Peran Pengelola Zakat Dalam Penyaluran Dana Zakat Produktif pada BAZNAS Kabupaten Tangerang

(1)

pada BAZNAS KabupatenTangerang Banten

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

ANGGUN SUKMAWATI NIM 1112046300015

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016 M


(2)

(3)

(4)

(5)

v

ANGGUN SUKMAWATI (1112046300015), Peran Pengelola Zakat Dalam Penyaluran Dana Zakat Produktif pada BAZNAS KABUPATEN TANGERANG,

Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Manajemen Zakat dan Wakaf, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2016 M.

Salah satu bagian dari manajemen yang paling menentukan dari tata kerja sebuah badan, perusahaan yaitu pengelolaan. Sebuah lembaga zakat yang menggunakan pengelolaan zakat dalam sistem pengelolaannya yaitu BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten, dalam mengelola zakat produktif. Fungsi pengelolaan dana zakat ini dilakukan dengan tujuan untuk menjamin bahwa pemanfaatan zakat produktif dapat dikelola dengan baik, sehingga bantuan yang diberikan kepada mustahik dapat berguna dan dikelola dengan baik, mengingat pentingnya pengelolaan dalam berbagai kegiatan, penelitian ini bermaksud meneliti pengelolaan yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten dalam penyaluran dana zakat produktif. Apakah mempunyai wewenang untuk mengelola dana produktif atau belum, dan ingin mengetahui kendala apa yang terjadi sehingga dana produktif tersebut mengalami kemacetan pada saat ini.

Penelitan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode observasi, interview,dan wawancara, dalam menganalisis data penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan membandingkan konsep penyaluran secara teori dengan membandingkan konsep penyaluran yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten, adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah pengelola zakat (amil) BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten, sedangkan subyek penelitian ini yaitu peran pengelola zakat dalam penyaluran dana zakat produktif.

Hasil penelitian ini yang telah diperoleh mengenai peran pengelola zakat dalam penyaluran dana zakat produktif pada BAZNAS KABUPATEN TANGERANG BANTEN, maka dapat disimpulkan bahwa dana zakat produktif di BAZNAS diperoleh dari penyisihan dana zakat serta hasil infaq dan sedekah dari masyarakat. Adapun kendala yang dihadapi oleh BAZNAS dalam menyalurkan dan mengelola dana produktif ada 5 yaitu: kurangnya kesadaran masyarakat, tidak adanya agunan/jaminan untuk mengembalikan uang, tidak ada sanksi, jarak tempuh yang di setiap tahunnya menjadi kendala bagi para mustahik

untuk mengembalikan dana produktif secara rutin, serta kurangnya SDM/amil zakat seebagai penghimpun dan pengelola dana zakat.

Kata Kunci : Pengelola, Zakat Produktif, Penyaluran


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas izin, rahmat dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar Ekonomi Syari’ah pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan umat Islam Nabi Muhammad Saw, beserta segenap keluarga, sahabat dan seluruh umatnya, yang Insya Allah kita termasuk di dalamnya. Didorong oleh semangat itu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Pengelola Zakat dalam Penyaluran Dana Zakat Produktif”.

Selanjutnya, penulis pun menyadari bahwa selesainya skripsi ini banyak dibantu dan didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Ph.D. 2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan

Bapak Dr. Abdurrauf, Lc, M.A, sebagai Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Abd Azis Hasibuan, M.pd, sebagai dosen pembimbing akademik yang telah banyak membantu penulis dalam mengarahkan dan memotivasi perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini dengan baik.

4. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM dan Dr. A. Juaini Syukri, Lcs. M.A sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberi arahan serta kritikan dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.


(7)

vii

pengarahan, ilmu, bimbingan serta memotivasi kepada penulis dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan pengetahuan dan bantuannya kepada penulis. Serta para pengurus perpustakaan yang senantiasa memberikan pelayanan kepada para mahasiswa.

7. Pihak BAZNAS Kabupaten Tangerang yang telah banyak membantu dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi.

8. Yang tercinta Ayahandaku (Bpk. Sutono Slamet, S.P) dan Ibundaku (Ibu Sulastri, S.Pd) yang tiada henti-hentinya selalu memberikan dukungan, baik berupa moril maupun materil dan selalu memberikan kasih sayangnya serta selalu mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak tercinta, Aan Nurkholih, S.H dan istri Sri Puji Astuti, S.Farm yang selalu memberikan dukungan serta doa.

10.Keluarga Manajemen ZISWAF 2012 (Evi Nurhayati, Resti Hartati Sugiarti, Hari Nurapdiansyah, Awal Ramadhan, Dedi Setiawan, Fitriwati, Dewi Soimah, Andi Nursamha Fitriah, Azmi Husaeni, Rizki Gustiansyah, Ekomah, Hilma Wildayani, Dini Fakhriah, Maesaroh, Unun Sutia, Murtafiah, Bintang Mikail Subuh, Riyantama Wiradifa, Muhammad Syarif, Faris Qasmal Hakim, Imron Prasetyo, Muhammad Irsyad Firdaus) yang banyak membantu dan memberikan masukan, saran, kritik kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

11.Sahabat-sahabat tersayang (Renny Andriani, Arum Saktiyanti, Chairunnisa, Roisatunnisa, Tiara Izzati, Dayu Lutfiah), yang turut membantu memberikan tawa, canda dan semangatnya kita kejenuhan menghampiri.


(8)

viii

orang-orang yang sukses bagi nusa, bangsa dan agama.

13.Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu-persatu, terima kasih atas motivasi, dukungan dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata hanya kepada Allah penulis memanjatkan doa serta syukur yang membuat satu persatu impian penulis terwujud. Penulis sangat sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, karena penulis bukanlah makhluk yang sempurna.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.

Jakarta, Oktober 2016


(9)

ix

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pengelompokan Masalah ... 8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 10

E. Review Studi Terdahulu ... 11

F. Metode Penelitian ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB IILANDASAN TEORITIS ... 18

A. Zakat Fitrah dan Zakat Mal ... 18

1. Pengertian zakat ... 18

2. Hikmah dan Manfaat Zakat ... 24

3. Tujuan zakat ... 27

4. Sumber-sumber zakat secara Terperinci ... 28

5. Golongan-golongan yang berhak menerima zakat ... 32

6. Niat Zakat ... 35

B. Pengelola Zakat ... 38

1. Urgensi Pengelolaan Zakat ... 38

2. Organisasi Lembaga Pengelola Zakat ... 41

C. Konsep Penyaluran ... 43


(10)

x

BAB IIIGAMBARAN UMUM BAZNAS KABUPATEN

TANGERANG BANTEN ... 47

A. Visi, Misi dan Motto BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten ... 47

1. Visi ... 47

2. Misi ... 47

3. Motto ... 48

B. Struktur, Fungsi dan Tugas Pokok Organisasi BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten ... 49

1. Struktur Organisasi ... 49

2. Fungsi dan Tugas Pokok Organisasi ... 51

C. Program Pemberdayaan Ekonomi BAZNAS Kabupaten Tangerang ... 53

1. Asnaf Fakir/Miskin, Mualaf dan Riqob ... 53

2. Asnaf Fisabilillah dan Ghorimin ... 54

3. Asnaf Ibnu Sabil ... 55

4. Asnaf Amilin ... 56

5. Pengalokasian Dana Infaq, Sedekah dan Jasa Bank ... 56

BAB IVPERAN PENGELOLA ZAKAT DALAM PENYALURAN DANAZAKAT PRODUKTIF DI BAZNAS KABUPATEN TANGERANG ... 58

A. Kewenangan yang dimiliki oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam mengelola Zakat Produktif ... 58

1. Pengertian Zakat Produktif ... 59

2. Mekanisme Penyaluran Zakat Produktif ... 59

3. Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat Produktif ... 61 B. Kendala yang dihadapi dalam menyalurkan dana zakat


(11)

xi

2. Tidak adanya agunan/Jamimnan untuk mengembalikan

Uang ... 66

3. Tidak ada sanksi ... 66

4. Jarak tempuh ... 67

5. Kurangnya SDM (sebagai Pengelola/Amil Zakat) ... 68

BAB VPENUTUP ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran-saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN


(12)

(13)

1

A. Latar Belakang Masalah

Problematika kehidupan umat Islam sangatlah kompleks, kemiskinan, kebodohan kelatarbelakangan merupakan potret sebagian besar bangsa Indonesia yang mayoritas adalah umat Islam.1Kemiskinan merupakan satu kondisi kekurangan dengan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pokok sebagai cirinya.Kemiskinan terjadi karena adanya ketimpangan sosial, dan kurangnya perasaan solidaritas sosial.2Perhatian Islam terhadap kemiskinan sangat besar, kemiskinan tidak dapat diatasi dengan tablighakan tetapi tindakan nyata.Santunan keagamaan melakukan salah satu pendekatan untuk mengatasi kemiskinan oleh karena itu agama-agama dunia mewajibkan pemeluknya untuk memiliki perhatian pada orang miskin dan berusaha memecahkan kesulitannya.3

Permasalahan kesejahteraan sosial merupakan permasalahan seluruh bangsa Indonesia yang memerlukan kepedulian semua pihak, pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.Pemerintah telah mencoba berusaha menangani permasalahan kesejahteraan sosial melalui berbagai program dan kegiatan namun

1

Fuad Amsari,Islam Kafafah dan Aplikasinya ,(Jakarta: GIP, 1995), Cet. 1, h. 208. 2

Muhammad Quraisy Shihab,Kemiskinan dalam wawasan Al-Qur’an,(Bandung: Mizan, 1994), h. 35.

3


(14)

permasalahannya tidak pernah tuntas. Hal ini disebabkan jumlahnya relatif besar, persebaran permasalahan cukup luas, serta fasilitas yang terbatas.

Salah satu yang menunjang kesejahteraan hidup di dunia dan menunjang kesejahteraan hidup di akhirat adalah adanya kesejahteraan sosial-ekonomi.Ini merupakan seperangkat alternatif untuk mensejahterakan umat Islam dari kemiskinan dan kemelaratan.Untuk itu perlu dibentuk lembaga-lembaga sosial Islam sebagai upaya untuk menanggulangi masalah sosial tersebut.

Sehubungan dengan hal itu, maka zakat dapat berfungsi sebagai salah satu sumber dana sosial-ekonomi bagi umat Islam. Artinya pendayagunaan zakat yang dikelola oleh Badan Amil Zakat tidak hanya terbatas pada kegiatan-kegiatan tertentu saja yang berdasarkan pada orientasi konvensional, tetapi dapat pula dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi umat, seperti dalam program pengentasan kemiskinan dan pengangguran dengan memberikan zakat produktif kepada mereka yang memerlukan sebagai modal usaha.4

Pengelola zakat atau badan amil zakat adalah orang atau lembaga yang mendapatkan tugas untuk mengambil, memungut, dan menerima zakat dari para

muzakki, menjaga dan memeliharanya untuk kemudian menyalurkannya kepada para mustahik yang berhak menerimanya.BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional (Pasal 1 butir 7).Peraturan BAZNAS tercantum dalam Pasal 5-Pasal 16 UUPZ. BAZNAS merupakan badan

4 Mila Sartika, “pengaruh pendayagunaan zakat produkt

if terhadap pemberdayaan mustahik pada LAZ Yayasan Solo Peduli Surakarta”, Jurnal Ekonomi Islam La_Riba Vol. II, No. 1, Juli (2008), 76.


(15)

non struktural pemerintah yang berkedudukan di Ibu kota negara Indonesia. Tugas BAZNAS yaitu mengelola zakat secara nasional, dengan cara menyalurkan menyelenggarakan fungsi: perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian mengenai pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, serta pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, setelah mendapat izin dari menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh menteri dan wajib melaporkan hasil pelaksanaanya kepada BAZNAS secara berkala.5

Zakat merupakan salah satu kewajiban bagi umat Islam yang memiliki kelebihan harta atau biasa disebut dengan para aghniya’.Agar zakat mampu memberi pengaruh signifikan terhadap perekonomian masyarakat, maka potensi zakat harus dioptimalkan.Pendistribusian zakat sebaiknya diprioritaskan untuk membangun usaha produktif bagi penerima zakat yang mampu mendatangkan pendapatan bagi mereka.

Pengelolaan zakat bukanlah semata-mata dilakukan secara individual dari

muzakki kepada mustahik, akan tetapi lebih baik dikelola dengan lembaga yang benar-benar khusus menangani zakat, serta memenuhi persyaratan tertentu, yang disebut dengan amil zakat.6Adanya pengelola zakat atau amilzakat diharapkan

5

Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infaq Sedekah, (Jakarta: Gema Insani, 1998), h. 129

6

Didin Hafidudin,Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 52, cet-1.


(16)

mampu mengolah zakat lebih produktif dan lebih baik dalam mendistribusikan zakat kepada yang lebih berhak untuk menerimanya. Pengelolaan zakat merupakan kegiatan pengelolaan, pengawasan dan pendistribusian terhapad zakat serta melakukan pendayagunan terhadap zakat.

Menurut Didin Hafidhuddin BAZ ataupun LAZ, jika memberikan zakat yang bersifat produktif, harus pula melakukan pembinaan dan pendampingan kepada para mustahik agar kegiatan usahanya dapat berjalan dengan baik.Disamping melakukan pembinaan dan pendampingan kepada para mustahik

dalam kegiatan usahanya, BAZ dan LAZ juga harus memberikan pembinaan rohani dan intelektual keagamaannya agar semakin mengikat kualitas keimanan dan keIslamannya.7

Penyaluran dana zakat pada awalnya lebih didominasi pada pola pendistribusian konsumtif, namun demikian pada pelaksanaan yang lebih mutahkir saat ini, zakat mulai dikembangkan dengan pola pendistribusian secara produktif. Dalam bentuk distribusi zakat produktif ini yaitu biasa diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk proyek sosial atau menambah usaha pemodal kecil.

Berdasarkan laporan Direktur Pelaksana Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) bahwa kepercayaan masyarakat pada amil atau penghimpun zakat mulai meningkat dari tahun ke tahun. Zakat yang berhasil dihimpun pada tahun 2011 sebanyak Rp1,73 triliun, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak Rp2,2 7


(17)

triliun. Peningkatan besaran dana zakat yang terhimpun tiap tahunnya berkisar 15 sampai 30 persen. Kepercayaan masyarakat ini meningkat seiring dengan zakat yang semakin transparan, dilakukan audit dan kemudian dilakukan publikasi. Bahkan pada tahun 2013, BAZNAS juga menargetkan dapat mengumpulkan dana zakat sebanyan Rp3triliun.8

Berbicara mengenai zakat, masalah yang terpenting dan tidak boleh dilupakan adalah peran LAZ/BAZ selaku pengemban amanah pengelolaan dana zakat. BAZNAS Kabupaten Tangerang adalah lembaga amil zakat yang bertanggung jawab mengelola serta menyalurkan dana zakat infaq shedekah (ZIS) di sekitar Kabupaten Tangerang Banten.

Strategi yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten dalam menghimpun dana ZIS adalah dengan cara membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ). Unit pengumpul zakat adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh Badan Amil Zakat di semua tingkatan Kecamatan dengan tugas mengumpulkan zakat untuk melayani Muzakki, yang berada pada desa/kelurahan, instansi-instansi pemerintah dan swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri.9

Setelah UPZ di masing-masing wilayah kerjanya berhasil mengumpulkan dana ZIS, maka setiap UPZ menyetorkan dana tersebut dengan cara dikirim ke BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten melalui 3 nomor rekening BJB yang ada

8

http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2013/08/05/5793/riset-baznas-idb-dan-ipb-potensi-zakat-2011-capai-rp-217-t.htmldiakses pada 13 Juni 2016 pukul 16:20 WIB

9


(18)

yaitu No.Rek zakat 01200330004199, No.Rek infak 01200330072651 dan No.Rek shodaqoh 0301003467.10

Penyaluran zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten dikelompokkan dalam dua bagian yaitu secara konsumtif dan produktif.

Tabel 1.1 Tahun Jumlah Dana Zakat Penyaluran Konsumtif Penyaluran Produktif

2011 2,01 Milyar 1,85

Milyar(86,66%)

150 Juta (13,34%)

2012 2,39 Milyar 2,29 Milyar (75,58%)

98 Juta (24,42%)

2013 2,84 Milyar 2,74 Milyar (70.95%)

98 Juta (29,05%)

2014 2,89 Milyar 2,84 Miliyar (42,16%)

50 Juta (57,84%) Sumber : Arsip Kantor BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten

Berdasarkan data BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014 penerimaan dana tersebut meningkat tiap tahunnya. Namun pada penyalurannya, dana produktif mengalami masalah, terutama dalam pengembaliannya.

10

Abdul Azis, Strategi Pengelolaan Dana Zakat Produktif untuk Pemberdayaan Ekonomi pada Baznas Kabupaten Tangerang(Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h.7.


(19)

Lancar 45% Tidak

Lancar 55%

diagram penyaluran zakat produktif

Gambar 1.1

Penyaluran zakat produktif di BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten disalurkan kepada tiap-tiap kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang Banten, yang kemudian dibagikan kepada mustahik-mustahik yang ada di kecamatan setempat.Dari 29 kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang Banten, hanya 45% yang dapat mengelola dana zakat produktif secara lancar dan 55% nya lagi mengalami masalah.

Di antara 13 Kecamatan yang lancar mengelola dana produktif adalah: Sukamulya, Balaraja, Legok, Sepatan Timur, Kresek, Pakuhaji, Gunung Kaler,

Kronjo, Curug, Cikupa, Jambe, Tiga Raksa, Mekar Baru, dan Majlis Ta’lim

(Majlis Ta’lim adalah kelompok yang dibentuk dari sebagian orang yang tinggal

di kecamatan terdekat oleh BAZNAS seperti: Pagedangan, dan Curug). Sementara 16 Kecamatan yang bermasalah: Pegedangan, Panongan, Cisauk, Jayanti, Rajeg, Kemiri, Pasar Kemis, Kosambi. Sukadiri, Sepatan, Teluk Naga, Sindang Jaya, Mauk, Kelapa Dua, Solear, dan Cisoka.11

11


(20)

Dalam pelaksanaan penyaluran zakat produktif tersebut, sasaran yang dituju lembaga BAZNAS berkisar 5-10 orang di tiap Kecamatan.Dengan kriteria bahwa usaha tersebut penghasilannya sangat minim tidak dapat meningkatan pemasukan bagi pemiliknya. Maka perlu adanya dana bantuan, agar pemilik usaha kecil itu dapat meningkatkan usahanya guna memenuhi keberlangsungan hidupnya, seperti penjual gado-gado, penjual warung kopi, warung kecil serta bengkel motor yang sangat minim peralatannya.

Sebagai lembaga pengumpul/penyalur zakat BAZNAS Kabupaten Tangerang seharusnya tidak hanya mampu menyalurkan dana produktif, tetapi juga memberikan pemberdayaan yang memadai agar masyarakat terperdayakan. Fakta di lapangan menunjukkan hal yang berbeda, dana yang diberikan oleh BAZNAS tidak melahirkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Seperti halnya pada pelatihan servis elektronik yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang.Pada pelatihan servis elektronik mustahikdiajarkan untuk mereparasi elektronik contohnya handphone, tujuannya supaya mustahik dapat membuka usaha pribadi yang dananya sedikit demi sedikit dibantu oleh BAZNAS.Namun pada realitanya pelatihan tersebut hanya dilakukan beberapa kali pertemuan yang belum menghasilkan pengetahuan yang lebih bagimustahik,

inilah salah satu kendala yang dihadapi BAZNAS dalam memberikan pemberdayaan bagimustahik.


(21)

Apakah yang meyebabkan hal ini terjadi jika sejak awal BAZNAS Kabupaten Tangerang berkomitmen membantu usaha melalui dana produktif, peran seperti apa yang seharusnya dijalani oleh BAZNAS ?

Pertanyaan inilah yang mendorong saya untuk mengkaji lebih jauh dalam judul: “PERAN PENGELOLA ZAKAT DALAM PENYALURAN DANA ZAKAT PRODUKTIF ”

B. Pengelompokan Masalah

Dalam menentukan masalah yang ada di BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten maka peneliti menetapkan masalah yang akan dibahas, yaitu:

1. Penyaluran dana zakat produktif belum berjalan sesuai target.

2. Penyaluran zakat produktif pada praktek dan fakta lapangan sangat berbeda. 3. Rendahnya pengetahuan masyarakat akan zakat mengakibatkan zakat di

BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten hingga saat ini belum berkembang pesat.

4. Kurangnya sosialisasi dari pengelola zakat yang membuat dana zakat tersebut tidak dapat tersalurkan sepenuhnya.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar lebih spesifik dalam penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut :


(22)

a. BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten merupakan lembaga amil zakat yang menghimpun dan menyalurkan dana zakat yang dikelola Pemda Tigaraksa berlokasi di kantor BAZNAS Kabupaten Tangerang di Gedung Islamic Center Citra Raya Panongan-Tangerang Banten.

b. Pengelolaan ini dibatasi pada pengelolaan dana zakat produktif, karena dana zakat harus bersifat transparan agar masyarakat mengetahui secara jelas dan percaya akan adanya lembaga zakat tersebut.

c. Zakat produktif difokuskan pada sektor ekonomi kaum dhuafa. Yang diberikan kepada mustahik berperan sebagai modal usaha baginya. d. Penyaluran zakat produktif dibatasi pada mustahik yang benar-benar

kurang dalam memenuhi kebutuhan produksinya, dalam hal ini difokuskan pada perdagangan.

e. Data yang diteliti dibatasi pada data tahun 2011- 2014, karena laporan yang ada di BAZNAS Kabupaten Tangerang baru dibuat sampai tahun 2014. Dan pada tahun ini mulai adanya pengelolaan dana zakat produktif mulai semakin maju.

2. Perumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang dan pembatasan masalah maka untuk lebih memfokuskan pembatasan, maka penulis mencoba untuk merumuskan dalam beberapa pertanyaan, sebagai berikut:

a. Kewenangan apa saja yang dimiliki oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten dalam mengelola dana zakat produktif?


(23)

b. Kendala apakah yang dihadapi dalam menyalurkan dana zakat produktif di BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten?

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Peran Pengelola Zakat dalam

Penyaluran Dana Zakat Produktif” bertujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengidentifikasi kewenangan yang dimiliki oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten dalam mengelola dana zaka`t produktif. b. Untuk mengetahui kendala apa yang dihadapi dalam menyalurkan dana

zakat produktif.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi Akademisi

Sebagai asset pustaka yang diharapkan dapat dimanfaaatkan oleh seluruh kalangan akademisi, baik dosen maupun mahasiswa, dalam upaya memberikan pengetahuan, informasi, dan sebagai proses pembelajaran mengenai mekanisme pengelola serta penyaluran zakat.

b. Bagi Praktisi

Manafaat yang diharapkan dari peneliti ini adalah agar para pengelola dana zakat tidak hanya menghimpun kemudian menyalurkan dana zakat


(24)

kepada kaum dhuafa tetapi juga memberikan pengawasan yang ketat terhadap proses penghimpunan dan pendistribusian dana zakat.

c. Bagi Masyarakat

Agar dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk masyarakat agar lebih percaya untuk memberikan dana zakat,infaq, dan sodaqahnya ke BAZDA Kabupaten Tangerang Banten.

E. Review Studi Terdahulu

Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan kajian tedahulu. Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan baik oleh praktisi ataupun oleh mahasiswa mengenai fenomena yang berkaitan dengan penelitian, yaitu: Tabel 1.2 No. Nama Peneliti, Judul Peneliti Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian

1. M. Syahril Syamsuddin,

“Pemberdayaan

Ekonomi Umat Melalui Zakat

Produktif”Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta tahun 2010.

Skripsi ini membahas Konsep pengelolaan zakat dan

pendayagunaan zakat produktif. Penelitian ini dilakukan di BAZDA Kota

Tangerang pada tahun 2009. Skripsi ini membahas tentang apa wewenang BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam mengelola zakat produktif serta apa kendala yang dihadapi

BAZNAS dalam mengelola zakat produktif.


(25)

2.

3.

Siti Muflihah Alwan

“Kontribusi BMT Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Perempuan” Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta tahun 2011.

Ade Khairani Nasution

“Strategi Pengelolaan

Dana Zakat Dalam Pemberdayaan

Ekonomi Ummat”

Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta Tahun 2012.

Skripsi ini membahas tentang konstribusi BMT terhadap pemberdayaan

ekonomi perempuan di wilayah Tangerang Selatan dan upaya-upaya yang dilakukan BMT tersebut dalam rangka pemberdayaan ekonomi perempuan di sekitarnya. Penelitian ini dilakukan di BMT Wilayah Tangerang Selatan pada tahun 2011.

Skripsi ini fokus membahas strategi dan kosep pengelolaan dana Zakat dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Penelitian ini

dilakukan Baitul Maal Hidayatullah Jakarta pada tahun 2011.

Penelitian ini dilakukan di BAZNAS Kabupaten Tangerang tahun 2016. Skripsi ini membahas tentang apa wewenang BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam mengelola zakat produktif serta apa kendala yang dihadapi BAZNAS dalam mengelola zakat produktif. Penelitian ini dilakukan di BAZNAS Kabupaten Tangerang tahun 2016. Skripsi ini membahas tentang apa wewenang BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam mengelola zakat produktif serta apa kendala yang dihadapi BAZNAS dalam mengelola zakat produktif. Penelitian ini dilakukan di BAZNAS Kabupaten


(26)

4. 5. Mawan Dwiono “Kinerja BAZDA BANTEN Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Perspektif Balance Scorecards”. Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta tahun 2013.

Aditya Ramadhan “Analisa Pemberdayaan Zakat Dalam Mensejahterakan Perekonomian Mustahik” Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta tahun 2013.

Skripsi ini membahas tentang pengelolaan zakat BAZ Banten dan analisa kinerja BAZ Banten dengan metode Balance Scorecars. Penelitian ini

dilakukan di BAZDA Provinsi Banten pada tahun 2012.

Skripsi ini membahas tentang pengembagan zakat bersifat

produktif dengan cara dijadikannya dana zakat sebagai modal usaha untuk

pemberdayaan

ekonomi penerimanya, dan supaya fakir miskin dapat membiayai

kehidupannya secara konsisten. Penelitian ini dilakukan di Lembaga Amil Zakat Sejahtera Ummat Pondok Aren

Tangerang pada tahun

Tangerang tahun 2016. Skripsi ini membahas tentang apa wewenang BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam mengelola zakat produktif serta apa kendala yang dihadapi BAZNAS dalam mengelola zakat produktif. Penelitian ini dilakukan di BAZNAS Kabupaten Tangerang tahun 2016. Skripsi ini membahas tentang apa wewenang BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam mengelola zakat produktif serta apa kendala yang dihadapi BAZNAS dalam mengelola zakat produktif. Penelitian ini dilakukan di BAZNAS Kabupaten Tangerang tahun 2016


(27)

2013.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif disini dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari permasalahan yang diteliti.12

Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Analisis, yaitu memaparkan data-data yang ditemukan di lapangan dan menganalisanya untuk mendapatkan kesimpulan yang benar dan akurat.13

2. Sumber Data

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari beberapa pihak yang berwenang di BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam bentuk dokumentasi atau data-data tertulis.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagai literature dan referensi lain seperti buku, majalah, makalah dan setiap artikel yang mengandung informasi berkaitan dengan masalah yang dibahas, 12

Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan, cet. IV, (Jakarta: Kencana Prenada Media group, 2008), h.166.

13

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi,Metode Penelitian,cet. IV, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), h.44.


(28)

dihimpun dari berbagai tempat mulai dari perpustakaan hingga situs internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Library Research (Penelitian Pustaka), yaitu Studi kepustakaan dengan melakukan penelusuran kepustakaan dan menelaahnya.14Dengan membaca literatur-literatur yang ada di perpustakaan yang berhubungan erat dengan masalah pengelolaan dana zakat produktif guna merumuskan teori, pendapat, definisi dan lain-lain.

b. Field Research (Penelitian Lapangan), yaitu penelitian langsung terjun ke lapangan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan pokok permasalahan dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1) Dokumentasi, yaitu menyelidiki dokumen-dokumen tertulis untuk memperoleh data, seperti berkas-berkas, arsip, internet, majalah dan lain-lain.

2) Wawancara/Interview, yaitu pengambilan data dengan menggunakan tanya jawab yang ditujukan kepada lembaga ZISWAF mengenai pengelolaan dan penyaluran dana zakat produktif pada BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten.

14

Masri Singaribuan dan Sofian Effendi,Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), Edisi Refisi, h. 70.


(29)

3) Observasi, yaitu merupakan sebuah proses penelitian secara mendalam untuk mengetahui strategi pengelolaan dan penyaluran dana zakat produktif pada BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten.

4. Teknik Analisis Data

Data yang dihasilkan merupakan data kualitatif dan akan dikembangkan oleh penulis dengan metode deskripsi yaitu metode menggambarkan secara jelas tentang topik penelitian yang diteliti dan mengambil kesimpulan dari penelitian tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas beberapa bab yang kesemuanya merupakan satu rangkaian terintegrasi dan saling mendukung secara utuh. Adapun bab-bab dengan pokok pembahasannya adalah sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang Peneliti Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Review Studi Terdahulu, dan Sistematika Penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang berbagai teori diantaranya penjelasan yang terdiri dari Pengertian zakat maal dan zakat produktif, tujuan


(30)

dan hikmah, Pengelola zakat, urgensi dan organisasi lembaga pengelola zakat, serta Cara menyalurkan Zakat.

BAB III: GAMBARAN UMUM

Bab ini membahas tentang gambaran umum BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten yang terdiri dari visi-misi dan motto BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten, struktur, fungsi dan tugas pokok BAZNAS Kabupaten Tangerang Banten.

BAB IV: PERAN PENGELOLA ZAKAT DALAM PENYALURAN ZAKAT PRODUKTIF

Bab ini membahas tentang Pengelolaan zakat produktif, wewenang BAZNAS dalam mengelola zakat produktif, dan kendala dalam mengelola zakat produktif.

BAB V: PENUTUP

Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan, saran-saran yang dilengkapidengan daftar pustaka.


(31)

19

A. Zakat Fitrah dan ZakatMal

1. Pengertian zakat

Zakat adalah ibadah maaliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi sangat penting, trategis, dan menentukan,1baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu pokok, zakat termasuk salah satu rukur (rukun ketiga) dari rukun Islam yang lima, sebagaimana diungkapkan dalam berbagai hadist Nabi, sehingga keberadaannya dianggap sebagai ma’luum minad-diin bidhdharuurah atau diketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang.2

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu Al-Barakatu (keberkahan), Al-Namaa (pertumbuhan dan perkembangan), Ath-Thaharatu (kesucian), dan Ash-Shalahu (keberesan).3 Secara istilah bahwa zakat itu merupakan bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah

1

Yusuf al-Qaradhawi,Al-Ibadah fil-Islam(Beirut: Muassasah Risalah, 1993), hlm. 235. 2

Ali Yafie,Menggagas Fiqh Sosial,(Bandung 1994), h. 231. 3

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara terjemah Pentafsiran Al-Qur’an, 1973), h. 156.


(32)

SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.4

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam surat at-Taubah:103

ٌ ﻦَﻜَﺳ َﻚَﺗﻮَﻠَﺻ ﱠ نِإ ْﻢِﮭْﯿَﻠَﻋ ﱢﻞَﺻ َو ﺎَﮭِﺑ ْﻢِﮭﯿﱢﻛَﺰُﺗَو ْﻢُھُﺮﱢﮭَﻄُﺗ ًﺔَﻗَﺪَﺻ ْﻢِﮭِﻟَﻮْﻣَأ ْ ﻦِﻣ ْﺬُﺧ

ٌﻢﯿِﻠَﻋ ٌﻊﯿِﻤَﺳ ُ ﱠ ﷲَو ْﻢُﮭَﻟ

:ﺔ ﺑ ﻮ ّﺘ ﻟ ا )

١ ٠ ٣

(

Artinya:

“Ambillah (sebahagian) dari harta mereka menjadi sedekah, supaya

dengannya engkau membersihkan mereka dan mensucikan mereka dan doakanlah untuk mereka, sesungguhnya doamu itu menjadi ketenteraman bagi mereka.Dan (ingatlah) Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.” (QS.

AT-Taubah: 103).

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa:

ْﻢُھ ُﺮﱢﮭَﻄُﺗ ًﺔَﻗَﺪَﺻ ْﻢِﮭِﻟَﻮْﻣَأ ْ ﻦِﻣ ْﺬُﺧ

ﺎَﮭِﺑ ﻢِﮭْﯿﱢﻛَﺰُﺗ َو

(Ambillah zakat dari

sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka) Di sini Nabi Muhammad saw diperintah: Ambillahatas nama Allah sedekah, yakni harta yang berupa zakat dan sedekah yang hendaknya mereka serahkan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan hati, dari sebagian harta mereka, bukan seluruhnya, bukan pula sebagian besar, dan tidak juga yang terbaik; dengannyayakni dengan harta yang engkau ambil itu engkau membersihkanharta dan jiwa mereka dan mensucikan jiwa lagi 4


(33)

mengembangkan harta mereka.5

Zakat terbagi menjadi dua: Zakat Harta dan Zakat Fitrah:

a. Zakat Fitrah

1) Pengertian zakat fitrah

Zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap orang Islam, baik laki-laki maupun perempuan, besar dan kecil, merdeka dan hamba sahaya.Tujuannya untuk membersihkan jiwa/diri seseorang yang sudah melaksanakan puasa.6

2) Hukum zakat fitrah

Zakat fitrah hukumnya Fardhu A’in bagi tiap-tiap orang islam yang mengalami hari raya idul fitri sebelum shalat Ied, yang wajib membayar zakat fitrah adalah:

a) Orang yang beragana Islam

b) Orang yang berada di dalam tanggungannya seperti istri, ibu, bapak, pembantu yang tinggal seruma dan menjadi tanggung jawabnya.

3) Waktu pembayaran Zakat Fitrah

Beberapa waktu yang diperbolehkan, wajib, sunnah, makruh dan haram pada saat pembayaran zakat fitrah adalah:

a) Waktu yang diperbolehkan, yaitu dari bulan Ramadhan sampai terakhir bulan Ramadhan.

5

Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah, Volume 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 666 6

http://www.febrian.web.id/2014/05/pengertian-dan-penjelasan-zakat-mal-dan.htmldiakses pada 13 September 2016 pukul 12.00 WIB.


(34)

b) Waktu yang Wajib, yaitu dari terbenam matahari penghabisan bulan Ramadhan.

c) Waktu yang lebih baik (sunnah),yaitu dibayarkan sesudah shalat subuh, sebelum pergi shalat ied.

d) Waktu makruh, yaitu membayar zakat fitrah sesudah shalat Ied, tetapi sebelum terbena, matahari, pada hari raya idul fitri.

e) Waktu haram, yaitu membayar zakat fitrah setelah terbenam matahari pada hari raya idul fitri.7

4) Benda yang di zakatkan

Benda yang di zakatkan adalah sebagai berikut:

a) Bahan makanan pokok yang biasa dimakan oleh yang membayar zakat fitrah, atau yang menjadi makanan pokok didaerahnya, seperti beras, jagung, gandum dan sagu.

b) Uang, sebagai bahan pengganti makanan pokok. Nilainya adalah senilai harga makanan pokok yang berlaku pada saat dikeluarkan zakat fitrah. Bagi amil yang menerima (pengelola zakat) zakat fitrah berupa uang.

5) Jumlah Pembayaran zakat fitrah

Banyaknya atau besarnya mengeluarkan zakat fitrah bagi setiap


(35)

sehari-hari, jika makanan pokoknya beras, maka setiap orang harus mengeluarkan zakat fitrahnya, berupa beras sebesar 3,1 liter atau 2,5 kg begitu juga jika jagung atau sagu yang menjadi makanan pokoknya.

Bagi mereka yang mengeluarkan zakat fitrah dengan uang, maka dibayarkan setelah setelah diperhitungkan terlebih dahulu dengan harga makanan pokok yang 2,5 kg itu.8

Dijelaskan dalam hadits Nabi saw. “Bila engkau memiliki 20

dinar (emas) dan sudah mencapai satu tahun, maka zakat yang dikeluarkan adalah setengah dinar (2,5%)”. (HR. Ahmad, Abu Dawud

dan al-Baihaqi).

b. Pengertian ZakatMal

1) Pengertian ZakatMal

Menurut UU No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat pasal 11, zakat mal adalah bagian harta yang disisihkan oleh seorang muslim atau badan usaha dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.9

Daud Ali berpendapat, zakat mal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk

8

http://www.darmacaang.me/2016/06/islami-penjelasan-lengkap-tentang-zakat-fitrah-dan-zakat-maal.htmldiakses pada 15 September 2016 pukul 12.00 WIB.

9


(36)

golongan orang tertentu setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu.10

Zakatmaladalah zakat kekayaan, artinya zakat yang dikeluarkan dari kekayaan atau sumber kekayaan itu sendiri.11

Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa zakat mal

adalah zakat yang dikeluarkan kewajibannya dari harta yang dimiliki oleh seseorang dengan jumlah yang telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu pula.

2) Hukum zakatMal12

Hukum mengeluarkan zakat mal adalah Fardhu A’in artinya

setiap pribadi setiap pribadi muslim yang memiliki kekayaan dan sudah syarat-syaratnya wajib mengeluarkan dan membayar zakatnya. Zakat yang dikeluarkan berupa benda maupun harga sejumlah benda tersebut. Apabila ada seorang muslim mempunyai harat dan sudah cukup syarat-syaratnya, namun tidak mau mengeluarkan zakat, maka dia dianggap sebagai orang yang ingkar, serta membangkang perintah Allah.

3) Hal yang wajib dizakati adalah sebagai berikut:

10

Muhammad Daud Ali,Sistem Ekonomi Islam:Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press, 1988) h.26.

11

Fakhruddin,Fiqh dan Manajemn Zakat di Indonesia,(Malang: UIN Malang Press, 2008) cet-1, h.10.

12

http://www.darmacaang.me/2016/06/islami-penjelasan-lengkap-tentang-zakat-fitrah-dan-zakat-maal.htmldiakses pada 15 September 2016 pukul 12.00 WIB.


(37)

a) Binatang ternak, seperti unta, sapi, kerbau dan kambing b) Barang-barang tambang, seperti emas dan perak

c) Hasil tanaman, seperti padi, jagung, gandum dan sagu. d) Buah-buahan, seperti kurma dan anggur

e) Harta terpendam (rikaz)

f) Barang dagangan atau perniagaan g) Uang kertas

4) Haul dan Waktu mengeluarkan ZakatMal

Kewajiban mengeluarkan zakat harat kekayaan tidak harus disyaratkan haul (genap satu tahun), tetapi setelah seseorang merasa cukup;

a) Harta yang wajib dizakati apabila telah mencapai haul yaitu: binatang ternak, emas dan perak, serta barang perniagaan atau perdagangan.

b) Harta yang wajib dizakati, tidak perlu mencapai haul, yaitu: biji-bijian dan buah-buahan (waktu mengeluarkan zakatnya pada hari memetiknya atau saat panen), Rikaz/harta terpendam yang ditemukan (pengeluaran zakatnya pada waktu benda ditemukan.

5) Macam-macam zakatmal

a) Zakatun Nuqud, yaitu zakat harta kekayaan seperti emas, perak, logam mulia, batu permata, rumah, tanah kendaraan, uang dan lain-lain.


(38)

b) Zakatul Tijarah, yaitu zakat semua barang-barang yang diperdagangkan.

c) Zakatun An’am, yaitu zakat binatang ternak (unta, sapi, dan

kambing).

d) Zakat Zira’ah, yaitu zakat pertanian dan zakat perkebunan seperti

gandum, padi, jagung dan lain-lain.

Dalam zakat fitrah yang wajib mengeluarkan zakatnya adalah semua orang Islam, sedangkan dalam zakat mal yang mampu mengeluarkan zakatnya adalah orang Islam yang mampu saja.

2. Hikmah dan Manfaat Zakat

Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan orang yang berzakat (muzakki), penerimanya (mustahik), harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat keseluruhan.13

Hikmah dan manfaat tesebut antara lain terseimpul sebagai berikut:14

Pertama, sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan

13

Abdurrahman Qadir,Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h. 82.

14

Didin Hafidhuddin,Anda Bertanya tentang Zakat Infak & Sedekah Kami Menjawab, (Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional), h. 20-25.


(39)

ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki.

Kedua,karena zakat merupakan hakmustahik,maka zakat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka, terutama fakir miskin, ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka, ketika mereka melihat orang kaya yang memiliki harta cukup banyak.

Ketiga, sebagai pilar amal bersama antara orang-orang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan Allah, yang karena kesibukannya tersebut, ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berikhtiar bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya.

Keempat, sebagai salah satu sumber dana pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosilan maupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan kualitas sumberdaya manusia muslim. Hampir semua ulama sepakat bahwa orang yang menuntut ilmu berhak menerima zakat atas nama golongan fakir dan miskin maupunsabilillah.

Kelima, untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian


(40)

dari hak orang lain dari harta kita yang kitaa usahakan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah SWT.

Keenam, dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan.Dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, economic with equity.15Akumulasi harta di tangan seseorang atau sekelompok orang kaya saja, secara tegas dilarang Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’ansurah al-Hasyr: 7

ﻰَﺑ ْ ﺮُﻘْﻟا يِﺬِﻟَو ِلﻮُﺳﱠﺮﻠِﻟَو ِﮫﱠﻠِﻠَﻓ ىَﺮُﻘْﻟا ِﻞْھَأ ْ ﻦِﻣ ِﮫِﻟﻮُﺳَر ﻰَﻠَﻋ ُ ﱠ ﷲ َءﺎَﻓَأ ﺎَﻣ

ْﻢُﻜْﻨِﻣ ِءﺎَﯿِﻨْﻏﻷا َ ﻦْﯿَﺑ ًﺔَﻟوُد َ نﻮُﻜَﯾ ﻻ ْ ﻲَﻛ ِﻞﯿِﺒﱠﺴﻟا ِﻦْﺑاَو ِﻦﯿِﻛﺎَﺴَﻤْﻟاَو ﻰَﻣﺎَﺘَﯿْﻟاَو

ُه و ُﺬ ُﺨ َﻓ ُل ﻮ ُﺳ ﱠﺮ ﻟ ا ُﻢ ُﻛ ﺎ َﺗ آ ﺎ َﻣ َ و

ُﺪﯾِﺪَﺷ َ ﱠ ﷲ ﱠ نِإ َ ﱠ ﷲ اﻮُﻘﱠﺗاَو اﻮُﮭَﺘْﻧﺎَﻓ ُﮫْﻨَﻋ ْﻢُﻛﺎَﮭَﻧ ﺎَﻣَو

) ِب ﺎ َﻘ ِ ﻌ ْﻟ ا

:ﺮ ﺸ ﺤ ﻟ ا

٧

(

“Harta rampasan fai’ yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya. (al-Hasyr: 7)

Ketujuh,dorongan ajaran Islam yang begitu kuat kepada orang-orang yang beriman untuk berzakat, berinfak, dan bersedekah menunjukkan bahwa ajaran Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga

15

Al-Qurthubi,al-Jaami’li Ahkam Al-Qur’an,(Beirut: Daar el-Kutub al-‘Ilmiyah, 1993), h.


(41)

memiliki harta kekayaan yang di samping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, juga berlomba-lomba untuk menjadimuzakki.

3. Tujuan zakat

Tujuan utama zakat adalah untuk mengentaskan kemiskinan mustahik

(orang-orang yang berhak menerima zakat) dari kemiskinan, bahkan merubah mereka darimustahikmenjadimuzakki(orang-orang yang membayar zakat).16

Tujuan zakat menurut Muhammad Daud Ali yaitu sebagai berikut:17 a) Mengangkat derajat fakir miskin dan membantu keluar dari kesulitan

hidup.

b) Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin, ibnu sabil dan mustahik lain.

c) Membina tali persaudaraan sesama umat Islam, dan umat manusia. d) Menghilangkan sifat kikir dan rakus pemilik harta.

e) Membersihkan sifat iri dengki (kecemburuan sosial) di hati orang-orang yang miskin.

f) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin. g) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial, terutama pada mereka yang

mempunyai harta.

16

Fakhruddin,Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia,(Malang: UIN Malang Press, 2008), h.215.

17

Muhammad Daud Ali,Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf,(Jakarta: UI Press, 1998), h. 40.


(42)

h) Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.

i) Sebagai salah satu instrumen pengentasan kemiskinan.

j) Pendorong peningkatan produktivitas dan pemberdayaan ekonomi umat. Zakat sebagai lembaga Islam mengandung hikmah yang bersifat rohaniah dan filosofis.Hikmah itu digambarkan dalam ayat Al-Qur’an salah

satunya, dalam QS. Al-Baqarah: 261 yang artinya “Perumpamaan (nafkah

yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap butir: seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki.Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

4. Sumber-sumber zakat secara Terperinci18

a) Hewan Ternak

Dalam berbagai hadits dikemukakan bahwa hewan ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya setelah memenuhi persyaratan tertentu, ada tiga jenis, yaitu, unta, sapi, dan domba atau kambing.

Adapun persyaratan utama kewajiban zakat pada hewan ternak adalah sebagai berikut.

1) MencapaiNishab

18

Didin Hafidhudiin,Anda Bertanya tentang Zakat infak & Sedekah Kami menjawab, (Jakarta: Badan Amin Zakat Nasional), h. 39-49


(43)

Syarat yang pertama ini berkaitan dengan jumlah minimal hewan yang dimiliki, yaitu lima ekor untuk unta, 30 ekor untuk sapi, dan 40 ekor untuk kambing ataupun domba. Hal ini berlandaskan pada hadits riwayat Imam Bukhari tentang praktik Rasulullah saw. dan para khalifah yang empat.

2) Telah Melewati Waktu Satu Tahun (Haul)

Syarat ini berdasarkan prakttik yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw dan para khalifah yang empat dengan mengirim secara periodik para petugas zakat untuk memungut zakat ternak itu setiap tahun. 3) Digembalakan di Tempat Penggembalaan Umum

Yakni tidak diberi makan di kandangnya kecuali sangat jarang sekali.

Hal ini berlandaskan pada hadits riwayat Ahmad, Nasa’I, dan Abu

Dawud dari Baz bin Hakim dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata,

“Aku telah mendengan Rasulullah saw bersabda: Pada setiap unta

yang digembalakan, pada empat puluh ekor harus dikeluarkan zakat seekor betina unta yang disebut dengan ibnatu labun.19

4) Tidak dipergunakan untuk keperluan pribadi pemiliknya dan tidak pula dipekerjakan. Emas dan Perak

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah. bersabda,

19

Ibnatu labun adalah unta yang berumur dua tahun dan masuk tahun ketiga. Disebut demikian karena induknyalah yang memberinya air susu.


(44)

َ ﺲْﯿَﻟَو َﻢِھاَرَد ُﺔَﺴْﻤَﺧ ﺎَﮭْﯿِﻔَﻓ ُل ْ ﻮَﺤْﻟا ﺎَﮭْﯿَﻠَﻋ َلﺎَﺣَو ٍ ﻢَھ ْ رِد ﺎَﺘَﺋ ﺎِﻣ َﻚَﻟ ْ ﺖَﻧَﺎﻛ اَذِﺎَﻓ

َﺎَﻛ اَذِﺎَﻓ اًرﺎَﻨْﯾِد َ ن ْ وُﺮْﺸِﻋ َﻚَﻟ َ ن ْ ﻮُﻧ ْ ﻮُﻜَﺗ ﻰﱠﺘَﺣ ِﺐَھﱠﺬﻟا ﻰِﻓ ﻲِﻨْﻌَﯾ ٌء ْ ﻲَﺷ َﻚْﯿَﻠَﻋ

َلَﺎَﺣَو اًر ﺎَﻨْﯾِد َ ن ْ وُﺮْﺸِﻋ َﻚَﻟ ْ ﺖَﻧ

َداَز ﺎَﻤَﻓ ٍرﺎَﻨْﯾِد ٌ ﻒ ْ ﺼِﻧ ﺎَﮭْﯿِﻔَﻓ ُل ْ ﻮَﺤْﻟا ﺎَﮭْﯿَﻠَﻋ

َل ْ ﻮَﺤْﻟا ِﮫْﯿَﻠَﻋ َل ْ ﻮُﺤَﯾ ﻰﱠﺘَﺣ ٌةﺎَﻛَز ٍلﺎَﻣ ﻰِﻓ َ ﺲْﯿَﻟَو َﻚِﻟَذ ِب ﺎَﺴِﺤِﺒَﻓ

ه ا و ر )

(د و ا د ﻮ ﺑ ا

20

“Apabila anda memiliki dua ratus dirham, dan telah berlalu waktu satu

tahun, maka wajib zakat atasnya lima dirham.Anda tidak punya kewajiban zakat emas, sehingga anda memiliki dua puluh dinar dan telah berlalu waktu satu tahun, dan zakatnya sebesar setengah dinar.Dan, jika lebih, maka hitunglah berdasarkan kelebihannya.Dan tidak ada pada harta, kewajiban

zakat sehingga berlalu waktu satu tahun.”

Adapun syarat utama zakat pada emas dan perak adalah menacapai

nishabdan telah berlalu satu tahun.Berdasarkan hadits riwayat Abu Dawud di atas, nishab zakat emas adalah dua puluh misqal atau dua puluh dinar, sedangkan nishab zakat perak adalah dua ratus dirham. Dua puluh misqal

atau dua puluh dinar, menurut Yusuf al-Qaradhawi adalah sama dengan delapan puluh lima gram emas. Dua ratus dirham sama dengan lima ratus Sembilan puluh lima gram perak.

b) Perdagangan

Ada tiga syarat utama kewajiban zakat pada perdagangan, yaitu sebagai berikut.

1) Niat Berdagang

20

Sulaiman bin al Asy’ats, Sunan Abu Dawud,Kitab Zakat Bab Siapa yang memberikan sedekah dan batasan kaya,(beit :al afkar aldauliyah, Riyadh), hal 150.


(45)

Niat berdagang atau niat memperjualbelikan komoditas tertentu ini merupakan syarat yang sangat penting. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam hadits riwayat Abu Dawud dari Samrah bin Jundab di atas.

2) MencapaiNishab

Nishab dari zakat harta perdagangan adalah sama dengan nishab dari zakat emas dan perak, yaitu senilai dua puluhmisqalatau dua puluh dinar emas atau dua ratus dirham perak

3) Telah Berlaku Satu Tahun

c) Hasil Pertaian (Tanaman dan Buah-buahan)

Tanaman, tumbuhan, buah-buahan, dan hasil pertanian lainnya yang telah memenuhi persyaratan wajib zakat, harus dikeluarkan zakatnya. Pada umumnya tanaman yang diairi air hujan atau sungai wajib dikeluarkan zakatnya sepersepuluh dan yang diairi dengan disirami, maka zakatnya lima persen dari sepersepuluh . Adapun syarat utama dari zakat pertanian adalah telah mencapainishab,yaitu limaausaq.

d) Barang Temuan dan Barang Tambang

Yang menjadi dasar diwajibkannya zakat pada barang temuan dan barang tambang dengan disertai perbedaan pendapat ulama dalam menentukan besar zakatnya.

5. Golongan-golongan yang berhak menerima zakat


(46)

ُت ﺎ َﻗ َﺪ ﱠﺼ ﻟ ا ﺎ َﻤ ﱠﻧ ِإ

ﻢُﮭُﺑﻮُﻠُﻗ ِﺔَﻔﱠﻟَﺆُﻤْﻟاَو ﺎَﮭْﯿَﻠَﻋ َ ﻦﯿِﻠِﻣﺎَﻌْﻟاَو ِﻦﯿِﻛﺎَﺴَﻤْﻟاَو ِءاَﺮَﻘُﻔْﻠِﻟ

ِب ﺎ َﻗ ﱢ ﺮ ﻟ ا ﻲ ِﻓ َ و

ُﱠ ﷲَو ِ ﱠ ﷲ َ ﻦِﻣ ًﺔَﻀﯾِﺮَﻓ ِﻞﯿِﺒﱠﺴﻟا ِﻦْﺑِاَو ِ ﱠ ﷲ ِﻞﯿِﺒَﺳ ﻲِﻓَو َ ﻦﯿِﻣِرﺎَﻐْﻟاَو

ٌﻤﯿِﻠَﻋ

ٌﻢﯿِﻜَﺤ

: ﺔ ﺑ ﻮ ﺘ ﻟ ا )

٦ ٠

(

“Sesungguhnya harta zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya,

untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah lagi Maha Mengetahui lagi Maha

Bijaksana.”(QS. At-Taubah: 60).

Dalam surat at-Taubah: 60 tersebut dikemukakan bahwa zakat hanya dibagikan ke delapam golongan, salah satu golongan yang berhak menerima zakat (mustahik zakat) adalah orang-orang yang bertugas mengurus urusan zakat(‘amalina ‘alaiha).

a) Fakir

Adalah orang yang amat sengsara hidupnya, tidak memiliki harta dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan hidup.Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup. Imam Asy-Syaukani dalam konteks zakat fitrah disebutkan

bahwa:”barang siapa yang tidak mendapatkan sisa dari makanannya untuk

malam hari raya dan siangnya maka tidak berkewajiban membayar zakat, namun sebaliknya jika ia memiliki sisa dari makanan pokok hari ini maka ia harus mengeluarkannya.


(47)

Begitu juga dalam konteks zakat mal mereka termasuk pada level tidak mampu.

b) Miskin

Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup dan keluarganya.Terhadap orang ini sedikit berbeda dengan keadaan si fakir, berdasarkan pandangan kebutuhan dasar hidup yang barangkali telah terpenuhi namun bila disandarkan pada tempat tinggal, yang tidak layak huni atau bila disandarkan pada belum terpenuhi layaknya ornag normal dan pakaian yang compang-camping.Maka terhadap orang ini juga masih membutuhkan perhatian zakat.

c) Amil

Pengurus Zakat atau Amil adalah mereka yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagi zakat.Orang ini adalah petugas, panitia, pegurus yang diangkat secara khusus baik oleh masyarakat maupun pemerintah.Terhadap pembagian zakat fitrah bagian amil masih dapat diberlakukan namun tidak dapat berlaku untuk staf yang dibebankan atas gaji yang dibayar oleh pemerintah karena orang ini telah memperoleh hak pada setiap bulannya.Dilihat berdasarkan sistem Islam pada masa Rasulullah, maka keberadaan amil memperoleh hak dari zakat karena negara yang dipimpin Rasulullah sendiri tidak memberi upah atau gaji secara utuh namun diambil berdasarkan harta zakat.


(48)

d) Muallaf

Muallaf sebagaimana yang didefinisikan adalah mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya artinya masih lemah dalam hal pemahaman tentang islam dan masih lemah juga dalam sendi-sendi lain dalam lingkungan islam.

Didasari pada kondisi umat islam yang sudah kuat, maka sahabat tidak memberikan zakat lagi kepada kafir sebagaimana yang diberikan oleh rasul. Pada saat itu Uyainah menghadap Abu Bakar siddiq, selanjutnya abu bakar siddiq menyuruh mereka untuk menghadap Umar Bin Khattab, ketika mereka telah menyampaikan maksud tersebut maka umar berkata

“sesungguhnya Rasulullahtelah bersikap halus kepada kalian ketika itu kaum muslimin masih sedikit, namun hari ini Allah telah memuliakan umat Islam maka bekerjalah kalian serta ikutilah pada petunjuk Tuhan kalian, layaknya muslim lainnya bekerja, maka barang siapa yang ingin tetap kafir makakeputusan hari ini seperti yang aku putuskan”.

e) Hamba Sahaya

Hamba sahay atau budak yang ingin memerdekakan dirinya termasuk juga melepaskan orang muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. Budak ini di dalam perkembangan kebahasaan ini dinisbahkan kepada golongan atau bangsa yang sedang membebaskan diri dari eksploitasi pihak lain. Jika dipahami penawanan ini termasuk dalam proses penawanan penjara oleh


(49)

orang kafir terhadap orang muslim yang menurut mayoritas dianggap tidak bersalah maka bagian ini harus dikhususkan bagi mereka yang membutuhkan tebusan.

f) Gharimin

Gharimin adalah mereka yang berhutang untuk keperluan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya dan yang mengalami kesengsaraan dalam perjalanan dalam hal ini tidak termasuk orang yang maksiat. Apabila seorang yang berhutang itu dihadapi sebuah ancaman terhadap jiwa maka keadaan ini menjadikannya berhak menerima zakat itu.

g) Fisabilillah

Fisabilillah adalah orang yang berjuang di jalan Allah untuk keperluan mempertahankan agama Islam dan kaum muslimin. Secara umum menurut dari keempat kalangan imam mazhab menyepakati bahwa pertama, jihad termasuk dalam kategori fisabilillah, kedua, menyerahkan kutipan zakat kepada individu yang berjuang di jalan Allah dan ketiga, kutipan zakat tidak boleh digunakan untuk kepentingan umum seperti membangun jembatan, sekolah, masjid dan sebagaainya.

h) Ibnu Sabil

Ibnu sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan yang mengalami kekurangan dan kesengsaraan, mereka yang kehabisan biaya diperjalanan. Musafir ini berlaku baik di dalam maupun di luar negeri tempat ia mukim.


(50)

Dalam pandangan selanjutnya ibnu sabil diperluas maknanya termasuk bagi penuntut ilmu agama dan dari berbagai keilmuan umum yang berpengaruh bagi agama dengan bekal ilmu yang ditempuhnya. Maka jika bekal yang dibawanya sudha habis dan ia tidak memperoleh pinjaman maka ia dapat memperolehnya dari bagian zakat.21

6. Niat zakat :

Setiap perbuatan harus didahulukan dengan niat. Begitu pula zakat harus diniati ketika akan mengeluarkannya, sesuai dengan hadist Nabi saw yang tersebut sebelumnya:

Niat zakat fitrah atau mal untuk diri sendiri:

َﱃﺎَﻌَـﺗ ِﻪﱠﻠِﻟ ﻲ ِﺴْﻔَـﻧ ْﻦَﻋ ( ِلﺎَﳌا) ِﺮْﻄِﻔﻟْا َةﺎَﻛَز َجِﺮْﺧُأ ْنَأ ُﺖْﻳَﻮَـﻧ

Artinya: ”Saya niat mengeluarkan zakat fitrah (mal) saya karena Allah

Ta’ala

Niat untuk zakat fitrah orang lain:

ْﻦ َﻋ ( ِ ل ﺎَ ﳌ ا ) ِﺮ ْﻄ ِﻔ ﻟ ْا َة ﺎ َﻛ َ ز َج ِﺮ ْﺧ ُأ ْن َأ ُ ﺖ ْﻳ َ ﻮ َـﻧ

ِﻪ ﱠﻠ ِﻟ ْﺔ َﻧ َﻼ ُﻓ ْ و َأ ٍن َﻼ ُﻓ

َﱃﺎَﻌَـﺗ

Artinya: “Saya niat mengeluarkan zakat fitrah (mal) fulan atau fulanah

karena Allah Ta’ala

Salah satu sisi ajaran Islam yang harus ditangani secara serius menyangkut penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan

21

http://isfahannur.blogspot.co.id/2011/08/alokasi-dana-zakat-mal-untuk-distribusi.html


(51)

pendayagunaan zakat, infak, dan sedekah. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta penerusnya dizaman keemasan Islam.22

Dana zakat pada umumnya memiliki dua sisi kegiatan yaitu mendistribusikandana secara konsumtif dan secara produktif. Secara konsumtif berarti dana zakat habis begitu saja digunakan untuk keperluan sehari-hari dan membiayai kesehatan. Secara produktif berarti mengembangkan usaha-usaha produktif memberikan bantuan dana modal untuk wirausaha dalam rangka menigkatkan kualitasincomeper kapita pengusaha.23

Produktif berasal dari bahasa Inggris productive yang berarti banyak menghasilkan. Secara umum produktif (productive)berarti banyak menghasilkan karya atau barang.Produktif juga berarti banyak menghasilkan, memberikan banyak hasil.24

Zakat produktif pada dasarnya menitikkan pola penyaluran zakat secara produktif, pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang ada dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktifitas suatu usaha/bisnis. Pola penyaluran secara produktif adalah penyaluran zakat atau dana lainnya yang disertai target merubah keadaan penerimanya (mustahik) dari kategori

mustahikmenjadi kategorimuzakki.25

22

Lili Bariadi dan Muhammad Zen,Zakat & Wirausaha,(Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005), h. 6-7.

23

Lili Bariadi dan Muhammad Zen,Zakat dan Wirausaha,(Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005), h.76.

24

Anwar - Desi,Kamus Lengkap I Milliard,(Surabaya: Amelia, 2003), h.291 25

Lili Bariadi dan Muhammad Zen,Zakat dan Wirausaha,(Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005), h. 35.


(52)

Pengertian produktif dalam hal ini, kata yang disifati yaitu kata zakat.Zakat produktif disini berarti zakat yang pendistribusiannya bersifat produktif yaitu arti kata yang berlawanan dengan konsumtif. Zakat produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan, akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus.

Dengan adanya penyaluran dana zakat produktif ini diharapkan mustahik

mampu mengembangkan usahanya untuk lebih berpoduktif dan mampu meningkatkan perekonomian sehari-hari.

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam melaksanakan ibadah zakat.Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, vertikal dan horizontal.Artinya secara vertikal, zakat sebagai ibadah dan wujud ketaqwaan dan kesyukuran seorang hamba kepada Allah atas nikmat berupa harta yang diberikan Allah kepadanya serta untuk membersihakan dan mensucikan diri dan hartanya itu.Dalam konteks inilah zakat bertujuan untuk menata hubungan seorang hamba dengan Tuhannya sebagai pemberi rezeki.

Sedangkan secara horizontal, dengan zakat dapat mewujudkan rasa keadilan sosial dan kasih sayang diantara pihak yang mampu dengan pihak yang tidak mampu dan dapat memperkecil problema kesenjangan sosial serta ekonomi


(53)

umat.Dalam konteks ini zakatdiharapkan dapat mewujudkan pemerataan dan keadilan sosial diantara kehidupan umat manusia.26

B. Pengelola Zakat

1. Urgensi Pengelolaan Zakat

Amilzakatialah orang atau individu yang bertugas melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan penghimpunan, pengelolaan, pencatatan, dan pendayagunaan dana zakat. Undang-Undang RI Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Bab III pasal 6 dan pasal 7 menyatakan bahwa, lembaga pengelola zakat di Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Badan Amil Zakat (BAZ) dibentuk oleh pemerintah, sedangkan Lembaga Amil Zakat didirikan oleh masyarakat.27Amil zakat berhak untuk menghimpun dana zakat, dan mendayagunakan dana tersebut serta melakukan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan zakat.

Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat yang ada pada masa kini juga dianggap memiliki hak sebagaimana ditetapkan di dalam syariat Islam.Oleh karena itu BAZ dan LAZ wajib mengikuti syarat-syarat yang ditetapkan dalam memberi bagian untuk amil zakat.Amil zakat berhak menerima gaji yang telah ditetapkan dalam syariat Islam, jumlah besaran yang

26

Asnaini, Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h.42.

27

Didin Hafidhuddin,Zakat Dalam Perekonomian Modern,(Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 130.


(54)

diterima oleh amil zakat tidak lebih besar dari satu perdelapan dari hasil pungutan harta zakat (12,5%).

Salah satu tugas penting dari lembaga pengelola zakat adalah melakukan sosialisasi tentang zakat kepada masyarakat secara terus-menerus dan berkesinambungan, melalui berbagai forum dan media, seperti khutbah

Jumat, majelis ta’lim, seminar, diskusi, melalui media surat kabar, majalah,

radio, internet maupun televisi. Dengan sosialiasai yang baik dan optimal, diharapkan masyarakat muzakkiakan semakin sadar untuk membayar zakat melalui lembaga zakat yang kuat, amanah dan terpercaya.28

Diantara tugas-tugas yang diamanahkan kepada amil-amil zakat ada yang berbentuk kuasa, karena ia bekaitan dengan tugas asas dan kepemimpinan. Yusuf al-Qaradhawi dalam bukunya, Fiqh Zakat,29menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat, harus memiliki persyaratan sebagai berikut:

a. Beragama Islam.

b. Mukallaf (orang dewasa yang sehat akal fikirannya yang siap menerima tanggung jawab mengurus urusan umat.

c. Memiliki sifat amanah dan jujur.

28

Didin Hafidhuddin,Zakat Dalam Perekonomian Modern,(Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 132.

29

Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh Zakat Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadis,(Muassasat ar-Risalah, Bairut, Libanon), h.553.


(55)

d. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada masyarakat.

e. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. f. Kesungguhanamil zakatdalam melaksanakan tugasnya.

Di Indonesia profesi amil zakat masih belum menjadi sebuah profesi yang dipilih oleh masyarakat Indonesia.Padahal semua aturan untuk menjadi seorang amil zakat sudah sangat jelas dan tegas dijelaskan dalam

Al-Qur’an.Sebagaimana halnya zakat harta dan profesi yang belum

tersosialisasikan dengan baik, peran dan profesiamil zakatpun demikian. Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan,30antara lain:

Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat.Kedua,untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakatapabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat.Keempat,

untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintah yang Islami.

Dalam bab II Pasal 5 undang-undang tersebut dikemukakan bahwa pengelolaan zakat bertujuan:31

30

Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh Zakat Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadis,(Muassasat ar-Risalah, Bairut, Libanon), h. 87.

31

Didin Hafidhuddin,Zakat Dalam Perekonomian Modern,(Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 126


(56)

a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama.

b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.

2. Organisasi Lembaga Pengelola Zakat

Sebagai organisasi nirlaba milik masyarakat Indonesia, organisasi pengelolaan zakat juga memiliki karakteristik seperti organisasi nirlaba lainnya, yaitu: a. sumber daya (baik dana maupun barang) berasal dari donatur yang mempercayakan kepada lembaga. b. menghasilkan berbagai pengelolaan jasa dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat. c. kepemilikan organisasi pengelola zakat tidak seperti lazimnya pada organisasi bisnis.

Organisasi pengelola zakat mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan organisasi nirlaba lainnya32 yaitu: 1. Terkait dengan aturan-aturan dan prinsip-prinsip syariah Islam. 2. Sumber danautama adalah zakat, infaq, sedekah, dan wakaf. 3. Memiliki Dewan Pengawas dalam struktur organisasinya.

a. Susunan Organisasi Badan Amil Zakat 1) Badan Amil Zakat

2) Dewan Pertimbangan

32

Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Zakat Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadis,(Muassasat ar-Risalah, Bairut, Libanon), h. 733.


(57)

3) Komisi Pengawas 4) Badan Pelaksana

b. Fungsi dan Tugas Pokok Pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) 1) Dewan Pertimbangan

a) Fungi yaitu memberikan pertimbangan, fatwa, saran dan rekomendasi kepada badan pelaksana dan komisi pengawas dalam pengelolaan badan amil zakat, meliputi aspek syariah dan aspek manajerial.

b) Tugas pokok adalah: 1. Memberikan garis-garis kebijakan umum Badan Amil Zakat. 2. Mengesahkan rencana kerja dari Badan Pelaksana dan Komisi Pengawas. 3. Mengeluarkan fatwa syariah baik diminta maupun tidak berkaitan dengan hukum zakat wajib diikuti oleh pengurus Badan Amil Zakat. 4. Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan komisis pengawas baik diminta maupun tidak. 5. Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja Badan Pelaksan dan Komisi Pengawas. 6. Menunjuk akuntan publik.

2) Komisi Pengawas

a. Fungsi yaitu sebagai pengawas internal lembaga atas operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana.

b. Tugas pokok adalah: Pertama, mengawasi pelaksanaan kerja yang telah disahkan. Kedua, mengawasi pelaksaan kebijakan-kebijakan


(58)

yang telah ditetapkan Dewan Pertimbangan. Ketiga, mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana, yang mencakup pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan.

Keempat, melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syariah.

3) Badan Pelaksana

a. Fungsinya adalah sebagai pengelola zakat

b. Tugas pokok meliputi: 1. Membuat rencana kerja. 2. Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan. 3. Menyusun laporan tahunan. 4. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada pemerintah. 5. Bertindak dan bertanggung jawab untuk dan atas Badan Amil Zakat ke dalam maupun ke luar.

C. Konsep Penyaluran

1. Cara menyalurkan

Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera disalurkan kepada para mustahik sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun dalam program kerja. Zakat tersebut harus disalurkan kepada para mustahik sebagaimana tergambar dalam surah at-Taubah: 60.

2. Bentuk Penyaluran


(1)

Pasal 15

Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh badan amil zakat ditetapkan dengan keputusan menteri.

BAB V

PENDAYAGUNAAN ZAKAT Pasal 16

(1) Hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahiq sesuai dengan ketentuan agama. (2) Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahiq

dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif.

(3) Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan keputusan menteri.

Pasal 17

Hasil penerimaan infaq, shadaqah, wasiat, waris dan kafarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 didayagunakan terutama untuk usaha yang produktif.

BAB VI PENGAWASAN

Pasal 18

(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas badan amil zakat dilakukan oleh unsur pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5).

(2) Pimpinan unsur pengawas dipilih langsung oleh anggota.

(3) Unsur pengawas berkedudukan di semua tingkatan badan amil zakat.

(4) Dalam melakukan pemeriksaan keuangan badan amil zakat, unsur pengawas dapat meminta bantuan akuntan publik.

Pasal 19

Badan amil zakat memberikan laporan tahunan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 20

Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan badan amil zakat dan lembaga amil zakat. BAB VII

SANKSI Pasal 21

(1) Setiap pengelola zakat yang karena kelalaiannya tidak mencatat atau mencatat dengan tidak benar harta zakat, infaq, shadaqah, wasiat, hibah, waris dan kafarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 12, Pasal 13 dalam Undang-undang ini diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) di atas merupakan pelanggaran.

(3) Setiap petugas badan amil zakat dan petugas lembaga amil zakat yang melakukan tindak pidana kejahatan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(2)

BAB VIII

KETENTUAN-KETENTUAN LAIN Pasal 22

Dalam hal muzakki berada atau menetap di luar negeri, pengumpulan zakatnya dilakukan oleh unit pengumpul zakat pada perwakilan Republik Indonesia, yang selanjutnya diteruskan kepada badan amil zakat nasional.

Pasal 23

Dalam menunjang pelaksanaan tugas badan amil zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, pemerintah wajib membantu operasional badan amil zakat.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 24

(1) Semua peraturan perundang-undangan yang mengatur pengelolaan zakat masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan Undang-undang ini.

(2) Selambat-lambatnya dua tahun sejak diundangkannya Undang-undang ini, setiap organisasi pengelolaan zakat yang telah ada wajib menyesuaikan menurut ketentuan Undang-undang ini.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP Pasal 25

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal 23 Desember 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 23 September 1999 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd.

MULADI


(3)

PENJELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999

TENTANG

PENGELOLAAN ZAKAT I. UMUM

Memajukan kesejahteraan umum merupakan salah satu tujuan nasional negara Republik Indonesia yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, bangsa Indonesia senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materiil mental spiritual, antara lain melalui pembangunan di bidang agama yang mencakup terciptanya suasana kehidupan beragama yang penuh keimanan dan ketakwaan terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa, meningkatnya akhlak mulia, terwujudnya kerukunan hidup umat beragama yang dinamis sebagai landasan persatuan dan kesatuan bangsa, dan meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan nasional. Guna mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya, antara lain dengan menggali dan memanfaatkan dana melalui zakat.

Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu untuk membayarnya dan diperuntukan bagi mereka yang berhak menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat.

Agar dapat menjadi sumber dana yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial, perlu adanya pengelolaan zakat secara profesioanal dan bertanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban memberukan perlindungan, pembinaan dan pelayanan kepada muzakki, mustahiq dan pengelola zakat. Untuk maksud tersebut, perlu adanya Undang-undnag Pengelolaan Zakat yang berasaskan iman dan takwa dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, kemaslahatan, keterbukaan dan kepastian hukum sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Tujuan pengelolaan zakat adalah meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penunaian dan dalam pelayanan ibadah zakat, meningkatnya fungsi dan perananan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, serta meningkatnya hasi guna dan daya guna zakat.

Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat juga mencakup pengelolaan infaq, shadaqah, wasiat, waris, hibah, dan kafarat dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan agar menjadi pedoman bagi muzakki dan mustahiq, baik perseorangan maupun badan hukum dan/atau badan usaha.

Untuk menjamin pengelolaan zakat sebagai amanah agama, dalam Undang-undang ini ditentukan adanya unsur pertimbangan dan unsur pengawas yang terdiri atas ulama, kaum cendikia, masyarakat dan pemerintah serta adanya sanksi hukum terhadap pengelola. Dengan dibentuknya Undang-undang tentang Pengelolaan zakat, diharapkan dapat ditingkatkan kesadaran muzakki untuk menunaikan kewajiban zakat dalam rangka menyucikan diri terhadap harta yang dimilikinya, mengangkat derajat mustahiq, dan meningkatnya keprofesionalan pengelola zakat, yang semuanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas Pasal 2


(4)

Yang dimaksud dengan warga negara Indonesia adalah warga negara Indonesia yang berada atau menetap baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Yang dimaksud dengan mampu adalah mampu sesuai dengan ketentuan agama.

Pasal 3

Yang dimaksud dengan amil zakat adalah pengeola zakat yang diorganisasikan dalam suatu badan atau lembaga.

Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan pemerintah adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah pusat membentuk badan amil zakat Nasional yang berkedudukan di ibu kota negara. Pemerintah daerah membentuk badan amil zakat daerah yang berkedudukan di ibu kota propinsi, kabupaten atau kota dan kecamatan.

Ayat (2) Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d

Badan amil zakat kecamatan dapat membentuk unit pengumpul zakat di desa atau di kelurahan.

Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4)

Yang dimaksud dengan masyarakat ialah ulama, kaum cendekia dan tokoh masyarakat setempat. Yang dimaksud dengan memenuhi persyaratan tertentu antara lain memiliki sifat amanah, adil, berdedikasi, profesional, dan berintegritas tinggi.

Ayat (5)

Unsur pertimbangan dan unsur pengawas terdiri atas para ulama, kau cendekia, tokoh masyarakat dan wakil pemerintah. Unsur pelaksana terdiri atas unit administrasi, unit pengumpul, unit pendistribusi, dan unit lain sesuai dengan kebutuhan. Untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat, dapat dibentuk unit pengumpul zakat sesuai dengan kebutuhan di instansi pemerintah dan swasta, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Pasal 7 Ayat (1)

Lembaga amil zakat adalah institusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat.

Ayat (2) Cukup jelas Pasal 8

Agar tugas pokok lebih berhasil guna dan berdaya guna, badan amil zakat perlu melakukan tugas lain, seperti penyuluhan dan pemantauan.

Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11


(5)

Ayat (1)

Zakat mal adalah baigan harta yang disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Zakat fitrah adalah sejumlah bahan makanan pokok yang dikeluarkan pada bulan Ramadhan oleh setiap orang muslim bagi dirinya dan bagi orang yang ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan untuk sehari pada hari raya Idul Fitri.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)

Nishab adalah jumlah minimal harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya. Kadar zakat adalah besarnya perhitungan atau presentase zakat yang harus dikeluarkan. Waktu zakat dapat terdiri atas haul atau masa pemilikan harta kekayaan selama dua belas bulan Qomariah, tahun Qomariah, panen atau pada saat menemukan tikaz.

Pasal 12 Ayat (1)

Dalam melaksanakan tugasnya, badan amil zakat harus bersifat proaktif melalui kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan bekerja sama dengan bank dalam pengumpulan zakat adalah memberi kewenangan kepada bank berdasarkan persetujuan nasabah selaku muzakki untuk memungut zakat harta simpanan muzakki yang kemudian diserahkan kepada badan amil zakat.

Pasal 13

Dalam ketentuan yang dimaksud dengan :

infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan di luar zakat untuk kemaslahatan umum.

Shadaqah adalah harta yang dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim, di luar zakat untuk kemaslahatan umum.

Hibah adalah pemberian uang atau barang oleh seorang atau badan yang dilaksanakan pada waktu orang itu hidup kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat.

Wasiat adalah pesan untuk memberikan suatu barang kepada badan ail zakat atau lembaga amil zakat, pesan itu baru dilaksanakan sesudah pemberi wasiat meninggal dunia dan sesudah diselesaikan penguburannya dan pelunasan utang-utangnya jika ada.

Waris adalah haarta tinggalan seorang yang beragama islam, yang diserahkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Rafaat adalah dendda wajib yang dibayar kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat oleh orang yang melanggar ketentuan agama.

Pasal 14 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)

Pengurangan zakat dari laba/pendapatan sisa kena pajak dimaksudkan agar wajib pajak tidak terkena beban ganda, yakni kewajiban membayar zakat dan pajak. Kesadaran membayar zakat dapat memacu kesadaran membayar pajak.

Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Ayat (1) Cukup jelas


(6)

Ayat (2)

Mustahiq delapan ashnaf ialah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, shabilillah, dan ibnussabil yang di dalam aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi seperti anak yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren, anak terlantar, orang yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar dan korban bencana alam.

Ayat (3) Cukup jelas Pasal 17

Pendayagunaan infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris dan kafarat diutamakan untuk usaha yang produktif agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pengadministrasian keuangannya dipisahkan dari pengadministrasian keuangan zakat. Pasal 18

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat 4 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20

Peran serta masyarakat diwujudkan dalam bentuk :

a. memperoleh informasi tentang pengelolaan zakat yang dikelola oleh badan amil zakat dan lembaga amil zakat;

b. menyampaikan saran dan pendapat kepada badan amil zakat dan lembaga amil zakat; c. memberikan laporan atas terjadinya penyimpangan pengelolaan zakat.

Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Ayat (1)

Selama ini ketentuan tentang pengelolaan zakat diatur dengan keputusan dan instruksi menteri. Keputusan tersebut adalah keputusan bersama menteri dalam negeri Republik Indonesia dan menteri agama Republik Indonesia Nomor 29 dan 47 Tahun 1991 tentang Pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq dan shadaqah diikuti dengan instruksi menteri agama Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1991 tentang Pembinaan Teknis Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah dan instruksi menteri dalam negeri Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1998 tentang Pembinaan Umum Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah.

Ayat (2) Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas