Tanggung Jawab Kurator secara Pribadi

Pada saat kurator yang melakukan perbuatan melawan hukum digugat seseorang, misalnya oleh para kreditur, maka penggugat para kreditur tidak perlu meminta izin kepada hakim pengawas, karena hubungan hukum yang ada hanyalah antara kurator dan hakim pengawas, namun jika kurator yang melakukan gugatan, maka harus ada penetapan dari hakim pengawas. 163 Kurator harus melaksanakan kewenangannya dengan sebaik-baiknya, hal ini juga berguna bagi kurator yang bersangkutan agar tidak dapat dituntut karena merugikan harta pailit.Seorang kurator bertanggung jawab secara pribadi, jika melakukan tindakan yang merugikan harta pailit, dan kerugian yang ditimbulkannya dapat dimintakan penggantian kepada harta pribadi kurator.Oleh karena itu, dalam rangka melaksanakan kewenangannya, khususnya dalam hal harta pailit lebih besar dari utang, maka kurator haruslah memperhatikan batasan- batasan yang ada dalam melaksanakan kewenangannya. 164 163 Wawancara pada tanggal 12 Juni 2014, dengan Ave Maria Sihombing, Anggota Teknis Hukum Balai Harta Peninggalan Medan 164 Fennieka Kristianto, Kewenangan Menggugat Pailit dalam Perjanjian Kredit Sindikasi Jakarta: Minerva Athena Pressindo, 2009, hlm. 38.

B. Tanggung Jawab Kurator secara Pribadi

Pengertian mengenai tanggung jawab di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan: 1. Keadaan wajib menanggung segala sesuatunya kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan; Universitas Sumatera Utara 2. Fungsi menerima pembebanan, sebagai akibat sikap tindak sendiri atau pihak lain. Ada dua istilah yang menunjuk padapertanggungjawaban yaitu liability dan responsibility.Liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang. Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan, ketrampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan.Istilah liability, dalam pengertian dan penggunaan praktis menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik. 165 Secara umum, prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut: 166 1. Tanggung jawab karena kesalahan liability based on fault; 2. Praduga selalu bertanggung jawab presumption of liability; 3. Praduga selalu tidak bertanggung jawab presumption of nonliability; 4. Tanggung jawab mutlak strict liability; 5. Pembatasan tanggung jawab limitation of liability. 165 Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 335-337. 166 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 92. Universitas Sumatera Utara Prinsip-prinsip tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: 167 1. Prinsip Tanggung Jawab Karena Kesalahan liability based on fault Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan liability based on fault adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam KUHPerdata, khususnya Pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan, dimana seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawaban secara hukum, jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya.Dalam sistem hukum perdata misalnya, ada prinsip perbuatan melawan hukum onrehtmatige daad sebagai mana terdapat dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Pasal 1365 KUHPerdata yang dikenal sebagai pasal tentang Perbuatan Melawan Hukum mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok, yaitu: a. Adanya perbuatan; b. Adanya unsur kesalahan; c. Adanya kerugian yang diderita; d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian. Yang dimaksud kesalahan adalah unsur yang bertentangan dengan hukum.Pengertian “hukum”, tidak hanya bertentangan dengan undang-undang, tetapi juga kepatutan dan kesusilaan dalam masyarakat. 168 167 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,2006 , hlm. 73 168 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.Cit.,hlm 93 Universitas Sumatera Utara Secara common sense, asas tanggung jawab ini dapat diterima karena adalah adil bagi orang yang berbuat salah untuk mengganti kerugian bagi pihak korban, dengan kata lain, tidak adil jika orang yang tidak bersalah harus mengganti kerugian yang diderita orang lain. 169 2. Prinsip Praduga untuk Selalu Bertanggung Jawab presumption of liability principle Prinsip ini menyatakantergugat selalu dianggap bertanggung jawab presumption of liability principle, jadi beban pembuktian ada pada si tergugat. 170 Dasar pemikiran dari Teori Pembalikan Beban Pembuktian adalah seseorang dianggap bersalah, sampai yang bersangkutan dapat membuktikan sebaliknya.Hal ini tentu bertentangan dengan asas hukum praduga tidak bersalah presumption of innocence yang lazim dikenal dalam hukum. Tampak beban pembuktian terbalik omkering van bewijslas diterima dalam prinsip tersebut.Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengadopsi pembuktian terbalik ini, yang ditegaskan dalam Pasal 19, 22, dan 23 UUPK. 171 3. Prinsip Praduga untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab presumption of nonliability principle Prinsip ini menyatakan tergugat tidak selamanya bertanggung jawab.Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab presumption of nonliability 169 Ibid. 170 Ibid.,hlm..94. 171 Ibid., hlm 95 Universitas Sumatera Utara principle hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian biasanya common sense dapat dibenarkan. 172 Contoh dari penerapan prinsip ini adalah pada hukum pengangkutan.Kehilangan atau kerusakan pada bagasi kabinbagasi tangan yang biasanya dibawa dan diawasi si penumpang konsumen adalah tanggung jawab dari penumpang, dalam hal ini, pengangkut pelaku usaha tidak dapat diminta pertanggungjawabannya. 173 Tanggung jawab mutlak atau strict liability , yakni unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar ganti kerugian, ketentuan ini merupakan lex specialis dalam gugatan tentang perbuatan melanggar hukum pada umumnya. 4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak strict liability Prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip pertama, yaitu liability based on fault. Prinsip ini menyatakan, tergugat harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen tanpa harus membuktikan ada atau tidaknya kesalahan pada dirinya. 174 Prinsip tanggung jawab mutlak strict liability sering diidentikkan dengan prinsip tanggung jawab absolut absolute liability,kendati demikian ada pula para ahli yang membedakan kedua terminologi di atas. 175 172 Shidarta, Op.Cit., hlm. 62-63. 173 Ibid., hlm. 95-96. 174 Abdul Halim Barkatulah, Op.Cit.,hlm. 65. 175 Shidarta, Op.Cit.,hlm. 63. Universitas Sumatera Utara Ada pendapat yang mengatakan, strict liability adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun, ada pengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab, misalnya keadaan force majeure.Sebaliknya, absolute liability adalah prinsip tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualiannya. Selain itu, ada pandangan yang agak mirip, yang mengaitkan perbedaan keduanya pada ada atau tidak adanya hubungan kausalitas antara subjek yang bertanggung jawab dan kesalahannya.Pada strict liability, hubungan itu harus ada, sementara pada absolute liability hubungan itu tidak selalu ada.Maksudnya, pada absolut liability dapat saja tergugat yang dimintai pertanggungjawaban itu bukan pelaku langsung kesalahan tersebut misalnya dalam kasus bencana alam. 176 Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausul eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya.Perjanjian cuci cetak film misalnya, ditentukan, bila film yang ingin dicucidicetak itu hilang atau rusak termasuk akibat kesalahan petugas maka si konsumen hanya dibatasi ganti kerugian sebesar sepuluh kali harga satu roll film baru. 5. Prinsip Tanggung Jawab dengan Pembatasan limitation of liability 177 Prinsip tanggung jawab ini sangat merugikan konsumen bila ditetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha.Berdasarkan UU No. 8 Tahun 1999, seharusnya pelaku usaha tidak boleh secara sepihak menentukan klausul yang merugikan 176 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.Cit.,hlm. 96. 177 Shidarta, Op.Cit., hlm. 64 Universitas Sumatera Utara konsumen, termasuk membatasi maksimal tanggung jawabnya. Pembatasan mutlak harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang jelas. 178 Tanggung jawab adalah satu prinsip pokok bagi kaum profesional, orang yang profesional sudah dengan sendirinya berarti orang yang bertanggung jawab.Pertama, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaannya dan terhadap hasilnya, bertanggung jawab menjalankan pekerjaannya sebaik mungkin dan dengan hasil yang memuaskan; dengan kata lain dapat mempertanggungjawabkan tugas pekerjaannya itu berdasarkan tuntutan profesionalitasnya, baik terhadap orang lain yang terkait langsung dengan profesinya maupun terhadap dirinya sendiri. Kedua, bertanggung jawab atas dampak profesinya itu terhadap kehidupan dan kepentingan orang lain khususnya kepentingan orang-orang yang dilayaninya. Pada tingkat dimana profesinya itu membawa kerugian tertentu secara disengaja atau tidak disengaja, maka harus bertanggung jawab atas hal tersebut.Bentuknya bisa bermacam-macam, seperti mengganti kerugian, mundur dari jabatannya dan sebagainya. 179 Tanggung jawab kurator dapat dikategorikan sebagai salah satu profesi yang mengandalkan prinsip kehati-hatian.Pada saat menjalankan profesinya, kurator harus mengupayakan semaksimal mungkin atas pengamanan harta pailit dari kerusakan, penyusutan nilai, kecurangan yang mungkin dilakukan oleh debitur danatau kreditur, bahkan melakukan tindakan yang dapat meningkatkan nilai boedel pailit. 180 178 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.Cit.,hlm. 98 179 http:prinsip-prinsipetikaprofesi.blogspot.com diakses pada tanggal 1 Juli 2014 180 http:www.hukumpedia.comadvokatyuk-kenalan-dengan-profesi-kurator- hk5256b1666cc03.html diakses pada tanggal 2 Juli 2014 Universitas Sumatera Utara Setiap profesi memiliki resiko profesi yang diemban, dalam profesi kurator, resiko profesi kurator disebutkan dalam Pasal 72 UUK dan PKPU.Kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan danatau pemberesan harta pailit yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit.Setiap perbuatan yang merugikan terhadap harta pailit ataupun dalam arti merugikan kepentingan kreditur, baik secara sengaja maupun tidak sengaja oleh kurator, maka kurator harus dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut. Pasal 72 UUK dan PKPU menentukan bahwa kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalainnya melaksanakan tugas pengurusan danatau pemberesan terhadap harta pailit debitur.Ini berarti kurator dalam melakukan pengurusan dan pemberesan tidak dapat bertindak sewenang-wenang, karena apabila ada perbuatan kurator yang merugikan harta pailit, maka harta pribadi kurator turut bertanggung jawab atas perbuatan tersebut. 181 Sebagai bentuk pertanggungjawaban kurator, setiap 3 bulan kurator harus menyampaikan laporan kepada hakim pengawas mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya.Laporan ini bersifat terbuka untuk umum dan dapat dilihat oleh setiap orang secara cuma-cuma. 182 Mengenai Pasal 72 UUK dan PKPU, Ave Maria Sihombing, mengatakan bahwa seorang kurator tidak dapat disalahkan dalam melaksanakan pengurusan dan pemberesan harta pailit, apabila dalam melakukan pengurusan dan pemberesan kurator telah mendapatkan izin dari hakim pengawas.Selama ini, 181 Jono,Op.Cit., hlm. 151. 182 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 74 ayat 2 Universitas Sumatera Utara BHP Medan dalam melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit selalu meminta izin dan berkonsultasi dengan hakim pengawas, sehingga belum pernah ada masalah atau tuntutan hukum baik dari kreditur maupun debitur pailit. Selama ini, dalam menjalankan usaha debitur BHP Medan tidak berani untuk melanjutkan usaha debitur, karena masalah kurang tersedianya sumber daya manusia yang memadai untuk melakukan tugas tersebut, sementara apabila sampai melakukan kesalahan atau kelalaian, maka BHP dapat dikenai pasal 72 UUK dan PKPU. 183 Penjelasan Pasal 72 UUK dan PKPU tidak disebutkan batasan dari kesalahan atau kelalaian dalam pemberesan harta pailit, sehingga Pasal 72 mengandung pengertian yang sangat luas. Menurut Ave Maria Sihombing, pada penjelasan Pasal 72 harus diperjelas lagi mengenai prosedur yang dilakukan kurator dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit sehingga kurator tidak lagi merasa takut dalam menjalankan pemberesan harta pailit. Selain itu, bentuk Pembebanan tanggung jawab atas kerugian harta pailit kepada kurator akan membuat kurator menjadi tidak kreatif dalam melaksanakan tugasnya, terutama dalam upaya untuk meningkatkan nilai harta pailit. Kurator tidak boleh mengabaikan prosedur Standar Profesi Kurator dan Kode Etik Profesi Asosiasi Kurator dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dalam menjalankan tugasnya kurator harus sesuai dengan prosedur yang benar.Hal ini untuk menghindari kesalahan atau kelalaian yang dapat terjadi dalam pengurusan danatau pemberesan harta pailit. 183 Wawancara pada tanggal 12 Juni 2014, dengan Ave Maria Sihombing, Anggota Teknis Hukum Balai Harta Peninggalan Medan Universitas Sumatera Utara kesalahan dan kelalaian kurator dalam Pasal 72 tidak dijelaskan secara rinci dan seharusnya diterjemahakan di dalam UUK dan PKPU. 184 Menurut Ave Maria Sihombing, apabila BHP dalam melaksanakan pengurusan danatau pemberesan harta pailit melakukan kesalahan atau kelalaian yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit, sepanjang terbukti melakukan kesalahan atau kelalaian, maka BHP akan bertanggung jawab secara institusi untuk mengganti kerugian tersebut. Aset negara bisa disita untuk mengganti kerugian tersebut. Selanjutnya, BHP akan meminta pertanggungjawaban anggotanya yang melakukan kesalahan atau kelalaian untuk mengganti kerugian Kesalahan dan kelalaian kurator secara implisit merupakan perbuatan melawan hukum.Mengenai perbuatan melawan hukum dalam Pasal 1365 KUHPerdata disebutkan bahwa setiap perbuatan melawan hukum, yang dapat menimbulkan kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahanya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.Begitu juga dengan kurator yang melakukan kesalahan atau kelalaian yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit debitur, dia harus mempertanggungjawabkan perbuatan tersebut.Hanya saja undang-undang kepailitan tidak memberikan penjelasan terhadap kesalahan atau kelalaian tersebut. Balai Harta Peninggalan selaku kurator bertanggung jawab penuh mengganti kerugian yang diakibatkan dari kelalaian dan atau kesalahan Balai Harta Peninggalan selaku kurator, sesuai Pasal 80 Stbl 1872 No. 166 tentang Instruksi Untuk Balai Harta Peninggalan di Indonesia. 184 Wawancara pada tanggal 12 Juni 2014, dengan Ave Maria Sihombing, Anggota Teknis Hukum Balai Harta Peninggalan Medan Universitas Sumatera Utara tersebut,namun apabila kesalahan atau kelalaian tersebut telah masuk dalam lingkup pidana, maka berlaku tanggung jawab secara pribadi terhadap anggota BHP yang bertindak sebagai kurator yang melakukan kesalahan atau kelalaian tersebut, misalnya dalam hal melakukan tindak pidana penggelapan terhadap harta pailit ataupun melakukan penyuapan kepada hakim pengawas. Menurutnya, apabila yang melakukan tugas pengurusan danatau pemberesan adalah kurator swasta, maka kurator tentu saja bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian harta pailit yang ditimbulkannya. Kurator dapat digugat dan wajib membayar ganti kerugian apabila karena kelalaiannya, lebih-lebih lagi karena kesalahannya dilakukan dengan sengaja telah menyebabkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap harta pailit, terutama tentunya adalah para kreditur konkuren dirugikan.Kerugian itu terutama apabila harta pailit berkurang nilainya, sehingga dengan demikian para kreditur konkuren memperoleh nilai pelunasan tagihannya kurang dari yang seharusya diterima dari hasil penjualan harta pailit, ketika nilai harta pailit tidak mengalami pengurangan sebagai akibat perbuatan kurator.Sebaiknya, para kreditur konkuren menunjuk kurator yang memiliki back up kemampuan keuangan yang cukup daripada eksekusi pengadilan tersebut yang akhirnya tak dapat terealisir dengan memuaskan. Kurator sebaiknya dilindungi oleh asuransi.Asuransi jenis ini adalah asuransi yang juga biasanya dipakai untuk melindungi anggota direksi atau komisaris suatu perusahaan debitur sehubungan dengan kewajiban yang dibebankan oleh hukum untuk membayar ganti kerugian apabila karena kesalahan atau kelalaiannya menyebabkan kerugian bagi perusahaan debitur dan atas Universitas Sumatera Utara perbuatannya itu dihukum oleh pengadian untuk membayar ganti kerugian kepada pihak-pihak penggugat yang dirugikan. Berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata mengenai perbuatan melawan hukum, kurator dapat digugat untuk bertanggung jawab secara pribadi oleh pihak- pihak yang dirugikan atas perbuatan kurator, bahkan kurator harus bertanggung jawab secara pribadi atas perbuatannya itu. Tolak ukur untuk menentukan bahwa kurator telah melakukan kesalahan atau kelalaian dalam menjalankan tugas dan kewenangannya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 UUK dan PKPU tersebut adalah kewajiban sebagaimana ditentukan di dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan fiduciary duties. Kewajiban kedua dari kurator ialah berupa fiduciary duties atau fiduciary obligations.Kurator mengemban fiduciary duties terhadap pengadilan yang diwakili oleh hakim pengawas, debitur, kreditur, dan para pemegang saham. 185 Menurut Ave Maria Sihombing, jika Balai Harta Peninggalan selaku kurator melakukan kesalahan atau lalai dalam menjalankan tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit, dan berakibat kerugian terhadap harta pailit, maka sesuai Pasal 80 Stbl 1872 No. 166, maka BHP bertanggung jawab atas kerugian tersebut dengan cara mengganti kerugian yang diambilkan dari harta Balai Harta Peninggalan. Sementara, terhadap kelalaian-kelalain lainnya yang tidak sampai menimbulkan kerugian terhadap harta pailit, sanksi yang biasa diterima oleh 185 Adrian Sutedi,Op.Cit., hlm. 68. Universitas Sumatera Utara kurator adalah berupa teguran danatau diberhentikan dari tugasnya sebagai kurator. Kelalaian Balai Harta Peninggalan dalam melakukan pengurusan harta pailit yang mengakibatkan waktu penyelasaian kasus kepailitan semakin lama, semata- mata bukan akibat dari kelalaian kurator Balai Harta Peninggalan secara murni, tetapi tidak jarang keterlambatan atau kelalaian tersebut akibat dari lalainya Pengadilan Niaga atau Hakim Pengawas dalam menjalankan tugasnya yang sangat berhubungan erat dengan kelancaran pelakasanaan tugas dan kewenangan Balai Harta Peninggalan selaku kurator harta pailit. Menurut sifatnya, kurator dapat melakukan perbuatan melawan hukum.Oleh karena itu, kurator juga bertanggung jawab secara pribadi terhadap kerugian yang diderita oleh pihak ketiga.Hal ini, jika tindakan kurator yang merugikan harta pailit dan pihak ketiga tersebut merupakan tindakan di luar kewenangan kurator yang diberikan padanya oleh undang-undang, tidak dapat dibebankan pada harta pailit, dan merupakan tanggung jawab kurator secara pribadi.Sebaliknya, tindakan kurator yang dilakukan sesuai dengan kewenangan yang diberikan kepadanya oleh undang-undang dan dilakukan dengan itikad baik, namun karena hal-hal diluar kekuasaan kurator ternyata merugikan harta pailit, maka tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pribadi kepada kurator dan kerugian tersebut dibebankan pada harta pailit. Kewenangan yang luas yang diberikan oleh UUK dan PKPU kepada kurator menjadi beban tersendiri bagi kurator agar berhati-hati dan bertanggung jawab dalam menjalankkan tugasnya, karena para pihak yang dirugikan oleh tindakan Universitas Sumatera Utara kurator dalam melaksanakan tugasnya dapat mengajukan tuntutan atas kerugian yang dialaminya kepada kurator. Menurut Jerry Hoff, tanggung jawab kurator dapat dibedakan dua macam: 186 a. Tanggung Jawab Kurator dalam Kapasitas Kurator Tanggung jawab kurator dalam kapasitas sebagai kurator dibebankan pada harta pailit, dan bukan pada kurator secara pribadi yang harus membayar kerugian. Pihak yang menuntut mempunyai tagihan atas harta kepailitan, dan tagihannya adalah utang harta pailit, seperti : 1 Kurator lupa untuk memasukkan salah satu kreditur dalam rencana distribusi; 2 Kurator menjual asset debitur yang tidak termasuk dalam harta kepailitan; 3 Kurator menjual aset pihak ketiga; 4 Kurator berupaya menagih tagihan debitur yang pailit dan melakukan sita atas properti debitur, kemudian terbukti bahwa bahwa tuntutan debitur tersebut palsu. Kerugian yang timbul sebagai akibat dari tindakan kurator tersebut diatas tidaklah menjadi beban harta pribadi kurator melainkan menjadi beban harta pailit. b. Tanggung Jawab Pribadi Kurator 186 Imran Nating, Op.Cit., hlm 115-116 Universitas Sumatera Utara Tindakan-tindakan kurator yang memerlukan persetujuan hakim pengawas dilaksanakan tanpa adanya persetujuan terlebih dahulu dari hakim pengawas, kurator dapat dimintai pertanggungjawaban secara pribadi berdasarkan ketentuan Pasal 72 UUK dan PKPU. Kerugian yang muncul sebagai akibat dari tindakan atau tidak bertindaknya kurator menjadi tanggung jawab kuator.Dalam kasus ini kurator bertanggung jawab secara pribadi.Kurator harus membayar sendiri kerugian yang ditimbulkannya. Tanggung jawab ini dapat terjadi, misalnya dalam melaksanakan tugas pemberesan harta pailit kurator : 1 Menjual harta pailit tanpa terlebih dahulu meminta ijin hakim pengawas; 2 Kurator menggelapkan harta kepailitan sehingga merugikan debitur dan para kreditur. Ketentuan sanksi, khususnya sanksi pidana, dapat memanfaatkan aturan- aturan yang ada dalam KUHPidana.Mengenai ketentuan-ketentuan pemidanaan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Balai Harta Peninggalan, apabila sebagai kurator melakukan kejahatan, penggelapan terhadap harta pailit atau kekayaan orangbadan hukum yang ada dibawah pengampuannya atau kejahatan-kejahatan lainnya yang dilakukan diluar tugasnya sebagai pengampu.Selain itu, apabila Balai Harta Peninggalan melakukan pemborosan atau hal-hal lain yang dapat merugikan harta pailit atau harta kekayaan orangbadan hukum yang berhubungan dengan tugas dan kewajibannya sebagai pengampu”. Pasal KUHP yang dimaksud adalah Pasal 357 yang merumuskan sebagai berikut: “Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang karena terpaksa diberikan barang untuk disimpan, atau yang dilakukan oleh wali, pengampu, pengurus lembaga social atau yayasan, Universitas Sumatera Utara terhadap barang sesuatu yang dikuasaianya selaku demikian, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun”. Sementara, terhadap kelalaian atau kesalahan lainnya yang tidak sampai menyebabkan kerugian terhadap harta pailit, sanksi yang bisa dijatuhkan pada kurator bisa beragam, misalnya dari teguran hingga pemecatan sebagai kurator dan di tunjuk kurator lain untuk menggantikannya, dalam hal ini UUK dan PKPU tidak mengatur secara khusus selain yang sudah diatur dalam Pasal 72 UUK dan PKPU, sehingga bentuk tanggung jawabnya bisa berbeda-beda disesuaikan dengan kasusnya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya aturan yang pasti baik dalam UUK dan PKPU itu sendiri maupun peraturan-peraturan lain yang mengatur mengenai sanksi terhadap kesalahan ataupun kelalaian yang tidak sampai mengakibatkan kerugaian terhadap harta pailit. Mengenai tanggung jawab ini harus lebih jelas diatur dalam undang-undang, tentang kreteria tanggung jawab yang harus dibebankan kepada kurator pribadi dan tanggung jawab yang harus dibebankan pada harta pailit, sekalipun kelalaian itu dilakukan oleh seorang kurator,jika bentuk tanggung jawab sudah diatur dengan jelas dalam suatu peraturan kepailitan tentang tindakan kurator mana saja yang mengakibatkan kerugian harta pailit yang dapat dibebankan pada harta pailit dan mana yang menjadi beban tanggung jawab pribadi kurator, maka akan mempermudah kerja seorang kurator. Salah satu contoh kasus yang menarik untuk dikaji terkait dengan tanggung jawab kurator secara pribadi adalah pailitnya PT. Sarana Perdana Indoglobal PT. SPI. Dalam proses pemberesan harta pailitnya guna melunasi utang pada para Universitas Sumatera Utara kreditur, kurator melakukan penggelapan aset pailit PT. Sarana Perdana Indoglobal. 187 Kasus ini berawal antara tahun 2008 dan 2009 bertempat di Pengadilan Niaga pada PN Jakarta Pusat Jl. Gajah Mada Jakarta Pusat sebanyak 2.184 kreditur yang telah memasukan dana investasi ke PT SPI, namun mengalami kemacetan dalam pembayaran investasi sehingga para kreditur tersebut memmpailitkan PT SPI dengan putusan PN Niaga Jakarta Pusat nomor : 20Pailit 2007 PN Niaga. JKT.PST tanggal 08 Mei 2007 dimana selanjutnya putusan tersebut menunjuk dua kurator terdakwa untuk melakukan pengurusan dan pemberesan asset pailit PT SPI. Dalam sidang perdana, Jaksa Penuntut Umum JPU Umaryadi dihadapan majelis hakim yang diketuai Lidya Sasando Parapak menjelaskan bahwa kedua terdakwa dinilai telah melakukan perbuatan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 372 KUHP tentang penggelapan junto pasal 55 ayat 1 KUHP. Selain itu, kedua terdakwa Gewang dan Denny Azani juga didakwa telah melanggar pasal 263 ayat 1 KHUP tentang pemalsuan dokumen junto pasal 55 ayat 1 KUHP dan pasal 6 ayat 1 UU Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 25 Tahun 2003 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang junto pasal 55 ayat 1 KUHP. 188 Kemudian, pada tanggal 27 November 2008 kedua terdakwa tersebut selaku kurator melakukan penjualan salah satu aset PT SPI berupa sebidang tanah beserta 187 www.berita8.comberita201204gelapkan-aset-pailit-dua-kurator-divonis-3-tahun diakses tanggal 10 Juni 2014 188 http:patrolihukrim.blogspot.com201112kasus-penggelapan-asset-pailit-pt-spi.html diakses tanggal 30 Juni 2014. Universitas Sumatera Utara bangunan Hotel Podomoro dan New Golden Time Restoran yang berlokasi di Jl. Sunter Utara No. 2, Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara senilai Rp. 25,1 miliar kepada saksi Lisa Megawati dan saksi Johny Widjaja selaku pembeli. Setelah penjualan kedua aset milik PT SPI tersebut sudah dibayar lunas oleh kedua saksi pembeli kepada kedua terdakwa. Kemudian kedua terdakwa Gewang dan Denny Azani selaku kurator membuat laporan kepada hakim pengawas tertanggal 8 Juli 2009 yang menerangkan, jika hasil penjualan asset PT SPI hanya sebesar Rp. 20,1 miliar ditambah dengan potongan pengeluaran sejumlah Rp. 10, 858 miliar, yang merupakan laporan pos-pos pengeluaran tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Selanjutnya, kedua terdakwa hanya membagikan uang hasil penjualan aset tanah dan bangunan tersebut senilai Rp 8.198.513.000,- delapan miliar seratus sembilan puluh delapan juta lima ratus tiga belas ribu rupiah kepada 2.184 kreditur sehingga terdapat selisih uang yang dikuasai oleh para terdakwa sejumlah Rp. 10.858.062.210,- yang semestinya menjadi hak para kreditur PT SPI dalam pailit tetapi tidak dibayarkan oleh para terdakwa. Akhirnya, pada Senin 23 April 2012, Denny Azani Baharuddin Latief dan Tafrizal Hasan Gewang, dua kurator yang jadi terdakwa kasus penggelapan aset pailit, divonis masing-masing tiga tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri PN Jakarta Pusat. Majelis hakim yang diketuai yang diketuai Lidya S Parapak, dalam amarnya menyatakan kedua terdakwa telah terbukti melakukan penggelapan aset pailit PT Sarana Perdana Indoglobal SPI. Dalam amar putusannya majelis hakim Universitas Sumatera Utara menyatakanTerdakwa I “H. Tafrizal Hasan Gewang, S.H.,M.H.“ dan Terdakwa II “Denny Azani Baharuddin Latief, S.H.“ terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana “PENGGELAPAN YANG DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA“ 189 189 Dikutip dari Putusan No.2081Pid.B2011PN.JKT.PST Sementara untuk dakwaan pencucian uang dan pemalsuan surat, menurut majelis, tidak terbukti. Terdakwa terbukti secara sah telah melanggar Pasal 372 jo Pasal 55 Ayat 1 KUHP tentang penggelapan, tutur majelis. Vonis yang diberikan majelis hakim ini lebih rendah dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum JPU Umaryadi yang menuntut hukuman kepada kedua terdakwa selama delapan tahun penjara. Dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa kurator sebagai pihak yang berperan penting dalam kepailitan bukanlah pihak yang kebal hukum.Walaupun dalam melakukan pengurusan dan pemberesan kurator mendapatkan izin dari hakim pengawas, tetapi hal tersebut tidak menghilangkan tanggung jawabnya secara pribadi terhadap kesalahan ataupun kelalaian yang dilakukannya.Sanksi yang dapat dikenakan pun beragam, sesuai dengan bentuk kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh kurator.Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas pengurusan danatau pemberesan harta pailit kurator harus selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan