Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepailitan bukan merupakan hal yang baru dalam masyarakat, khususnya di kalangan pelaku usaha di Indonesia.Pada saat mengadakan hubungan hukum, khususnya transaksi bisnis, antara debitur dan kreditur terjadi perjanjian utang piutang atau perjanjian pinjam meminjam uang.Akibat yang timbul dari perjanjian pinjam meminjam uang tersebut lahirlah suatu perikatan di antara para pihak.Adanya perikatan membuat masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban.Salah satu kewajiban dari debitur adalah mengembalikan utangnya sebagai suatu prestasi yang harus dilakukan.Permasalahan akan timbulapabila debitur mengalami kesulitan untuk mengembalikan utangnya tersebut, dengan kata lain debitur berhenti membayar utangnya. Perjanjian utang piutang antara debitur dan kreditur berkaitan dengan asas- asas dalam hukum perdata.Satu asas yang cukup penting dalam hukum perdata adalah perjanjian yang telah dibuat secara sah mengikat kedua belah pihak. 1 1 Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1338 ayat 1 Mengikat berarti para pihak mempunyai hak dan kewajiban. Dengan demikian, bila para pihak tidak memenuhi kewajiban apa yang telah disepakati, maka pihak yang tidak memenuhi kewajibannya dapat dimintai Universitas Sumatera Utara pertanggungjawaban hukum. Konsekuensinya adalah bagi pihak yang sudah melaksanakan kewajiban, mempunyai hak untuk menagih. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1131 KUHPerdata disebutkan, segala kebendaan pihak yang berhutang baik yang bergerak, maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru ada di kemudian hari menjadi tanggungan segala perikatannya perseorangan. 2 Selanjutnya, dalam Pasal 1132 KUHPerdata disebutkan, kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali di antara para pihak yang berpiutang itu ada alasan yang sah untuk didahulukan. 3 Dari rumusan pasal tersebut dapat diketahui, bahwa jika pihak yang berutang debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka harta benda debitur menjadi jaminan bagi semua debitur.Penyitaan pembeslagaan secara massaldilakukan agar aset debitur dapat dibagi secara proporsional dalam membayar utang-utangnya.Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata kiranya dapat dikemukakan oleh para ahli hukum disebut sebagai dasar hukum dalam kepailitan. 4 Keadaan berhenti membayar utang dapat terjadi karena tidak mampu membayar atau tidak mau membayar.Pada kepailitan, keadaan berhenti membayar utang terjadi karena debitur tidak mampu membayar utangnya.Penyebab tersebut 2 Ibid., Pasal 1131 3 Ibid., Pasal 1132 4 Sentosa Sembiring, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-Undangan yang Terkait dengan Kepailitan, Bandung: Nuansa Aulia, 2006, hlm. 14. Universitas Sumatera Utara menimbulkan kerugian bagi kreditur yang bersangkutan.Sementara itu, debitur akan mengalami kesulitan untuk melanjutkan langkah-langkah selanjutnya, terutama dalam hubungan dengan masalah keuangan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah berhenti membayarnya debitur, dari mulai cara yang sesuai hukum sampai dengan cara yang tidak sesuai dengan hukum.Salah satu cara untuk menyelesaikan utang piutang melalui jalur hukum yaitu dengan melalui kepailitan. Sebelumnya kepailitan di Indonesia diatur dalam Failissementsverordening Peraturan Kepailitan, kemudian diubah dengan Perpu No. 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang tentang Kepailitan. Perpu ini kemudian ditetapkan sebagai undang-undang, yaitu Undang-Undang No. 4 Tahun 1998.Sehubungan dengan banyaknya putusan Pengadilan Niaga yang kontroversial, maka timbul niat untuk merevisi undang-undang tersebut. Akhirnya, pada tanggal 18 Oktober 2004, lahirlah Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang UUK dan PKPU. 5 UUK dan PKPU lahir karena perkembangan perekonomian dan perdagangan, serta pengaruh dari globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini.Selain itu, mengingat umumnya modal yang dimiliki oleh para pengusaha merupakan pinjaman yang berasal dari berbagai sumber, maka hal ini telah menimbulkan banyak permasalahan utangpiutang yang menghimpit seorang debitur, dimana debitur tersebut sudah tidak mempunyai kemampuan untuk membayar utang-utang tersebut kepada para krediturnya.Bila keadaan 5 Jono, Hukum Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 2. Universitas Sumatera Utara ketidakmampuan untuk membayar kewajiban yang telah jatuh tempo tersebut disadari oleh debitur, maka langkah untuk mengajukan permohonan penetapan status pailit terhadap dirinya menjadi suatu langkah yang memungkinkan, atau penetapan status pailit oleh pengadilan terhadap debitur tersebut bila kemudian ditemukan bukti bahwa debitur tersebut memang telah tidak mampu lagi membayar utangnya. Kepailitan merupakan suatu jalan keluar dari persoalan utang piutang.Alasan lain diterbitkannya UUK dan PKPU, bahwa pranata hukum kepailitan sebagai salah satu sarana untuk menyelesaikan utang sebagaimana diatur dalam UUK Stb. 1905 No. 217 Jo 1908 No. 348 yang telah diubah dengan Perpu Nomor 1 Tahun 1998 yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 dianggap tidak memenuhi perkembangan dan kebutuhan masyarakat. 6 6 Sentosa Sembiring, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-Undangan yang Terkait dengan Kepailitan, Bandung: Nuansa Aulia, 2006, hlm. 21. Dari sudut sejarah hukum, Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan mulanya bertujuan untuk melindungi para kreditur dengan memberikan jalan yang jelas dan pasti untuk menyelesaikan utang yang tidak dapat dibayar. Dalam perkembangannya kemudian, Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang juga bertujuan untuk melindungi debitur dengan memberikan cara untuk menyelesaikan utangnya tanpa membayar secara penuh, sehingga usahanya dapat bangkit kembali tanpa beban utang. Universitas Sumatera Utara Pasal 1 angka 1 UUK dan PKPU menyebutkan bahwa kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas. Dari pasal tersebut dapat dilihat, bahwa kurator memiliki peran penting di dalam proses kepailitan, karena berwenang dalam melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit demi kepentingan pihak kreditur dan debitur pailit. Pelaksanaan pengurusan dan pemberesan atas harta pailit tersebut diserahkan kepada kurator yang diangkat oleh pengadilan, dengan diawasi oleh hakim pengawas yang ditunjuk oleh hakim pengadilan.Terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit ditetapkan, maka kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan danatau pemberesan atas harta pailit, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Menurut UUK dan PKPU, jika ternyata kemudian putusan pernyataan pailit tersebut dibatalkan oleh putusan kasasi atau peninjauan kembali, maka segala perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator sebelum atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan tetap sah dan mengikat bagi debitur pailit. 7 Seorang debitur harus memenuhi syarat-syarat untuk dapat dinyatakan pailit, yaitu: 8 1. Debitur mempunyai dua atau lebih kreditur; 7 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Kepailitan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999, hlm. 62. 8 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 2 ayat 1 Universitas Sumatera Utara 2. Tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapatditagih; 3. Atas permohonannya sendiri maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya. Tujuan utama kepailitan adalah pembagian kekayaan debitur pailit oleh kurator kepada semua kreditur.Kepalitan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditur dan menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama, sehingga kekayaan debitur dapat dibagikan kepada semua kreditur sesuai dengan hak masing-masing. 9 Adanya pernyataan pailit mengakibatkan debitur pailit demi hukum kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang dimasukkan dalam kepailitan, terhitung sejak tanggal kepailitan itu, termasuk juga untuk kepentingan perhitungan hari pernyataannya itu sendiri. 10 Pasal 69 ayat 1 UUK dan PKPU, menerangkan bahwa kuratorlah yang berwenang melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit.Dengan demikian, debitur kehilangan hak menguasai harta yang masuk dalam kepailitan, dan tidak kehilangan hak atas harta kekayaan yang berada di luar kepailitan. 11 Diputuskannya seorang debitur menjadi debitur pailit oleh pengadilan niaga membawa konsekuensi hukum, yaitu bagi debitur dijatuhkan sita umum terhadap seluruh harta debitur pailit dan hilangnya kewenangan debitur pailit untuk menguasai dan mengurus harta pailitnya. Sedangkan bagi kreditur, akan 9 Imran Nating, Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 9. 10 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 24 11 Imran Nating, Op.Cit., hlm. 45. Universitas Sumatera Utara mengalami ketidakpastian tentang hubungan hukum yang ada antara kreditur dengan debitur pailit,untuk kepentingan itulah undang-undang telah menentukan pihak yang akan mengurusi persoalan debitur dan kreditur melalui kurator. Tentang harta pailit, lebih lanjut dalam Pasal 21 UUK dan PKPU menerangkan bahwa harta pailit meliputi semua harta kekayaan debitur yang ada pada saat pernyataan pailit diucapkan, serta semua kekayaan yang diperolehnya selama kepailitan. Harta pailit adalah harta milik debitur yang dinyatakan pailit berdasarkan keputusan pengadilan. 12 Kurator juga harus paham bahwa tugasnya tidak hanya untuk menyelamatkan harta pailit yang berhasil dikumpulkannya untuk kemudian dibagi kepada para kreditur, tetapi juga sedapat mungkin bisa meningkatkan nilai harta pailit tersebut. Kemampuan kurator harus diikuti dengan integritas.Integritas berpedoman pada kebenaran dan keadilan serta keharusan untuk mentaati standar profesi dan etika sesuai isi dan semangatnya.Integritas merupakan salah satu ciri yang fundamental bagi pengakuan terhadap profesionalisme yang melandasi kepercayaan publik serta patokan benchmark bagi anggota kurator dalam Kendati telah ditegaskan bahwa dengan dijatuhkannya putusan kepailitan, harta kekayaan debitur pailit akan diurus dan dikuasai kurator, namun tidak semua kekayaan debitur pailit diserahkan ke kurator. Selain itu, hak-hak pribadi debitur yang tidak dapat menghasilkan kekayaan, atau barang-barang milik pihak ketiga yang kebetulan berada di tangan debitur pailit tidak dapat dikenakan eksekusi, misalnya hak pakai dan hak mendiami rumah. 12 Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi atas kepailitan perseroan hal 94, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Universitas Sumatera Utara menguji semua keputusan yang diambilnya. 13 Integritas mengharuskan kurator untuk antara lain bersikap jujur dan dapat dipercaya serta tidak mengorbankan kepercayaan publik demi kepentingan pribadi. Integritas mengharuskan kurator untuk bersikap objektif dan menjalankan profesinya secara cerdas dan saksama. 14 Berdasarkan Pasal 69 ayat 2 UUK dan PKPU menegaskan bahwa dalam melakukan tugasnya, kurator tidak memerlukan persetujuan dari organ debiturperseroan pailit, walaupun di luar kepailitan persetujuan tersebut disyaratkan.Namun perlu diketahui, tugas kurator tidak mudah atau dapat berjalan dengan mulus seperti yang telah ditentukan dalam UUK dan PKPU. Persoalan yang dihadapi oleh kurator sering kali menghambat proses kinerja kurator yang semestinya, seperti menghadapi debitur yang tidak dengan sukarela menjalankan putusan pengadilan, misalkan debitur tidak memberi akses data dan informasi atas asetnya yang dinyatakan pailit. 15 Kurator memiliki kewenangan yang sangat luas dalam proses kepailitan, sehingga sering kali menimbulkan permasalahan dalam pelaksanaannya. Kewenangan yang luas yang diberikan oleh UUK dan PKPU kepada kurator menjadi beban tersendiri bagi kurator agar berhati-hati dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya, karena pihak yang dirugikan oleh tindakan kurator Diperlukan seorang kurator yang memiliki keahlian dan bertanggung jawab terhadap tugasnya, agar tercipta kepastian hukum, terutama dalam hukum kepailitan. 13 Imran Nating, Op.Cit., hlm. 14 14 Kode Etik Profesi Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia, Bagian Pertama, Prinsip Kelima 15 Imran Nating, Op.Cit., hlm. 15 Universitas Sumatera Utara dalam melaksanakan tugasnya dapat mengajukan tuntutan atas kerugian yang dialaminya kepada kurator. 16 1. Bagaimana tugas dan kewenangan kurator di dalam kepailitan? UUK dan PKPU mengatur bahwa kurator bertanggung jawab secara pribadi terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan danatau pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit.Kurator bukan saja bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya dengan sengaja, tetapi juga karena kelalaiannya, namun UUK dan PKPU tidak mengatur secara jelas bagaimana bentuk tanggung jawab tersebut.

B. Perumusan Masalah