Pengertian dan Sejarah Bank Syariah

c. Pemasangan Installation pemasangan mengacu pada pekerjaan yang dilakukan untuk membuat produk tertentu beroperasi dilokasi yang direncanakan. d. Pelatihan Pelanggan Customer Training pelatihan pelanggan mengacu pada pelatihan para pegawai pelanggan untk menggunkan peralatan dari penjual secara tepat dan efisien. e. Konsultasi Pelanggan Customer Consulting Konsultasi pelanggan mengacu pada pelayanan data , system informasi , dan saran yang diberikan penjual pada pembeli. f. Pemeliharaan dan Perbaikan Maintenance and Repair Yaitu merupakan program pelayanan prusahaan untuk membantu pelanggan , menjaga agar produk yang dibeli oleh konsumen senantiasa dalam kondisi kerja yang baik. g. Pelayanan Lain –lain Perusahaan dapat menemukan berbagai cara untuk mendiferensiasikan jasa atau layanan bagi pelanggan seperti : garansi produk , pemeliharaan secara gratis.

C. Konsep Bank Syariah

1. Pengertian dan Sejarah Bank Syariah

Istilah lain yang dugunakan untuk sebutan Bank Islam adalah Bank Syariah. Secara akademik, istilah Islam dan Syariah memang mempunyai pengertian yang berbeda. Namun secara teknis untuk penyebutan Bank Islam dan Bank Syariah mempunyai pengertian yang sama. 14 Dalam Ensiklopedi Islam, Bank Islam berarti Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta pengedaran uang yang pengoprasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Sedangkan menurut Amin Aziz, Bank Syariah Islam merupakan lembaga perbankan yang sistem operasinya berdasarkan syariat Islam. Hal ini dipertegas dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan Bab 1 pasal 1 ayat 3 disebutkan, Bank Syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 15 Jauh sebelum lahirnya Bank Syariah, sistem Profite Sharing bagi hasil seperti Mudhorobah dan Musyarokah dipastikan sudah ada sebelum datangnya Islam. Di Timur Tengan Pra-Islam, kemitraan-kemitraan bisnis yang berdasarkan atas konsep Mudhorobah telah berjalan berdampingan dengan konsep pinjaman sistem bunga sebagai cara untuk membiayai berbagai aktivitas ekonomi. Setelah kedatangan Islam, transaksi keuangan berbasis bunga dilarang dan semua dana harus disalurkan atas dasar profit sharing. Teknik kemitraan bisnis dengan menggunakan prinsip Mudhorobah, dipraktekkan sendiri oleh Nabi Muhammad SAW ketika bertindak sebagai Mudhorib wakil atau pihak yang dimodali untuk istrinya Siti Khodijah. Sementara Khalifah yang ke-dua, Umar bin Khattab 14 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait: BMI Dan Takaful Di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, h. 5 15 Amin Aziz, Mengembangkan Bank Islam Di Indonesia, Jakarta: Bangkit, 1992, h.1 menginvestasikan uang anak yatim pada para saudagar yang berdagang di jalur perdagangan antara Madinah dan Irak. 16 Kemitraan-kemitraan bisnis berdasarkan profite sharing yang sederhana semacam itu berlanjut dengan bentuk yang sama sekali tidak berubah selama beberapa abad, tetapi tidak berkembang menjadi sarana untuk investasi berskala luas yang membutuhkan pengumpulan dana besar-besaran dari banyak penabung perorangan meskipun menurut Mazhab Hanafi, bisa saja memperluas kemitraan Mudhorobah dengan mengikuti bentuk sederhana itu. Perkembangan tidak terjadi sampai bermunculannya institusi-institusi keuangan Islam. Pada masa selanjutnya beberapa eksperimen awal untuk perbankan Islam berlangsung di Melayu pada pertengahan tahun 1940-an. Di Pakistan pada akhir tahun 1950-an, melalui jamaah Islami pada tahun 1969 Egypts Mit Gamar Seving Banks 1963-1967. Akan tetapi perbankan Islam tersebut tidak bertahan lama beroperasi, seperti Bank Pakistan bubar setelah beroperasi dua tahun saja. Sedangkan di Mesir Mit Gamar ditutup pada pertengahan tahun 1967 karena beberapa alasan dan operasionalnya diambil alih Bank Nasional Mesir dengan berdasarkan bunga. Satu-satunya institusi Islam yang bertahan pada periode awal adalah Nasser Sosial Bank Mesir dan Tabungan Haji Malaysia. Diawal tahun 1970-an dibentuk OKI yang antara lain diprakarsai oleh almarhum Raja Faizal dari Arab Saudi yang juga menyarankan tiap negara Islam agar mendirikan Bank Islam. Berdirinya OKI mendorong terbentuknya Islamic 16 Latifa M. Algaoud dan Mervyn K. Louis, Perbankan Syariah Prinsip Dan Praktek , Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001, h. 14 Develeopment Bank IDB pada tahun 1975 yang dianggap sebagai pemicu tumbuhnya Bank Islam di manca Negara dengan pesat. 17 Walaupun pada awal perkembangannya banyak yang menentang perkembangan Bank Syariah, akan tetapi perkembangan Bank Syariah di dunia terus menunjukkan angka yang sangat signifikan. Adapun perkembangan Bank Syariah secara keseluruhan di dunia pertahun 2000 adalah sebagai berikut : lembaga yang didirikan sebanyak 176 Lembaga Keuangan Syariah LKS, total asset yang dimiliki sebanyak 147,7 billiun, jumlah modal sebesar 7 billiun. Sedangkan penyebaran LKS di dunia kurang lebih 30 Negara Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara, USA, Eropa dan Rusia. 18 Berkembangnya Bank-bank Syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Secara historis perkembangan perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan dan kemajuan perbankan syariah internasional, serta perkembangan dinamika pemikiran dan upaya dari para ulama, ahli ekonomi baik secara individual maupun institusional. Pada periode 1980-an, diskusi mengenai Bank Syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Keberadaan Bank Syariah di Indonesia telah melalui proses yang panjang. Baru setelah pemerintah mengeluarkan paket kebijaksaan 27 oktober 1988 Pakto 1988 umat Islam banyak yang mendirikan Bank-bank Islam. Awal mula berdirinya perbankan syariah modern di Indonesia dapat dicatat pada waktu pendirian Bank Perkreditan Rakyat BPR Dana Mardhatillah dan BPR Berkah 17 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah : Lingkup, Peluang, Tantangan Dan Prospek, Jakarta: Alvabet 1999, h.12 18 Eksistensi Bank Syariah Dalam Perbankan Nasonal, Jakarta: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Kemasyarakatan, 2002, Vol. no 2 Januari-Juni, h.174 Amal Sejahtera pada awal 1991 di Bandung yang di prakarsai oleh ISED Institute for Shariah Economic Development, kemudian pada bulan November 1991 berdiri Bank Muamalat Indonesia BMI di Jakarta. Gagasan pembentukan Bank Syariah Nasional tersebut terkait erat dengan pokok pemikiran yang dihasilkan loka karya Majelis Ulama Indonesia MUI pada tanggal 18-20 Agustus 1090 di Cisarua-Bogor, dengan topik utama Masalah bunga Bank dan Perbankan. Pokok pemikiran tersebut akhirnya dibawa dalam kongres tahunan MUI pada tanggal 22- 25 Aguatus 1990 yang menyetujui penyusunan cetak biru pendirian Bank Umum Syariah pertama di Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia BMI. 19 Dalam rangka pemberian landasan hukum bagi beroperasinya perbankan syariah, dalam undang-undang No.71992 dimuat tentang perbankan dengan prinsip bagi hasil yang selanjutnya diatur secara rinci dalam PP No. 72 Tahun 1992 tentang bank dengan prinsip bagi hasil. Berdasarkan UU No. 71992 Bank Syariah dipahami sebagai bank bagi hasil, selebihnya Bank Syariah harus tunduk pada seluruh peraturan perbankan umum yang berlaku. Pada umumnya peraturan perbankan umum belum mengakomodir keunikan operasional Bank Syariah, karena pada saat itu tidak ada peraturan perundangan lainnya yang mendukung sistem operasonal Bank Syariah. Oleh karenanya manajemen Bank Syariah cenderung mengadopsi produk-produk perbankan konvensional yang disyariahkan dengan variasi produk yang terbatas. Akibatnya tidak semua kebutuhan masyarakat terakomodasi dan produk yang ada tidak kompetitif terhadap semua produk Bank Konvensional. 19 Direktorat Perbankan syariah. Arah Kebijakan Dan Perkembangan Perbankan Syariah Nasional, Jakarta: Bank Indonesia, 2004, h. 3 Selama lebih dari enam tahun beroperasi, kecuali Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 dan peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 1992, praktis tidak ada peraturan perundang-undangan lainya yang mendukung sistem beroperasinya perbankan syariah. Ketiadaan perangkat hukum pendukung ini memaksa perbankan syariah menyesuaikan produk-produknya dengan hukum positif yang berlaku yang nota bene berbasis bungakonvensional, di Indonesia. Akibatnya ciri- ciri Syariah yang melekat padanya menjadi tersamar dan Bank Islam di Indonesia tampil seperti layaknya Bank Konvensional. Karena dibatasinya perkembangan Syariah saat itu membuat BMI menjadi pemain tunggal dipasar dengan sejumlah problema terutama berkaitan dengan masalah pengelolaan likuiditas dan mitra kerjasama. Sehingga dengan keterbatasan tersebut selama periode tahu 1992 hingga 1998 hanya berdiri satu Bank Syariah, yaitu Bank Muamalat Indonesia BMI dan 78 Bank Pengkreditan Rakyat Syariah BPRS sebagai pelaku perbankan yang terbesar di berbagai kota di Indonesia.

2. Tujuan dan Prinsip Bank Syariah a.