18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Ekonomi Umat
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Umat
Untuk mengetahui maksud dari pemberdayaan ekonomi umat, perlu dikemukakan tentang pemberdayaan itu sendiri. Pada dasarnya,
agama Islam adalah agama pemberdayaan. Dalam pandangan Islam, pemberdayaan merupakan gerakan tanpa henti.
30
Secara konseptual, pemberdayaan empowerment
berasal dari kata “power” kekeuasaan atau keberdayaan.
31
Pemberdayaan secara etimologi berasal dari kata daya yang berarti upaya, usaha, akal, kemampuan. Pemberdayaan sering
diartikan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya.
32
Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan potensi,
pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya
30
Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Syafe’i, “Pengembangan Masyarakat Islam: Strategi Sampai Tradisi”, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2001,Cet.1, h.41.
31
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayaakan Rakyat”, Bandung : Reflika Aditama,2005,cet 1, h.57.
32
Badadu –Zain, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, Jakarta: Sinar Harapan,1997, h.317.
18
19
adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihan-pilihan.
33
Selain itu Pemberdayaan di bidang ekonomi merupakan upaya untuk membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi,
dan membangkitkan kesadaran akan potensi ekonomi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Keberdayaan masyarakat
adalah unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan. Dalam pengertian yang dinamis, yaitu mengembangkan diri dan mencapai
kemajuan. Keberdayaan masyarakat menjadi sumber dari apa yang dikenal sebagai Ketahanan Nasional.
34
Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pemberdayaan adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masallah
ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan.
35
Menurut Soeharto 2005 pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga
mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam a memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan freedom
dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, dan bebas dari kesakitan b
menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-
33
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat Wirausaha”, Jakarta: CV. Pustaka Amri,2005, h.53.
34
Mubyarto, “Membangun Sistem Ekonomi”, Yogyakarta: BPFE, 2000, h.263-264.
35
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat Wirausaha”, Jakarta: CV. Pustaka
Amri,2005, h.54.
20
jasa yang mereka perlukan c berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
36
Sedang menurut Parsons yang dikutip oleh Suharto 2005 pemberdayaan adalah sebuah peroses di mana seseorang menjadi cukup
kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan serta berpengaruh terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
37
Sedangkan untuk membahas ekonomi umat, maka perlu di perjelas dahulu tentang pengertian ekonomi dan umat. Definisi yang paling
populer tentang ekonomi, yaitu bahwa ekonomi adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan produksi dan distribusi diantara orang-orang. Di
sini, titik tekan definisi ekonomi adalah pada kegiatan produksi dan distribusi baik dalam bentuk barang ataupun jasa.
38
Definisi ekonomi lain mencakup aspek yang lebih luas, misalnya yang terdapat pada Oxford Dictionary of Current Engish sebagaimana
dikutip Muhammad dan Alimin dalam Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam, di katakan bahwa ilmu ekonomi merupakan kajian
36
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, Bandung: PT Refika Aditama,2005, h.57.
37
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, Bandung: PT Refika Aditama,2005, h.58-59.
38
M. Dawam Rahardjo, “Islam Dan Transformasi Sosial-Ekonomi”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999, h.5.
21
tentang produksi, distribusi dan konsumsi kekayaan di dalam masyarakat manusia. Pada definisi ini, selain ada aspek konsumsi, juga tercakup
obyek kegiatan ekonomi, yaitu kekayaan, yang tidak lain adalah kekayaan material.
39
Selanjutnya, ketika membahas perekonomian umat, maka ada kemungkinan yang perlu diperhatikan yaitu: ekonomi umat itu hampir
identik dengan ekonomi pribumi Indonesia. Sementara itu umat Islam sendiri berjumlah 87 persen dari total penduduk. Konsekuensi dari
pengertian ini, bahwa jika dilakukan pembangunan nasional secara merata, maka hal ini berarti juga pembangunan ke perekonomian umat
Islam.
40
Jadi dapat dikerucutkan bahwa memberdayakan ekonomi umat di sini, berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat Islam dari kondisi tidak mampu, serta melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi. Dengan kata lain,
sebagai upaya membangun kemandirian umat di bidang ekonomi. Dari berbagai pengertian yang ada, maka peneliti menarik
kesimpulan bahwa pemberdayaan ekonomi umat adalah upaya untuk membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya seperti; melakukan upaya peningkatan
kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah paling tidak harus ada
39
Muhammad dan Alimin, “Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam”,
Yogyakarta: BPFE, 2004, h.12.
40
M. Dawam Rahardjo, “Islam Dan Transformasi Sosial-Ekonomi”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999, h. 270.
22
perbaikan akses terhadap empat hal, yaitu akses terhadap sumber daya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar, akses terhadap
permintaan.
2. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi