Kinerja Belajar Siswa Kerangka Teoritis

14 3. Tahap Penutup Perwakilan seorang siswa dari kelompoknya mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan kedepan kelas dan peserta lain menanggapinya. Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan materi. Pepkin 2004:2 Adapun kelebihan problem solving mendorong siswa untuk berpikir secara ilmiah, praktis intuitif, bekerja atas dasar inisiatif sendiri, menumbukan sikap objektif, jujur dan terbuka. Sedangkan Kelebihan dari creative problem solving dengan berlandaskan potensi kreatif yang terus menggali kecerdasan dan perilaku kreatif setiap siswa juga baik untuk guru untuk meyakinkan kepada setiap siswa yang kreatif dan lebih mendukung lagi kepada setiap siswa untuk melatih potensi bawaan siswa. Dan menurut rowe 2005: 76 pada tingkat individu, instrumen ini akan membantu siswa mencapai prestasi yang lebih memuaskan. Sedangkan pada tingkat kelompok, instrumen ini punya potensi untuk dapat melepaskan potensi-potensi yang terpendam dan menyediakan dasar untuk mendukung siswa yang memiliki kemampuan mencipta. Sering, jika tidak digunakan, hal ini akan menyebabkan hilangnya individu-individu kreatif dan kontribusi potensial siswa.

4. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan tercapainya usaha dalam belajar seorang siswa melalui kinerja belajar dalam aktivitas pembelajaran sehingga terlihat tingkat 15 keberhasilan pemahaman siswa melalui penilaian akhir dari kegiatan pembelajaran setelah dilakukan evaluasi. Menurut Dimyati dan Mudjiono 2006:3 menyatakan bahwa: “Hasil belajar merupaka hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar”. Hasil belajar adalah hasil dari proses pembelajaran yang didapat dari kegiatan pembelajaran, berdasarkan kemampuan dari masing-masing individu. Hasil belajar dapat dilihat dari sukses atau tidaknya suatu kegiatan pembelajaran melalui nilai-nilai tes maupun non tes untuk evaluasi hasil belajar. Tabel 2. Kriteria hasil belajar Nilai Siswa Kategori 80,1-100 Sangat Tinggi 60,1-80 Tinggi 40,1-60 Sedang 20,1-40 Rendah 0,0-20 Sangat Rendah Hasil belajar adalah tingkat kemampuan dalam menguasai materi yang dipelajari mencakup tiga kemampuan seperti yang diungkapkan oleh Bloom di dalam Sudjana 2007:22 bahwa ada tiga ranah hasil belajar, yaitu: a. “Kemampuan kognitif adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bisa diukur dengan pikiran: knowledge pengetahuan, ingatan, comprehension pemahaman, menjelaskan, meringkas, analysis menguraikan, menetukan hubungan, synthesis mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, evaluation menilai, application menerapkan. b. Kemampuan afektif adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, sikap, patuh terhadap moral: Receiving sikap menerima, responding memberi respon, Valuing menilai, organization organisasi, characterization karakterisasi. 16 c. Kemampuan psikomotor adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem saraf dan otot dan fungsi psikis: perception persepsi, ready kesiapan, guidance response gerakan terbimbing, mechanical response gerakan yang terbiasa, complexs response gerakan respon, adjustment penyesuaian pola gerak, creativity kreatifitas.” Dari berbagai ranah tujuan pendidikan menurut Sudjana 2000:127 menyatakan bahwa : “Hasil belajar dalam ranah kognitif yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Alat yang bisa digunakan untuk menilai hasil belajar adalah tes”. Dari beberapa uraian di atas hasil belajar adalah tingkat kemampuan siswa setelah proses pembelajaran selama beberapa waktu tertentu meliputi ranah aspek proses berfikir cognitive domain, nilai atau sikap affective domain dan keterampilan psychomotor domain. Hasil belajar dapat berbentuk pengetahuan, keterlampilan dan sikap yang terus meningkat setelah dilakukannya evaluasi, maka seorang siswa itu dikatakan telah belajar. Hasil belajar yang akan diamati adalah hasil belajar siswa dalam menguasai konsep dalam ranah kognitif. Menurut Sudijono 2008:49: “Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental otak. Menurut bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir mulai dari jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang paling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksud adalah: pengetahuanhafalaningatan knowledge, pemahaman comprehension, penerapan application, analisis analysis, sintesis synthesis dan penilaian evaluation.” 17 Secara tidak langsung kemampuan kognitif pasti ada pada setiap siswa dikarenakan berkaitan dengan kemampuan dalam keterlampilan dan pengetahuan seorang siswa. Akan muncul tingkatan apa bila setiap siswa mengasah kemampuannya. Berikut pengertian dari enam tahap dari ranah kognitif. Pengetahuan knowledge adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali recall atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus- rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pemahaman comprehension adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Penerapan atau aplikasi application adalah kesanggupan seseorang untuk menerapakan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Analisis analysis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antar bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan lainnya. sintesis synthesis adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Penilaian evaluation adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut taksonomi bloom. Maka dapat dilihat tumpang tindih enam jenjang dalam ranah kognitif seperti pada Gambar 2.1. 18 Gambar 2.1 Tumpang tindih antara enam jenjang dalam ranah kognitif Keterangan: Pengetahuan 1 adalah merupakan jenjang berpikir paling dasar. Pemahaman 2 mencakup pengetahuan 1. Aplikasi atau penerapan 3 mencakup pemahaman 2 dan pengetahuan 1. Analisis 4 mencakup aplikasi 3, pemahaman 2 dan pengetahuan 1. Sintesis 5 meliputi juga analisis 4, aplikasi 3, pemahaman 2 dan pengetahuan 1. Evaluasi 6 meliputi juga sintesis 5, analisis 4, aplikasi 3, pemahaman 2 dan pengetahuan 1. Sudijono, 2008: 50-53 Sehingga keenam jenjang berfikir pada ranah kognitif ini bersifat kontinum dan tumpang tindih, di mana ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada dibawahnya.

B. Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini menggunakan dua bentuk variable yaitu satu variable bebas, satu variable moderator dan satu variable terikat. Variable bebas adalah kinerja belajar siswa X, lalu variable moderatornya adalah model pembelajaran Creative Problem Solving CPS r dan variable terikatnya adalah hasil belajara siswa Y. 1 2 3 4 5 6 19 Agar memperoleh gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan pengaruh variabel moderator terhadap variabel bebas dan terikat, maka dapat dilihat hubungan antara variabel penelitian pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Bagan Paradigma Penelitian Keterangan: X = Kinerja belajar siswa Y = Hasil belajar siswa Z = Model Creative Problem Solving CPS

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Virus

1 11 254

Pengaruh penggunaan model pembelajaran creative problem solving: CPS termodifikasi terhadap hasil belajar siswa pada konsep hukum newton tentang gravitasi

3 36 0

Pengaruh Model Pembela jaran Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa

1 27 309

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DISERTAI HIERARKI KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA.

5 24 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK KESATUAN T.P 2013/2014.

0 3 20

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SMK SWASTA RAKSANA MEDAN T.P 2013/2014.

0 2 18

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING ( CPS ) Peningkatan Keaktifan Belajar Ipa Melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving ( Cps ) Pada Siswa Kelas Ii Sdn Bumiayu 01 Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA APLIKASI PENGOLAH ANGKA.

0 1 45

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 13 PALEMBANG

0 0 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA E. Deskripsi Teori 7. Model Pembelajaran Creative Problem Solving a. Pengertian Model Pembelajaran Creative Problem Solving - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CPS (CREATIVE PROBLEM SOLVING) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI MENGHIT

0 0 38