Pada saat kurator yang melakukan perbuatan melawan hukum digugat seseorang, misalnya oleh para kreditur, maka penggugat para kreditur tidak
perlu meminta izin kepada hakim pengawas, karena hubungan hukum yang ada hanyalah antara kurator dan hakim pengawas, namun jika kurator yang melakukan
gugatan, maka harus ada penetapan dari hakim pengawas.
163
Kurator harus melaksanakan kewenangannya dengan sebaik-baiknya, hal ini juga berguna bagi kurator yang bersangkutan agar tidak dapat dituntut karena
merugikan harta pailit.Seorang kurator bertanggung jawab secara pribadi, jika melakukan tindakan yang merugikan harta pailit, dan kerugian yang
ditimbulkannya dapat dimintakan penggantian kepada harta pribadi kurator.Oleh karena itu, dalam rangka melaksanakan kewenangannya, khususnya dalam hal
harta pailit lebih besar dari utang, maka kurator haruslah memperhatikan batasan- batasan yang ada dalam melaksanakan kewenangannya.
164
163
Wawancara pada tanggal 12 Juni 2014, dengan Ave Maria Sihombing, Anggota Teknis Hukum Balai Harta Peninggalan Medan
164
Fennieka Kristianto, Kewenangan Menggugat Pailit dalam Perjanjian Kredit Sindikasi Jakarta: Minerva Athena Pressindo, 2009, hlm. 38.
B. Tanggung Jawab Kurator secara Pribadi
Pengertian mengenai tanggung jawab di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan:
1. Keadaan wajib menanggung segala sesuatunya kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan;
Universitas Sumatera Utara
2. Fungsi menerima pembebanan, sebagai akibat sikap tindak sendiri atau pihak lain.
Ada dua istilah yang menunjuk padapertanggungjawaban yaitu liability dan responsibility.Liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk
hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau
potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang. Responsibility berarti hal
yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan, ketrampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggung
jawab atas undang-undang yang dilaksanakan.Istilah liability, dalam pengertian dan penggunaan praktis menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu
tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.
165
Secara umum, prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut:
166
1. Tanggung jawab karena kesalahan liability based on fault;
2. Praduga selalu bertanggung jawab presumption of liability;
3. Praduga selalu tidak bertanggung jawab presumption of nonliability;
4. Tanggung jawab mutlak strict liability;
5. Pembatasan tanggung jawab limitation of liability.
165
Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 335-337.
166
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 92.
Universitas Sumatera Utara
Prinsip-prinsip tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
167
1. Prinsip Tanggung Jawab Karena Kesalahan liability based on fault
Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan liability based on fault adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata.
Dalam KUHPerdata, khususnya Pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh.
Prinsip ini menyatakan, dimana seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawaban secara hukum,
jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya.Dalam sistem hukum perdata misalnya, ada prinsip perbuatan
melawan hukum onrehtmatige daad sebagai mana terdapat dalam Pasal 1365 KUHPerdata.
Pasal 1365 KUHPerdata yang dikenal sebagai pasal tentang Perbuatan Melawan Hukum mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok, yaitu:
a. Adanya perbuatan;
b. Adanya unsur kesalahan;
c. Adanya kerugian yang diderita;
d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.
Yang dimaksud kesalahan adalah unsur yang bertentangan dengan hukum.Pengertian “hukum”, tidak hanya bertentangan dengan undang-undang,
tetapi juga kepatutan dan kesusilaan dalam masyarakat.
168
167
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,2006 , hlm. 73
168
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.Cit.,hlm 93
Universitas Sumatera Utara
Secara common sense, asas tanggung jawab ini dapat diterima karena adalah adil bagi orang yang berbuat salah untuk mengganti kerugian bagi pihak korban,
dengan kata lain, tidak adil jika orang yang tidak bersalah harus mengganti kerugian yang diderita orang lain.
169
2. Prinsip Praduga untuk Selalu Bertanggung Jawab presumption of liability
principle Prinsip ini menyatakantergugat selalu dianggap bertanggung jawab
presumption of liability principle, jadi beban pembuktian ada pada si tergugat.
170
Dasar pemikiran dari Teori Pembalikan Beban Pembuktian adalah seseorang dianggap bersalah, sampai yang bersangkutan dapat membuktikan
sebaliknya.Hal ini tentu bertentangan dengan asas hukum praduga tidak bersalah presumption of innocence yang lazim dikenal dalam hukum.
Tampak beban pembuktian terbalik omkering van bewijslas diterima dalam prinsip tersebut.Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengadopsi
pembuktian terbalik ini, yang ditegaskan dalam Pasal 19, 22, dan 23 UUPK.
171
3. Prinsip Praduga untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab presumption of
nonliability principle Prinsip ini menyatakan tergugat tidak selamanya bertanggung jawab.Prinsip
praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab presumption of nonliability
169
Ibid.
170
Ibid.,hlm..94.
171
Ibid., hlm 95
Universitas Sumatera Utara
principle hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian biasanya common sense dapat dibenarkan.
172
Contoh dari penerapan prinsip ini adalah pada hukum
pengangkutan.Kehilangan atau kerusakan pada bagasi kabinbagasi tangan yang biasanya dibawa dan diawasi si penumpang konsumen adalah tanggung jawab
dari penumpang, dalam hal ini, pengangkut pelaku usaha tidak dapat diminta pertanggungjawabannya.
173
Tanggung jawab mutlak atau strict liability
,
yakni unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar ganti kerugian, ketentuan ini
merupakan lex specialis dalam gugatan tentang perbuatan melanggar hukum pada umumnya.
4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak strict liability Prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip pertama, yaitu liability based
on fault. Prinsip ini menyatakan, tergugat harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen tanpa harus membuktikan ada atau tidaknya kesalahan
pada dirinya.
174
Prinsip tanggung jawab mutlak strict liability sering diidentikkan dengan prinsip tanggung jawab absolut absolute liability,kendati demikian ada pula para
ahli yang membedakan kedua terminologi di atas.
175
172
Shidarta, Op.Cit., hlm. 62-63.
173
Ibid., hlm. 95-96.
174
Abdul Halim Barkatulah, Op.Cit.,hlm. 65.
175
Shidarta, Op.Cit.,hlm. 63.
Universitas Sumatera Utara
Ada pendapat yang mengatakan, strict liability adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun,
ada pengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab, misalnya keadaan force majeure.Sebaliknya, absolute liability
adalah prinsip tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualiannya. Selain itu, ada pandangan yang agak mirip, yang mengaitkan perbedaan
keduanya pada ada atau tidak adanya hubungan kausalitas antara subjek yang bertanggung jawab dan kesalahannya.Pada strict liability, hubungan itu harus ada,
sementara pada absolute liability hubungan itu tidak selalu ada.Maksudnya, pada absolut liability dapat saja tergugat yang dimintai pertanggungjawaban itu bukan
pelaku langsung kesalahan tersebut misalnya dalam kasus bencana alam.
176
Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausul eksonerasi dalam perjanjian standar
yang dibuatnya.Perjanjian cuci cetak film misalnya, ditentukan, bila film yang ingin dicucidicetak itu hilang atau rusak termasuk akibat kesalahan petugas
maka si konsumen hanya dibatasi ganti kerugian sebesar sepuluh kali harga satu roll film baru.
5. Prinsip Tanggung Jawab dengan Pembatasan limitation of liability
177
Prinsip tanggung jawab ini sangat merugikan konsumen bila ditetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha.Berdasarkan UU No. 8 Tahun 1999, seharusnya
pelaku usaha tidak boleh secara sepihak menentukan klausul yang merugikan
176
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.Cit.,hlm. 96.
177
Shidarta, Op.Cit., hlm. 64
Universitas Sumatera Utara
konsumen, termasuk membatasi maksimal tanggung jawabnya. Pembatasan mutlak harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang jelas.
178
Tanggung jawab adalah satu prinsip pokok bagi kaum profesional, orang yang profesional sudah dengan sendirinya berarti orang yang bertanggung
jawab.Pertama, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaannya dan terhadap hasilnya, bertanggung jawab menjalankan pekerjaannya sebaik mungkin
dan dengan hasil yang memuaskan; dengan kata lain dapat mempertanggungjawabkan tugas pekerjaannya itu berdasarkan tuntutan
profesionalitasnya, baik terhadap orang lain yang terkait langsung dengan profesinya maupun terhadap dirinya sendiri. Kedua, bertanggung jawab atas
dampak profesinya itu terhadap kehidupan dan kepentingan orang lain khususnya kepentingan orang-orang yang dilayaninya. Pada tingkat dimana profesinya itu
membawa kerugian tertentu secara disengaja atau tidak disengaja, maka harus bertanggung jawab atas hal tersebut.Bentuknya bisa bermacam-macam, seperti
mengganti kerugian, mundur dari jabatannya dan sebagainya.
179
Tanggung jawab kurator dapat dikategorikan sebagai salah satu profesi yang mengandalkan prinsip kehati-hatian.Pada saat menjalankan profesinya, kurator
harus mengupayakan semaksimal mungkin atas pengamanan harta pailit dari kerusakan, penyusutan nilai, kecurangan yang mungkin dilakukan oleh debitur
danatau kreditur, bahkan melakukan tindakan yang dapat meningkatkan nilai boedel pailit.
180
178
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.Cit.,hlm. 98
179
http:prinsip-prinsipetikaprofesi.blogspot.com diakses pada tanggal 1 Juli 2014
180
http:www.hukumpedia.comadvokatyuk-kenalan-dengan-profesi-kurator- hk5256b1666cc03.html diakses pada tanggal 2 Juli 2014
Universitas Sumatera Utara
Setiap profesi memiliki resiko profesi yang diemban, dalam profesi kurator, resiko profesi kurator disebutkan dalam Pasal 72 UUK dan PKPU.Kurator
bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan danatau pemberesan harta pailit yang menyebabkan kerugian
terhadap harta pailit.Setiap perbuatan yang merugikan terhadap harta pailit ataupun dalam arti merugikan kepentingan kreditur, baik secara sengaja maupun
tidak sengaja oleh kurator, maka kurator harus dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut.
Pasal 72 UUK dan PKPU menentukan bahwa kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalainnya melaksanakan tugas pengurusan danatau
pemberesan terhadap harta pailit debitur.Ini berarti kurator dalam melakukan pengurusan dan pemberesan tidak dapat bertindak sewenang-wenang, karena
apabila ada perbuatan kurator yang merugikan harta pailit, maka harta pribadi kurator turut bertanggung jawab atas perbuatan tersebut.
181
Sebagai bentuk pertanggungjawaban kurator, setiap 3 bulan kurator harus menyampaikan laporan kepada hakim pengawas mengenai keadaan harta pailit
dan pelaksanaan tugasnya.Laporan ini bersifat terbuka untuk umum dan dapat dilihat oleh setiap orang secara cuma-cuma.
182
Mengenai Pasal 72 UUK dan PKPU, Ave Maria Sihombing, mengatakan bahwa seorang kurator tidak dapat disalahkan dalam melaksanakan pengurusan
dan pemberesan harta pailit, apabila dalam melakukan pengurusan dan pemberesan kurator telah mendapatkan izin dari hakim pengawas.Selama ini,
181
Jono,Op.Cit., hlm. 151.
182
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 74 ayat 2
Universitas Sumatera Utara
BHP Medan dalam melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit selalu meminta izin dan berkonsultasi dengan hakim pengawas, sehingga belum pernah
ada masalah atau tuntutan hukum baik dari kreditur maupun debitur pailit. Selama ini, dalam menjalankan usaha debitur BHP Medan tidak berani untuk melanjutkan
usaha debitur, karena masalah kurang tersedianya sumber daya manusia yang memadai untuk melakukan tugas tersebut, sementara apabila sampai melakukan
kesalahan atau kelalaian, maka BHP dapat dikenai pasal 72 UUK dan PKPU.
183
Penjelasan Pasal 72 UUK dan PKPU tidak disebutkan batasan dari kesalahan atau kelalaian dalam pemberesan harta pailit, sehingga Pasal 72
mengandung pengertian yang sangat luas. Menurut Ave Maria Sihombing, pada penjelasan Pasal 72 harus diperjelas lagi mengenai prosedur yang dilakukan
kurator dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit sehingga kurator tidak lagi merasa takut dalam menjalankan pemberesan harta pailit. Selain itu, bentuk
Pembebanan tanggung jawab atas kerugian harta pailit kepada kurator akan membuat kurator menjadi tidak kreatif dalam melaksanakan tugasnya, terutama
dalam upaya untuk meningkatkan nilai harta pailit. Kurator tidak boleh mengabaikan prosedur Standar Profesi Kurator dan
Kode Etik Profesi Asosiasi Kurator dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dalam menjalankan tugasnya kurator harus sesuai dengan prosedur yang
benar.Hal ini untuk menghindari kesalahan atau kelalaian yang dapat terjadi dalam pengurusan danatau pemberesan harta pailit.
183
Wawancara pada tanggal 12 Juni 2014, dengan Ave Maria Sihombing, Anggota Teknis Hukum Balai Harta Peninggalan Medan
Universitas Sumatera Utara
kesalahan dan kelalaian kurator dalam Pasal 72 tidak dijelaskan secara rinci dan seharusnya diterjemahakan di dalam UUK dan PKPU.
184
Menurut Ave Maria Sihombing, apabila BHP dalam melaksanakan pengurusan danatau pemberesan harta pailit melakukan kesalahan atau kelalaian
yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit, sepanjang terbukti melakukan kesalahan atau kelalaian, maka BHP akan bertanggung jawab secara institusi
untuk mengganti kerugian tersebut. Aset negara bisa disita untuk mengganti kerugian tersebut. Selanjutnya, BHP akan meminta pertanggungjawaban
anggotanya yang melakukan kesalahan atau kelalaian untuk mengganti kerugian Kesalahan dan kelalaian kurator secara implisit merupakan perbuatan
melawan hukum.Mengenai perbuatan melawan hukum dalam Pasal 1365 KUHPerdata disebutkan bahwa setiap perbuatan melawan hukum, yang dapat
menimbulkan kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahanya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.Begitu juga
dengan kurator yang melakukan kesalahan atau kelalaian yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit debitur, dia harus mempertanggungjawabkan
perbuatan tersebut.Hanya saja undang-undang kepailitan tidak memberikan penjelasan terhadap kesalahan atau kelalaian tersebut.
Balai Harta Peninggalan selaku kurator bertanggung jawab penuh mengganti kerugian yang diakibatkan dari kelalaian dan atau kesalahan Balai
Harta Peninggalan selaku kurator, sesuai Pasal 80 Stbl 1872 No. 166 tentang Instruksi Untuk Balai Harta Peninggalan di Indonesia.
184
Wawancara pada tanggal 12 Juni 2014, dengan Ave Maria Sihombing, Anggota Teknis Hukum Balai Harta Peninggalan Medan
Universitas Sumatera Utara
tersebut,namun apabila kesalahan atau kelalaian tersebut telah masuk dalam lingkup pidana, maka berlaku tanggung jawab secara pribadi terhadap anggota
BHP yang bertindak sebagai kurator yang melakukan kesalahan atau kelalaian tersebut, misalnya dalam hal melakukan tindak pidana penggelapan terhadap harta
pailit ataupun melakukan penyuapan kepada hakim pengawas. Menurutnya, apabila yang melakukan tugas pengurusan danatau pemberesan adalah kurator
swasta, maka kurator tentu saja bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian harta pailit yang ditimbulkannya.
Kurator dapat digugat dan wajib membayar ganti kerugian apabila karena kelalaiannya, lebih-lebih lagi karena kesalahannya dilakukan dengan sengaja
telah menyebabkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap harta pailit, terutama tentunya adalah para kreditur konkuren dirugikan.Kerugian itu terutama
apabila harta pailit berkurang nilainya, sehingga dengan demikian para kreditur konkuren memperoleh nilai pelunasan tagihannya kurang dari yang seharusya
diterima dari hasil penjualan harta pailit, ketika nilai harta pailit tidak mengalami pengurangan sebagai akibat perbuatan kurator.Sebaiknya, para kreditur konkuren
menunjuk kurator yang memiliki back up kemampuan keuangan yang cukup daripada eksekusi pengadilan tersebut yang akhirnya tak dapat terealisir dengan
memuaskan. Kurator sebaiknya dilindungi oleh asuransi.Asuransi jenis ini adalah
asuransi yang juga biasanya dipakai untuk melindungi anggota direksi atau komisaris suatu perusahaan debitur sehubungan dengan kewajiban yang
dibebankan oleh hukum untuk membayar ganti kerugian apabila karena kesalahan atau kelalaiannya menyebabkan kerugian bagi perusahaan debitur dan atas
Universitas Sumatera Utara
perbuatannya itu dihukum oleh pengadian untuk membayar ganti kerugian kepada pihak-pihak penggugat yang dirugikan.
Berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata mengenai perbuatan melawan hukum, kurator dapat digugat untuk bertanggung jawab secara pribadi oleh pihak-
pihak yang dirugikan atas perbuatan kurator, bahkan kurator harus bertanggung jawab secara pribadi atas perbuatannya itu.
Tolak ukur untuk menentukan bahwa kurator telah melakukan kesalahan atau kelalaian dalam menjalankan tugas dan kewenangannya, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 72 UUK dan PKPU tersebut adalah kewajiban sebagaimana ditentukan di dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas dan fiduciary duties. Kewajiban kedua dari kurator ialah berupa fiduciary duties atau fiduciary obligations.Kurator mengemban fiduciary
duties terhadap pengadilan yang diwakili oleh hakim pengawas, debitur, kreditur, dan para pemegang saham.
185
Menurut Ave Maria Sihombing, jika Balai Harta Peninggalan selaku kurator melakukan kesalahan atau lalai dalam menjalankan tugas pengurusan dan
pemberesan harta pailit, dan berakibat kerugian terhadap harta pailit, maka sesuai Pasal 80 Stbl 1872 No. 166, maka BHP bertanggung jawab atas kerugian tersebut
dengan cara mengganti kerugian yang diambilkan dari harta Balai Harta Peninggalan. Sementara, terhadap kelalaian-kelalain lainnya yang tidak sampai
menimbulkan kerugian terhadap harta pailit, sanksi yang biasa diterima oleh
185
Adrian Sutedi,Op.Cit., hlm. 68.
Universitas Sumatera Utara
kurator adalah berupa teguran danatau diberhentikan dari tugasnya sebagai kurator.
Kelalaian Balai Harta Peninggalan dalam melakukan pengurusan harta pailit yang mengakibatkan waktu penyelasaian kasus kepailitan semakin lama, semata-
mata bukan akibat dari kelalaian kurator Balai Harta Peninggalan secara murni, tetapi tidak jarang keterlambatan atau kelalaian tersebut akibat dari lalainya
Pengadilan Niaga atau Hakim Pengawas dalam menjalankan tugasnya yang sangat berhubungan erat dengan kelancaran pelakasanaan tugas dan kewenangan
Balai Harta Peninggalan selaku kurator harta pailit. Menurut sifatnya, kurator dapat melakukan perbuatan melawan hukum.Oleh
karena itu, kurator juga bertanggung jawab secara pribadi terhadap kerugian yang diderita oleh pihak ketiga.Hal ini, jika tindakan kurator yang merugikan harta
pailit dan pihak ketiga tersebut merupakan tindakan di luar kewenangan kurator yang diberikan padanya oleh undang-undang, tidak dapat dibebankan pada harta
pailit, dan merupakan tanggung jawab kurator secara pribadi.Sebaliknya, tindakan kurator yang dilakukan sesuai dengan kewenangan yang diberikan kepadanya
oleh undang-undang dan dilakukan dengan itikad baik, namun karena hal-hal diluar kekuasaan kurator ternyata merugikan harta pailit, maka tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara pribadi kepada kurator dan kerugian tersebut dibebankan pada harta pailit.
Kewenangan yang luas yang diberikan oleh UUK dan PKPU kepada kurator menjadi beban tersendiri bagi kurator agar berhati-hati dan bertanggung jawab
dalam menjalankkan tugasnya, karena para pihak yang dirugikan oleh tindakan
Universitas Sumatera Utara
kurator dalam melaksanakan tugasnya dapat mengajukan tuntutan atas kerugian yang dialaminya kepada kurator.
Menurut Jerry Hoff, tanggung jawab kurator dapat dibedakan dua macam:
186
a. Tanggung Jawab Kurator dalam Kapasitas Kurator
Tanggung jawab kurator dalam kapasitas sebagai kurator dibebankan pada harta pailit, dan bukan pada kurator secara pribadi yang harus membayar
kerugian. Pihak yang menuntut mempunyai tagihan atas harta kepailitan, dan tagihannya adalah utang harta pailit, seperti :
1 Kurator lupa untuk memasukkan salah satu kreditur dalam rencana distribusi;
2 Kurator menjual asset debitur yang tidak termasuk dalam harta kepailitan;
3 Kurator menjual aset pihak ketiga; 4 Kurator berupaya menagih tagihan debitur yang pailit dan melakukan sita
atas properti debitur, kemudian terbukti bahwa bahwa tuntutan debitur tersebut palsu.
Kerugian yang timbul sebagai akibat dari tindakan kurator tersebut diatas tidaklah menjadi beban harta pribadi kurator melainkan menjadi beban harta
pailit. b.
Tanggung Jawab Pribadi Kurator
186
Imran Nating, Op.Cit., hlm 115-116
Universitas Sumatera Utara
Tindakan-tindakan kurator yang memerlukan persetujuan hakim pengawas dilaksanakan tanpa adanya persetujuan terlebih dahulu dari hakim
pengawas, kurator dapat dimintai pertanggungjawaban secara pribadi berdasarkan ketentuan Pasal 72 UUK dan PKPU.
Kerugian yang muncul sebagai akibat dari tindakan atau tidak bertindaknya kurator menjadi tanggung jawab kuator.Dalam kasus ini kurator
bertanggung jawab secara pribadi.Kurator harus membayar sendiri kerugian yang ditimbulkannya. Tanggung jawab ini dapat terjadi, misalnya dalam
melaksanakan tugas pemberesan harta pailit kurator : 1
Menjual harta pailit tanpa terlebih dahulu meminta ijin hakim pengawas; 2
Kurator menggelapkan harta kepailitan sehingga merugikan debitur dan para kreditur.
Ketentuan sanksi, khususnya sanksi pidana, dapat memanfaatkan aturan- aturan yang ada dalam KUHPidana.Mengenai ketentuan-ketentuan pemidanaan
yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Balai Harta Peninggalan, apabila sebagai kurator melakukan kejahatan, penggelapan terhadap harta pailit atau kekayaan
orangbadan hukum yang ada dibawah pengampuannya atau kejahatan-kejahatan lainnya yang dilakukan diluar tugasnya sebagai pengampu.Selain itu, apabila
Balai Harta Peninggalan melakukan pemborosan atau hal-hal lain yang dapat merugikan harta pailit atau harta kekayaan orangbadan hukum yang berhubungan
dengan tugas dan kewajibannya sebagai pengampu”. Pasal KUHP yang dimaksud adalah Pasal 357 yang merumuskan sebagai berikut: “Penggelapan yang
dilakukan oleh orang yang karena terpaksa diberikan barang untuk disimpan, atau yang dilakukan oleh wali, pengampu, pengurus lembaga social atau yayasan,
Universitas Sumatera Utara
terhadap barang sesuatu yang dikuasaianya selaku demikian, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun”.
Sementara, terhadap kelalaian atau kesalahan lainnya yang tidak sampai menyebabkan kerugian terhadap harta pailit, sanksi yang bisa dijatuhkan pada
kurator bisa beragam, misalnya dari teguran hingga pemecatan sebagai kurator dan di tunjuk kurator lain untuk menggantikannya, dalam hal ini UUK dan PKPU
tidak mengatur secara khusus selain yang sudah diatur dalam Pasal 72 UUK dan PKPU, sehingga bentuk tanggung jawabnya bisa berbeda-beda disesuaikan
dengan kasusnya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya aturan yang pasti baik dalam UUK dan PKPU itu sendiri maupun peraturan-peraturan lain yang
mengatur mengenai sanksi terhadap kesalahan ataupun kelalaian yang tidak sampai mengakibatkan kerugaian terhadap harta pailit.
Mengenai tanggung jawab ini harus lebih jelas diatur dalam undang-undang, tentang kreteria tanggung jawab yang harus dibebankan kepada kurator pribadi
dan tanggung jawab yang harus dibebankan pada harta pailit, sekalipun kelalaian itu dilakukan oleh seorang kurator,jika bentuk tanggung jawab sudah diatur
dengan jelas dalam suatu peraturan kepailitan tentang tindakan kurator mana saja yang mengakibatkan kerugian harta pailit yang dapat dibebankan pada harta pailit
dan mana yang menjadi beban tanggung jawab pribadi kurator, maka akan mempermudah kerja seorang kurator.
Salah satu contoh kasus yang menarik untuk dikaji terkait dengan tanggung jawab kurator secara pribadi adalah pailitnya PT. Sarana Perdana Indoglobal PT.
SPI. Dalam proses pemberesan harta pailitnya guna melunasi utang pada para
Universitas Sumatera Utara
kreditur, kurator melakukan penggelapan aset pailit PT. Sarana Perdana Indoglobal.
187
Kasus ini berawal antara tahun 2008 dan 2009 bertempat di Pengadilan Niaga pada PN Jakarta Pusat Jl. Gajah Mada Jakarta Pusat sebanyak 2.184
kreditur yang telah memasukan dana investasi ke PT SPI, namun mengalami kemacetan dalam pembayaran investasi sehingga para kreditur tersebut
memmpailitkan PT SPI dengan putusan PN Niaga Jakarta Pusat nomor : 20Pailit 2007 PN Niaga. JKT.PST tanggal 08 Mei 2007 dimana selanjutnya putusan
tersebut menunjuk dua kurator terdakwa untuk melakukan pengurusan dan pemberesan asset pailit PT SPI.
Dalam sidang perdana, Jaksa Penuntut Umum JPU Umaryadi dihadapan majelis hakim yang diketuai Lidya Sasando Parapak menjelaskan
bahwa kedua terdakwa dinilai telah melakukan perbuatan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 372 KUHP tentang penggelapan junto pasal 55 ayat
1 KUHP. Selain itu, kedua terdakwa Gewang dan Denny Azani juga didakwa telah melanggar pasal 263 ayat 1 KHUP tentang pemalsuan dokumen junto
pasal 55 ayat 1 KUHP dan pasal 6 ayat 1 UU Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 25 Tahun 2003 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang junto pasal 55 ayat 1 KUHP.
188
Kemudian, pada tanggal 27 November 2008 kedua terdakwa tersebut selaku kurator melakukan penjualan salah satu aset PT SPI berupa sebidang tanah beserta
187
www.berita8.comberita201204gelapkan-aset-pailit-dua-kurator-divonis-3-tahun diakses tanggal 10 Juni 2014
188
http:patrolihukrim.blogspot.com201112kasus-penggelapan-asset-pailit-pt-spi.html diakses tanggal 30 Juni 2014.
Universitas Sumatera Utara
bangunan Hotel Podomoro dan New Golden Time Restoran yang berlokasi di Jl. Sunter Utara No. 2, Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara senilai Rp. 25,1
miliar kepada saksi Lisa Megawati dan saksi Johny Widjaja selaku pembeli. Setelah penjualan kedua aset milik PT SPI tersebut sudah dibayar lunas oleh
kedua saksi pembeli kepada kedua terdakwa. Kemudian kedua terdakwa Gewang dan Denny Azani selaku kurator membuat laporan kepada hakim pengawas
tertanggal 8 Juli 2009 yang menerangkan, jika hasil penjualan asset PT SPI hanya sebesar Rp. 20,1 miliar ditambah dengan potongan pengeluaran sejumlah Rp. 10,
858 miliar, yang merupakan laporan pos-pos pengeluaran tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Selanjutnya, kedua terdakwa hanya membagikan uang hasil penjualan aset tanah dan bangunan tersebut senilai Rp 8.198.513.000,- delapan miliar seratus
sembilan puluh delapan juta lima ratus tiga belas ribu rupiah kepada 2.184 kreditur sehingga terdapat selisih uang yang dikuasai oleh para terdakwa sejumlah
Rp. 10.858.062.210,- yang semestinya menjadi hak para kreditur PT SPI dalam pailit tetapi tidak dibayarkan oleh para terdakwa.
Akhirnya, pada Senin 23 April 2012, Denny Azani Baharuddin Latief dan Tafrizal Hasan Gewang, dua kurator yang jadi terdakwa kasus penggelapan aset
pailit, divonis masing-masing tiga tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri PN Jakarta Pusat.
Majelis hakim yang diketuai yang diketuai Lidya S Parapak, dalam amarnya menyatakan kedua terdakwa telah terbukti melakukan penggelapan aset pailit PT
Sarana Perdana Indoglobal SPI. Dalam amar putusannya majelis hakim
Universitas Sumatera Utara
menyatakanTerdakwa I “H. Tafrizal Hasan Gewang, S.H.,M.H.“ dan Terdakwa II “Denny Azani Baharuddin Latief, S.H.“ terbukti secara sah dan meyakinkan
menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana “PENGGELAPAN YANG DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA“
189
189
Dikutip dari Putusan No.2081Pid.B2011PN.JKT.PST
Sementara untuk dakwaan pencucian uang dan pemalsuan surat, menurut majelis, tidak terbukti. Terdakwa terbukti secara sah telah melanggar Pasal 372
jo Pasal 55 Ayat 1 KUHP tentang penggelapan, tutur majelis. Vonis yang diberikan majelis hakim ini lebih rendah dari tuntutan Jaksa
Penuntut Umum JPU Umaryadi yang menuntut hukuman kepada kedua terdakwa selama delapan tahun penjara.
Dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa kurator sebagai pihak yang berperan penting dalam kepailitan bukanlah pihak yang kebal hukum.Walaupun dalam
melakukan pengurusan dan pemberesan kurator mendapatkan izin dari hakim pengawas, tetapi hal tersebut tidak menghilangkan tanggung jawabnya secara
pribadi terhadap kesalahan ataupun kelalaian yang dilakukannya.Sanksi yang dapat dikenakan pun beragam, sesuai dengan bentuk kesalahan atau kelalaian
yang dilakukan oleh kurator.Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas pengurusan danatau pemberesan harta pailit kurator harus selalu berhati-hati
dalam mengambil keputusan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan