. Zero crossing derivat pertama kafein Parasetamol 20 gmδ Kafein 4 gmδ Kafein 4 gmδ Parasetamol 20 gmδ 225,60 Parasetamol 20 gmδ Kafein 4 gmδ Universitas Sumatera Utara 42 Gambar 4.30. Zero crossing derivat kedua Kafein Gambar 4.31.Panjang gelombang analisis derivat pertama parasetamol dan kafein Gambar 4.32. Panjang gelombang analisis derivat kedua parasetamol Parasetamol 20 gmδ Kafein 4 gmδ Campuran Parasetamol 20 gmδ dan Kafein 4 gmδ Parasetamol 20 gmδ Kafein 4 gmδ Campuran Parasetamol 20 gmδ dan Kafein 4 gmδ Parasetamol 20 gmδ Kafein 4 gmδ Campuran Parasetamol 20 gmδ dan Kafein 4 gmδ 215,60 nm 225,60 Universitas Sumatera Utara 43 Gambar 4.33. Panjang gelombang analisis derivat kedua kafein Pada Gambar diatas, dapat dilihat bahwa panjang gelombang analisis yang dapat dipakai adalah pada serapan derivat kedua. Untuk mengetahui lebih tepatnya dilakukan pemilihan panjang gelombang analisis. Parasetamol dan kafein memiliki banyak Zero crossing pada serapan derivat kedua yang diperoleh pada panjang gelombang 225,59 nm; 257,30 nm; 277,91 nm untuk parasetamol dan kafein dengan panjang gelombang 215,60 nm; 229,68 nm; 235,99 nm; 260,48 nm; 286,09 nm; dan 307,61 nm. Pemilihan panjang gelombang analisis ditentukan dimana salah satu serapan senyawa berada pada nilai nol dan serapan senyawa yang lain dan campurannya memiliki nilai serapan positif, hampir sama atau persis sama, karena pada panjang gelombang tersebut dapat secara selektif mengukur serapan senyawa pasangannya pada saat serapan yang paling maksimum Harmita,2004. Panjang gelombang analisis dan serapan pada derivat kedua dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Panjang Gelombang Analisis dan Absorbansi pada Derivat Kedua Panjang Gelombang nm Serapan Parasetamol 20 gmδ Kafein 4 gmδ Campuran parasetamol dan Kafein 215,6 0,008 0,000 0,008 225,6 -0,000 0,001 0,001 229,6 0,000 0,000 0,000 232,6 0,000 -0,000 -0,000 Universitas Sumatera Utara 44 235,9 -0,001 0,000 -0,001 257,3 0,000 0,000 0,000 260,5 0,000 0,000 0,000 277,9 -0,000 -0,001 -0,001 286,0 -0,000 -0,000 -0,000 307,6 0,000 0,000 -0,000 Dari Tabel 4.1 diatas panjang gelombang analisis parasetamol yang dipakai adalah 215,6 nm karena nilai serapan kafein adalah nol, sedangkan nilai serapan untuk parasetamol dan campuran parasetamol dan kafein memiliki nilai serapan yang sama dan maksimum 0,008. Demikian juga untuk pada panjang gelombang 225,6 nm, karena pada panjang gelombang ini, nilai serapan dari parasetamol adalah nol, sedangkan nilai serapan untuk kafein dan campuran parasetamol dan kafein memiliki nilai serapan yang sama dan maksimum yaitu 0,001 sehingga panjang gelombang analisis untuk kafein adalah pada 225,6 nm dan Parasetamol adalah 215,6 nm. Kurva serapan penentuan panjang gelombang analisis parasetamol dan kafein pada derivat kedua dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 72 - 73. 4.6 Hasil Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Parasetamol dan Kafein 4.6.1 Kurva Kalibrasi Parasetamol dan Kafein Linearitas kurva kalibrasi menunjukkan hubungan yang linier antara absorbansi dengan konsentrasi. Kurva kalibrasi parasetamol dan kafein pada derivat kedua dapat dilihat pada Gambar 4.19 dan 4.20. Persamaan regresi parasetamol adalah Y= 44,3 x 10 -5 X + 7,62 x 10 -5 dengan korelasi r = 0,99998 Universitas Sumatera Utara 45 dan persamaan regresi kafein adalah Y= 45,8 x 10 -5 X + 1,79 x 10 -5 dengan korelasi r = 0,99996. Data Kalibrasi parasetamol dan kafein, Persamaan Regresi dan Koefisien Korelasi dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10 halaman 74 - 77. Gambar 4.34. Kurva kalibrasi parasetamol pada derivat kedua pada panjang gelombang 215,6 nm Universitas Sumatera Utara 46 Gambar 4.35.Kurva kalibrasi kafein derivat kedua pada panjang gelombang 225,6 nm

4.7. Hasil Penentuan Kadar Parasetamol dan Kafein pada Sediaan Tablet