Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Kerangka Konsep Operasional Konsep

Peneliti memilih Tribun Medan sebagai objek yang ingin diteliti karena harian Tribun Medan merupakan surat kabar baru, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana kualitas surat kabar Tribun Medan di mata pembaca. Dalam penelitian ini penulis memilih mahasiswa Universitas Sumatera Utara sebagai objek penlitian karena mahasiswa merupakan orang-orang yang banyak membutuhkan atau mengkonsumsi informasi baik dari media massa elektronik maupun media massa cetak, dalam penelitian ini khususnya media massa cetak yaitu surat kabar. Dalam hal ini penulis membatasi populasi dengan memilih mahasiswa USU program S-1 angkatan 2009-2011 dan hanya mengambil 3 tiga fakultas saja yaitu: Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Fakultas ISIP. Adapun alasan penulis memilih ketiga fakultas ini karena mahasiswa di ketiga fakultas tersebut lebih cenderung mengkonsumsi media cetak baik karena kebutuhan akan informasi maupun karena kebutuhan untuk tugas-tugas perkuliahan. Dengan demikian penulis beranggapan bahwa surat kabar Tribun Medan sangat berpotensi untuk menjadi target mahasiswa karena harganya yang sangat terjangkau yaitu Rp 1000,- rupiah. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimanakah persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap surat kabar Tribun Medan.

I.2. Perumusan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan ini lebih jelas dan terarah, perlu diberikan suatu rumusan yang jelas terhadap masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang di atas penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap surat kabar Tribun Medan”. Universitas Sumatera Utara

I.3. Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas, terarah dan tidak meluas, sehingga menyulitkan penulis dalam penelitiannya. Maka penulis membuat pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu bertujuan memberikan gambaran atau mendeskripsikan tentang persepsi khalayak terhadap surat kabar Tribun Medan. 2. Penelitian ini dilakukan di Universitas Sumatera Utara. 3. Objek penelitian adalah mahasiswa yang mengetahui atau mengenal surat kabar Tribun Medan yang ada di Universitas Sumatera Utara. 4. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan April 2011-selesai. I.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui persepsi pembaca terhadap surat kabar Tribun Medan. 2. Untuk mengetahui kualitas surat kabar Tribun Medan.

I.4.2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah : 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan memperkaya penelitian dalam bidang ilmu komunikasi. 2. Secara teoritis, peneliti dapat menerapkan ilmu yang diterima selama menjadi mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU, serta memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti tentang penelitian. Universitas Sumatera Utara 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak yang membutuhkan dan bagi Harian Tribun Medan khususnya dalam meningkatkan kualitasnya.

I.5. Kerangka Teori

Dalam memecahkan suatu persoalan atau masalah dengan jelas dan sistematis secara ilmiah, diperlukan teori-teori sebagai landasan berpikir dan kerangka berpikir. Kerangka teori merupakan landasan berpikir yang digunakan untuk mencari pemecahan suatu masalah. Setiap penelitian membutuhkan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan dan membahas masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut diamati Nawawi, 1995 : 39 - 40. Mengungkap teori yang digunakan berati mengemukakan teori-teori yang relevan yang memang benar-benar digunakan untuk membantu menjelaskan atau menganalisis secara logis dan rasional fenomena sosial yang diteliti. Penulis mengemukakan beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Teori-teori tersebut yang dianggap relevan dengan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

I.5.1. Komunikasi Massa

Meskipun berbeda-beda, ternyata komunikasi massa memiliki kesamaan, walau terdapat perbedaan antara ahli psikologi sosial dengan ahli komunikasi dalam masalah komunikasi tersebut. Ahli psikologi sosial mengatakan, komunikasi massa tidak selalu dengan mengggunakan media massa. Berpidato di lapangan disaksikan banyak orang, asal dapat menunjukkan perilaku massa mass behavior, sudah dapatdikatakan komunikasi massa. Namun, ahli komunikasi juga berpendapat bahwa komunikasi massa mass Universitas Sumatera Utara communication merupakan komunikasi melalui media massa cetak dan atau elektronik. Jelasnya, komunikasi massa bagi ahli komunikasi merupakan singkatan dari komunikasi media massa mass media communication. Lebih jelasnya, dalam buku Mondry 2008:14, Effendy mengatakan bahwa komunikasi massa tentu komunikasi yang menggunakan media massa, seperti surat kabar, tabloid dan majalah atau radoi, televisi atau e-news. Menurut Effendy 1986, komunikasi massa juga dapat dikenali dari ciri khas yang dimilkinya, yakni: 1. Komunikasi massa berlangsung searah one way communication, berarti komunikasi melalui media massa tidak mendapatkan arus balik langsung dari komunikan kepada komunikator. 2. Dalam media massa, meskipun sumber informasi atau komunikatornya perorangan, seperti wartawan, reporter atau penyiar, tetapi dalam menyampaikan sesuatu dia bertindak atas nama lembaga, berupa media massa yang diwakilinya. 3. Pesan yang disebar media massa tidak ditujukan kepada perorangan atau kelompok atau orang tertentu, tetapi lebih bersifat umum public karena ditujukan kepada khalayak umum dan mengenai kepentingan umum. 4. Media massa mampu menimbulkan keserempakan simultaneity terhadap khalayak dalam menerima pesan yang disampaikan. 5. Sasaran komunikan pembaca, pendengar atau pemirsa yang dituju atau menjadi sasaran media massa bersifat heterogen. Keberadaan mereka juga berpencar dan tidak saling mengenal, juga tidak dapat melakukan kontak secara pribadi. Dengan tujuan yang sama, Assegaff 1983 mengungkapkan bahwa media massa memilki ciri-ciri yang umum, meliputi: 1. komunikasi massa bersifat komunikasi searah; Universitas Sumatera Utara 2. menyajikan aneka atau rangkaian pilihan informasi yang luas, baik ditinjau dari khalayak yang ingin menjadi sasaran maupun dari sisi pilihan isi yang diberikan kepada khalayak pembaca; 3. sifat media massa dapat menjangkau khalayak yang besar dan tersebar karena jumlah media massa lebih sedikit dibanding khalayak yang memanfaatkan; 4. karena sifat media massa manarik perhatian khalayak luas dan besar, berarti media itu harus mampu mencapai tingkat intelek umum rata-rata; 5. organisasi penyelenggara komunikasi massa merupakan lembaga masyarakat yang harus peka terhadap berbagai hal, seperti lingkungannya, termasuk lingkungan masyarakatnya.

I.5.2. Uses and Gratification

Teori Uses and Gratification lebihmenekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya manusia punya otonomi, wewenang untuk memperlakukan media Nurudin, 2004: 181. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Menurut teori ini konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana mereka menggunakan media dan bebas memilih media mana yang mampu memuaskan kebutuhan informasi khalayak, serta bagaimana media itu akan berdampak bagi khalayak itu sendiri. Katz menggambarkan sejumlah logika yang mendasari penelitian uses and gratification sebagai berikut: 1 kondisi sosial psikologi seseorang yang menyebabkan adanya 2 kebutuhan yang menciptakan 3 harapan-harapan terhadap 4 media massa dan sumber- sumber lain, yang membawa kepada 5 perbedaan pola penggunaan media yang akhirnya akan menghasilkan 6 pemenuhan kebutuhan dan 7 konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya Ardianto, 2004: 72. Universitas Sumatera Utara Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan media oleh seseorang uses dan kepuasan yang diperoleh gratification. Gratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi dan kontak sosial. Keefektifan khalayak terlihat jelas dalam pemilihan media yang digunakan, dimana khalayak akan mengontrol apa yang mereka dengarkan, saksikan dan baca. Khalayak bebas dalam mengontrol media yang digunakan. Pengontrolan disesuaikan dengan kebutuhan dan motif. Seleksi terhadap media yang dilakukan oleh khalayak disesuaikan dengan kebutuhan dan motif. Seleksi media ini berlaku untuk semua jenis media baik media cetak maupun media elektronik. Unsur motif dalam tindakan seleksi media ini biasanya dilakukan untuk memuaskan kebutuhan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan perorangan, melainkan arus lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri Severin, 2007: 4. Asumsi dasar dari pendekatan uses and gratification: 1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebahagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. 2. Dalam proses komunikasi massa bannyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak. 3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhan khalayak. 4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan oleh khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan atau motif pada situasi-situasi tertentu. Universitas Sumatera Utara 5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti dahulu orientasi khalayak.

I.5.3. Berita

Berita menjadi informasi yang terbanyak diperoleh bila seseorang membaca media cetak, bahkan ada yang mengatakan bisa mencapai 90 persen, meskipun belum tentu persentasenya seperti itu bila dia memanfaatkan media elektronik. Assegaff, 1983 dalam buku Mondry, 2008: 132 menuliskan, Charles A. Dana mengungkap pameo terkenal tentang berita, dia mengatakan, bila orang digigit anjing, itu bukan berita, tetapi bila orang menggit anjing, itu baru berita. Batasan itu memang tidak terlalu benar karena bila yang digigit anjing itu tokoh terkenal, tetap saja menjadi berita menarik. Tetapi inti yang ditangkap dari kalimat itu, berita haruslah kejadian luar biasa sehingga menarik perhatian orang. Romli 2004 mendefinisikan berita merupakan laporan peristiwa yang memiliki nilai berita news value, aktual, faktual, penting, dan menarik. Berdasarkan berbagai definisi itu, meskipun berbeda, terdapat persamaan yang mengikat pada berita, meliputi; menarik perhatian, luar biasa dan termasa baru. Karena itu, bisa disimpulkan bahwa berita adalah: informasi atau laporan yang menarik perhatian masyarakat konsumen, berdasarkan fakta, berupa kejadian dan atau ide pendapat, disusun sedemikian rupa dan disebarkan media massa dalam waktu secepatnya. Dengan definisi tersebut, dapatlah diketahui bahwa syarat berita harus: - Merupakan fakta, bukan karangan fiksi atau dibuat-buat; - Kalaupun itu pendapat atau ide, bukanlah dari wartawan atau reporter yang menulisnya, tetapi pendapat atau ide orang lain. Itu berarti, seorang wartawan tidak boleh memasukkan opininya dalam tulisan berita; - Informasi itu harus ditulis dengan cara yang sudah ditentukan; Universitas Sumatera Utara - Disebar melalui media massa secepatnya. Sifat lain yang harus diingat, berita harus menarik perhatian masyarakat atau lebih tepatnya, konsumen. Tentu saja yang dimaksud dengan perhatian ‘konsumen’ merupakan pembaca bagi media cetak, pendengar bagi radio, atau pemirsa bagi televisi. Bukan tidak mungkin, dari sisi informasi, berita kurang menarik, tetapi ada daya tarik tertentu yang membuat konsumen merasa tertarik. Mungkin karena berita artis terkenal atau karena informasinya membuat konsumen penasaran. Tegasnya, bila informasi tidak menarik, jangan diberitakan. Berita juga punya syarat harus disebarkan melalui media massa sesuai periodesasinya.

1.5.4. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi sensory stimuli Rakhmat, 2000: 51. Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, yaitu aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan. Sensasi dapat didefenisikan sebagai tanggapan yang cepat dari indera penerima kita terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna dan suara. Dengan adanya itu semua maka akan timbul persepsi. Menurut William J. Stanton dalam Setiadi, 2003: 160 persepsi dapat didefenisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui lima indera. Sedangkan menurut Webster, persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasi dan diinterpretasikan. Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Proses Perseptual Persepsi merupakan proses bagaimana individu meilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan Kotler 1997: 164. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang sama karena tiga proses persepsi: - Perhatian selektif. Orang pada umumnya dihadapkan pada sejumlah rangsangan yang sangat banyak setiap hari dan tidak semua rangsangan ini dapat diterima. Perhatian yang selektif berarti harus dapat menarik perhatian konsumen, dimana pesan yang disampaikan akan hilang bagi kebanyakan orang yang tidak berada dalam pasar produk tersebut, kecuali untuk pesan yang cukup menonjol atau dominan yang mengelilingi konsumen pasar tersebut. - Distorsi Selektif. Merupakan kecenderungan orang untuk mengubah informasi ke dalam pengertian pribadi dan menginterpretasikan informasi dengan cara yang akan mendukung pra konsepsi mereka, bukannya yang akan menentang pra konsepsi mereka. STIMULI -penglihatan -suara -bau -rasa sensasi Indera penerima Indera penerima perhatian interpretasi tanggapan PERSEPSI Universitas Sumatera Utara - Ingatan Selektif. Orang cenderung melupakan apa yang mereka pelajari dan menahan informasi yang mendukung sikap kepercayaan mereka. Mengingat yang selektif berarti mereka akan mengingat apa yang dikatakan sebagai keunggulan suatu produk dan melupakan apa yang dikatakan pesaing. Konsumen akan mengingatnya pada saat ia mengingat tentang pemilihan produk Simamora, 2003: 10.

1.5.5. Agenda Setting

Teori agenda setting adalah teori tentang massa. Media massa memiliki pengaruh yang besar terhadap khalayak dengan pilihan mereka tentang apa isi berita yang akan dimuat dimedia untuk mempertimbangkan nilai berita dan seberapa banyak media tersebut menggunakan ruang atau kolom yang ada. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu secara tidak langsung akan mempengaruhi khalayak untuk menganggap suatu peristiwa itu penting. Jadi, berita yang dianggap penting bagi media, maka penting juga bagi masyarakat. Oleh karena itu, apabila media massa memberikan perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Teori agenda setting menganggap bahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu apa dan bagaimana isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingannya Effendy, 2000: 287. Media massa juga memiliki kemampuan untuk mengalihkan isu-isu penting yang sebenarnya dari agenda media massa untuk mendapatkan agenda publik yang sesuai dengan keinginan media tersebut. Kemampuan yang dimiliki media massa itu untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik, dengan cara mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa tadi. Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah: Universitas Sumatera Utara - Masyarakat pers dan media massa tidak mencerminkan kenyataan, mereka menyaring dan membentuk isu. - Konsentrasi media hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditampilkan sebagai isu yang lebih penting ketimbang yang lain. Salah satu aspek yang paling penting dalam konsep penentuan agenda adalah peran fenomena komunikasi massa, berbagai media massa memiliki penentuan agenda yang potensial berbeda termasuk intervensi dari pemodal. Teori agenda setting ini dicetuskan oleh Profesor Jurnalisme Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Namun, Manheim memberikan suatu gambaran konseptualisasi agenda yang potensial untuk memahami proses agenda setting meliputi tiga agenda, yaitu agenda media, agenda khalayak dan agenda kebijaksanaan. Masing-masing agenda itu mencakup dimensi-dimensi berikut: - Agenda Media, dimensinya: a visibility visibilitas yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita. b audience salience yaitu relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak. c valence yaitu menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa. - Agenda Khalayak, dimensinya: a familiarity yaitu derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu. b personal salience yaitu relevansi kepentingan dengan ciri pribadi. c favorability yaitu pertimbangan senang atau tidak senang terhadap topik berita. - Agenda Kebijaksanaan, dimensinya; a support yaitu kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu. Universitas Sumatera Utara b likekihood of action yaitu kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan. c freedom of action yaitu nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah. Konsep Manheim tersebut mendukung perkembangan teori agenda setting secara menyeluruh. Pihak media memang sering menilai dirinya sebagai refleksi masyarakat, yang menampilkan gambaran masyarakat secara lebih jelas dan memungkinkan unsur-unsur dalam masyarakat mengekspresikan dirinya kedalam segenap anggota masyarakat. Konsep media sebagai penyaring telah diakui masyarakat, karena media seringkali melakukan seleksi dan penafsiran terhadap suatu masalah.

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis Nawawi, 1995: 40. Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari kelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama Kriyantono, 2007: 149. Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang berrsifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Berdasarkan hal itu, maka operasional konsep yang diukur dalam penlitian ini adalah: Universitas Sumatera Utara

I.7. Operasional Konsep

Berdasarkan konsep yang telah diuraikan di atas, maka dibuat operasional variabelyang berfungsi untuk memudahkan penggunaan kerangka konsep dalam operasionalnya. Operasional konsep dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1 Operasional Konsep No. Konsep Teoritis Konsep Operasional 1. Persepsi Mahasiswa terhadap Surat Kabar Tribun Medan 1. Ketertarikan terhadap informasi 2. Kejelasan informasi 3. Pemahaman akan informasi 4. Kesesuaian informasi terhadap kebutuhan 5. Perhatian 6. Penerimaan 2. Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Pendidikan 4. Pekerjaan

I.8. Definisi Operasional