Komponen Kognitif Komponen Psikomotor

tersebut. Pasien dikatakan mematuhi anjuran medis yang direkomendasikan bila perilaku pasien sesuai dengan tuntutan yang tertera pada anjuran medis. Komponen kedua adalah proses kognitif. Cassell dalam Rapoff, 1999 menjelaskan bahwa pada definisi ke patuhan Haynes, dkk. di atas proses kognitif atau pemahaman juga berkaitan dengan kepatuhan. Pasien akan melakukan anjuran medis yang diberikan bila pasien memahami anjuran medis tersebut dan menganggap bahwa anjuran medis penting dilakukan untuk menghinda ri konsekuensi negatif yang mungkin terjadi. Uraian di atas menunjukkan bahwa kepatuhan pasien terhadap anjuran medis didefinisikan sebagai kesesuaian perilaku pasien dengan tuntunan anjuran medis dan kualitas pemahaman pasien terhadap informasi mengenai a njuran medis yang diberikan.

2. Komponen Kepatuhan Pasien terhadap Anjuran Medis

Kim, Evangelista, Phillips, Pavlish Kopple 2010 menyatakan bahwa kepatuhan pasien terhadap anjuran medis dibagi dalam dua komponen, yakni komponen kognitif dan komponen psiko motor.

a. Komponen Kognitif

Kim, Evangelista, Phillips, Pavlish, Kopple 2010 menjelaskan komponen kognitif dari kepatuhan dengan merujuk pada teori Ley, yaitu model kognitif kepatuhan. Ley dalam Ogden, 2005 menyatakan bahwa secara kognitif, kepatuhan pasien melibatkan adanya pemahaman understanding dan kemampuan mengingat memory terhadap informasi mengenai anjuran medis. Universitas Sumatera Utara Ley dalam Pitts, 2003 menyatakan bahwa pemahaman dan ingatan pasien terhadap informasi anjuran medis yang disampaikan memiliki pengaruh langsung terhadap anjuran medis. Pemahaman dan ingatan pasien juga berpengaruh terhadap kepuasan pasien dan kepuasan pasien juga secara langsung mempengaruhi kepatuhan pasien terhadap anjuran medis. Ley dalam Pitts, 2003 juga menyatakan bahwa se makin pasien memahami dan mengingat memori informasi yang disampaikan tenaga medis, kepatuhan pasien terhadap anjuran medis akan semakin tinggi. Pasien yang memahami instruksi melakukan anjuran medis dapat meningkatkan perilaku patuh pasien sehingga meni ngkatkan kepatuhan pasien. Selain memahami instruksi yang disampaikan, kemampuan pasien mengingat instruksi yang disampaikan juga memiliki pengaruh terhadap anjuran medis. Ingatan diperlukan agar pasien mampu melakukan anjuran medis sesuai instruksi, terlebih bila pasien berada di luar lingkungan klinis Ley, dalam Ogden, 2005. Sayangnya, Ley dan Spearman dalam Pitts, 2003 menemukan bahwa sebanyak 40 dari informasi yang disampaikan tenaga medis tidak mampu diingat oleh pasien. Informasi mengenai in struksi melakukan anjuran medis merupakan informasi yang paling sulit diingat oleh pasien. Uraian di atas menunjukkan bahwa pasien yang memahami dan mengingat informasi mengenai anjuran medisnya dapat meningkatkan perilaku patuh pasien sehingga meningkatka n kepatuhan pasien. Universitas Sumatera Utara

b. Komponen Psikomotor

Rapoff 1999 menyatakan bahwa terdapat suatu standar perilaku untuk mengatakan bahwa seorang pasien mematuhi anjuran medis yang direkomendasikan padanya. Standar ini bervariasi dan bergantung pada jenis penyakit dan terapi yang dijalani serta bergantung pada hasil klinis clinical outcome yang memiliki efek terhadap kondisi kesehatan pasien. Kim, Evangelista, Phillips, Pavlish, Kopple 2010 merujuk pada hasil penelitian Leggat, dkk. 1998 dalam menguraikan standar perilaku anjuran medis pada pasien hemodialisa. Leggat, dkk. 1998 membagi perilaku patuh pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisa dalam empat bagian, yaitu: a. Perilaku menjalani terapi hemodialisa secara teratur, didefinisikan dengan tidak membolos sesi terapi skipping HD dan tidak mengakhiri sesi terapi sebelum durasi yang ditentukan shortening HD. b. Perilaku membatasi konsumsi cairan yang diukur melalui indeks kenaikan berat badan di antara dua sesi HD IWG. c. Perilaku meminum obat secara teratur, diukur melalui tingkat serum fosfat PO 4 dalam tubuh. d. Perilaku mengawasi pola makan, yang juga diukur melalui tingkat serum fosfat PO 4 dalam tubuh. Pasien dianggap mematuhi keempat anjuran tersebut bila pasien tidak membolos sesi HD, tidak pernah mempersingkat durasi HD lebih dari 10 menit, indeks kenaikan berat badan IWG pasien tidak lebih dari 5,7 dari Universitas Sumatera Utara berat badan kering, dan tingkat serum fosfat tidak lebih dari 7,5 mgdL Leggat, dkk., 1998. Gordon, Leon, dan Sehgal 2003 menemukan lima alasan pasien HD membolos dan mempersingkat durasi sesi HD mereka, yaitu: masalah kesehatan medical problems, seperti rendahnya tekanan darah, sakit punggung, ingin buang air kecil, pusing, dan mual; masalah teknis technical problems, seperti fistula yang tersumbat, keputusan tenaga medis, darah sukar membeku, dan keterbatasan mesin; life task, seperti urusan personal, janji dengan tenaga medis, dan pekerjaan; masalah transportasi; keputusan pasien seperti tidak ingin berlama -lama HD dan tidak menyetujui anjuran HD yang direkomendasikan; dan alasan lainnya. Uraian di atas menunjukkan bahwa perilaku patuh pasien, khususnya pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisa dilihat melalui perilaku pasien tidak membolos dan mempersingkat sesi HD, stabilnya indeks kenaikan berat badan, dan stabilnya kadar serum fosfat dalam darah.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien terhadap Anjuran Medis