Picture Health Warning di Kotak rokok Terhadap Minat Merokok Siswa (Studi Korelasional Komunikasi Visual Peringatan Bahaya Merokok di Kotak Rokok Terhadap Minat Merokok Aiswa SMA Swasta YPI Amir Hamzah)

(1)

PICTURE HEALTH WARNING DI KOTAK ROKOK TERHADAP MINAT

MEROKOK SISWA

(Studi korelasional komunikasi visual peringatan bahaya merokok di kotak rokok terhadap minat merokok siswa SMA Swasta YPI Amir

Hamzah)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S-1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara

Muhammad Ghozalli

100904138

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PICTURE HEALTH WARNING DI KOTAK ROKOK TERHADAP MINAT MEROKOK SISWA

SKRIPSI

Muhammad Ghozalli

100904138

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Picture Health Warning di Kotak Rokok Terhadap Minat Merokok Siswa (Studi korelasional komunikasi visual peringatan bahaya merokok di kotak rokok terhadap minat merokok siswa SMA Swasta YPI Amir Hamzah). Tujuan penelitina adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara munculnya Picture Health Warning di kotak rokok terhadap minat merokok siswa di YPI Amir Hamzah Medan. Teori yang di gunakan dalm penelitian ini adalah komunikasi, komunikasi massa, komunikasi persuasif, komunikasi visual, efek, minat, AIDDA. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan menggunakan metode korelasional. Metode ini bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya serta melihat sejauh mana pengaruh antara variabel dengan melihat tingkat signifikansi antara variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa kelas 3 SMA YPI Amir Hamzah periode 2014-2015 sebanyak 50 orang. Sampel yang diambil yaitu 50 orang. Samoel yang di ambil yaitu 50 orang dengan teknik total sampling. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara Studi Kepustakaan dan Studi Lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis table tunggal, analisis table silang dan uji hipotesis memakai rumus Rank Order Correlation Coefficient oleh Spearman atau Spearman Rho Koefisien dengan perangkat SPSS versi 13.0. koefisien korelasi yang di peroleh menunjukkan angka 0,756. Serta berdasarkan skala Guildford, angka tersebut menunjukkan hubungan yang kuat antara munculnya Picture Health Warning di kotak rokok terhadap minat merokok Siswa SMA YPI Amir Hamzah Medan.

Kata kunci:


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan kuasa -Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk melengkapi syarat memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menyadari banyaknya dukungan serta bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak, khususnya kepada kedua orang tua, atas segala cinta kasih, doa serta dukungan yang terus mengalir tanpa henti sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula dukungan dari saudara serta rekan-rekan tercinta yang telah memberikan banyak masukan dan dukungan tanpa henti. Dalam kesempatan ini, peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar -besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A serta Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si selaku ketua dan sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Haris Wijaya, S.sos, S.comm selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar, tulus, dan ikhlas, meluangka waktu, tenaga dan ilmu dalam membimbing serta memotivasi penulis selama proses penyusunan skripsi.

4. Seluruh bapak dan ibu dosen Departemen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dengan ikhlas sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini.

5. Seluruh staf di lingkungan kampus FISIP USU yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani proses perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

6. Ayahanda Ir.Badri Majid dan Sundariati sebagai kedua orang tua yang selalu dengan setia tulus mendoakan, mendidik, dan mengasihi penulis tanpa henti. Serta kaka saya tercinta Sri Wahyuni Astuti SE yang selalu memberikan semangat untuk penulis dalam menjalani perkuliahan hingga selesai.

7. Sahabat-sahabat Mabeskom10, Ade Tia, Ananda Ramadhan, Angga Agascy, Ardana Basyira, Billi Iskandar, Baktiar Widodo, Cafri Indra, Detha, Ditta Maharani, Fanry


(5)

Maulana, fanny Aulia, Fitra Atahari, Indra Wahyudi, Indra Mora, M.Amal, M.Jailani Ginting, M.Irfan, M.Suandri, M.Rivanda Addari, M. Zikri Asmara, Nia Ervina, Novia Natasya, Rahmad Utomo, Risyad Arif, Ria Yunita Melati, Rizky Aziz, Ridho, Takdir Julianda, Tengku Lisfi, Wantria, dan Yustian yang telah ikut serta mendukung, memberi masukan, hiburan dan memotivasi bagi penulis dalam menyelesaikkan skripsi serta telah menjadi teman dalam menjalani masa-masa perkulihaan.

8. Seluruh teman-teman di kampus FISIP USU dan Departeman Komunkasi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dala m menjalankan proses perkuliahan selama ini.

9. Sahabat – sahabat terbaik yang tak bisa di lupakan jasanya, Arini Rindang Cahaya Purba, Ade Syahputra, Muhammad Khadafi (topoy), roby, Santo Robert yang selalu memberikan dukungan, nasehat dan motivasi kepada penulis.

10.Kepada Kepala Sekolah YPI Amir Hamzah Ibu HJ. Rabithah, M.Pd dan seluruh staf pengajar, serta seluruh murid – murid khusus nya Kelas 3 IPA dan IPS yang telah membantu penulis dalam memberikan izin dan informasi dalam memperoleh data sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, 3 Juni 2015


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS ... 8

2.1 Kerangka Teori ... 8

2.1.1 Komunikasi ... 8

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi ... 8

2.1.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi ... 9

2.1.1.3 Sifat Komunikasi………..10

2.1.1.4 Tujuan Komunikasi………..10

2.1.2 Komunikasi Massa ... 11


(7)

2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi Massa ... 13

2.1.2.3 Proses Komunikasi Massa ... 15

2.1.2.4 Fungsi Komunikasi Massa ... 16

2.1.2.5 Tujuan Komunikasi Massa ... 17

2.1.2.6………..18

2.1.3 Komunikasi Persuasif ... 19

2.1.4 Efek ... 25

2.1.4.2 Efek Pesan………...26

2.1.5 kKomunikasi Visual ... 27

2.1.6 rokok... 28

2.1.6.1 Defenisi Rokok………28

2.1.6.2 Kandungan Dalam Rokok………...29

2.1.6.3 Bahaya Rokok………...31

2.1.6.4 Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Merokok………..32

2.1.7 Picture Health Warning………...33

2.1.8 Minat………35

2.1.9 AIDDA………....36

2.2 Kerangka Konsep ... 38

2.3 Variabel Penelitian ... 38

2.3.1OperasionalVariabel ... 39

2.4 Defenisi Operasional………40

2.5 Hipotesis... 40

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 42

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42

3.1.1 Sejarah Singkat SMA YPI Amir Hamzah Medan ... 42

3.1.2 Visi Dan Misi SMA YPI Amir Hamzah ... 42


(8)

3.1.2.2 Misi Sekolah………42

3.1.3 Struktur Organisasi SMA Swasta Amir Hamzah ... 43

3.1.4 Alamat SMA YPI Amir Hamzah Medan ... 44

3.2 Metode Penelitian ... 44

3.3 Populasi Dan Sampel ... 45

3.3.1 Populasi ... 45

3.3.2 Sampel ... 45

3.4 Teknik Penarikan Sampel ... 46

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.6 Instrumen Penelitian ………...47

3.6.1 Uji Validitas……….47

3.6.2 Uji Realiabilitas ………..48

3.7 Teknik Analisis Data………49

3.7.1 Teknik Tabel Tunggal………...49

3.7.2 Teknik Tabel Silang……….49

3.7.3 Uji Hipotesis………...49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 51

4.1 Perizinan... 51

4.1.1 Tahapan Pengumpulan Data ... 51

4.1.2 Teknik Pengolahan Data ... 52

4.2 Analisis Data ... 53

4.3 Analisis Tabel Tunggal ... 53

4.4 Analisis Tabel Silang ... 60

4.5 Uji Hipotesis ... 68

4.6 Pembahasan ... 69


(9)

5.1 Simpulan ... 74 5.2 Saran ... 74 DAFTAR REFRENSI ... 76 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Oprasional Variabel ... 39

3.1 Populasi………..45

3.2 Uji Validitas ... 47

3.3 Uji Reliabilitas ... 49

4.1 Warna Gelap Background Menggambarkan Makna Bahaya ... 54

4.2 Warna Gelap yang menjadi Background Mengganggu Penyampaian Pesan PHW……….54

4.3 Ilustrasi PHW Di Kotak Rokok Menyadarkan Tentang Bahaya Merokok ………62

4.4 Ilustrasi PHW di kotak rokok membuat anda percaya tentang efek bahaya merokok ……….56

4.5 PHW Di Kotak Rokok Sekarang Lebih Menarik Perhatian ... 56

4.6 PHW Di Kotak Rokok Sekarang Lebih Menarik Perhatian Terhadap Bahaya Merokok ... 57

4.7 PHW Lebih Mempengaruhi Keinginan Anda Merokok ... 57

4.8 Apakah PWH Sekarang Mengurangi Keinginan Merokok ... 58

4.9 Apakah PHW Mempengaruhi Keputusan Untuk Merokok ... 59

4.10 Apakah PHW Memutuskan Untuk Berenti Merokok ... 59

4.11 Apakah PHW Mempengaruhi Frekuensi Merokok ... 60

4.12 Apakah PHW Mengurangi Fekuensi Merokok... 60

4.13 Apakah PHW Mempengaruhi Jumlah Rokok Yang Dikosumsi .. 61

4.14 Apakah PHW Mengurangi Jumlah Rokok Yang Dikonsumsi ... 62

4.15 Apakah PHW Mempengaruhi Kebutuhan Rokok ... 72


(11)

4.17 Apakah PHW Mempengaruhi Ketergantungan Terhadap Rokok.63 4.18 Apakah PHW Mengurangi Ketergantungan Terhadap Rokok ... 64 4.19 Analisis Tabel Silang Ilustrasi PHW Yang Menunjukkan Tentang

Bahaya Merokok Yang Berkaitan Dengan Berkurangnya Frekuensi Merokok ... 65 4.20 Analisis Tabel Silang Ilustrasi PHW Di Kotak Rokok Yang Membuat

Percaya Tentang Efek Bahaya Merokok Yang Berkaitan Dengan Berkurangnya Jumlah Rokok Yang Dikonsumsi ... 65 4.21 Analisis Tabel Silang Warna Gelap Background PHW Yang

Menggambarkan Bahaya Merokok Yang Berkaitan Dengan Berkurangnya Ketergantungan Terhadap Rokok ... 66

4.22 Analisis Tabel Silang Ilustrasi – Ilustrasi PHW Di Kotak Rokok Yang Menyadarkan Akan Bahaya Merokok Yang Berkaitan Dengang Berkurangnya Ketergantungan Terhadap Rokok ... 67 4.23 Analisis Tabel Silang Ilustrasi PHW Di Kotak Rokok Yang Membuat

Percaya Efek Bahaya Merokok Yang Berkaitan Dengan Berkurangnya Ketergantungan Terhadap Rokok ... 67 4.24 Koefisien Korelasinal Spearman Rho ... 68


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Gambar Peringatan (PHW) ... 34

2.2 Model Teori AIDDA ... 37

2.3 Kerangka Konsep... 38


(13)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Tabel Foltron Cobolt

2. Kuisioner

3. Tabe Distribusi Nilai

r

tabel

4. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 5. Surat Izin Penelitian


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Picture Health Warning di Kotak Rokok Terhadap Minat Merokok Siswa (Studi korelasional komunikasi visual peringatan bahaya merokok di kotak rokok terhadap minat merokok siswa SMA Swasta YPI Amir Hamzah). Tujuan penelitina adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara munculnya Picture Health Warning di kotak rokok terhadap minat merokok siswa di YPI Amir Hamzah Medan. Teori yang di gunakan dalm penelitian ini adalah komunikasi, komunikasi massa, komunikasi persuasif, komunikasi visual, efek, minat, AIDDA. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan menggunakan metode korelasional. Metode ini bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya serta melihat sejauh mana pengaruh antara variabel dengan melihat tingkat signifikansi antara variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa kelas 3 SMA YPI Amir Hamzah periode 2014-2015 sebanyak 50 orang. Sampel yang diambil yaitu 50 orang. Samoel yang di ambil yaitu 50 orang dengan teknik total sampling. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara Studi Kepustakaan dan Studi Lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis table tunggal, analisis table silang dan uji hipotesis memakai rumus Rank Order Correlation Coefficient oleh Spearman atau Spearman Rho Koefisien dengan perangkat SPSS versi 13.0. koefisien korelasi yang di peroleh menunjukkan angka 0,756. Serta berdasarkan skala Guildford, angka tersebut menunjukkan hubungan yang kuat antara munculnya Picture Health Warning di kotak rokok terhadap minat merokok Siswa SMA YPI Amir Hamzah Medan.

Kata kunci:


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pesan sudah menjadi asupan bagi setiap indivdu setiap harinya dimanapun dan kapan pun dalam memperoleh informasi yang mereka inginkan sesuai dengan kebutuhan mereka, dan tidak sedikit juga di gunakan oleh oknum – oknum tertentu untuk memberikan informasi yang penting, bagi semua masyarakat luas melalui media media tertentu atau jejaring sosial internet agar pesan yang diinginkan dapat diterima secara baik. Dewasa ini iklan merupakan salah satu alat yang paling sering digunakan oleh pihak produsen untuk meningkatkan realitas dari sebuah produk yang mereka pasarkan, baik itu iklan melalui televisi, surat kabar, baliho dan lain lain, sehingga sugesti yang diciptakan secara tidak langsung di dalam iklan mampu menarik konsumen dan sekaligus konsumen akan menjadi yakin bahwa apa yang diiklankan produsen mewakili hal yang sesungguhnya. Namun tidak semua produsen mengiklankan produk mereka dengan benar dan sesuai dengan ketentuan, ada beberapa produk yang memang sudah jelas itu membahayakan bagi konsumen, namun mereka terus saja memproduksi dan berkali - kali mengiklankan produk mereka, misalnya seperti iklan rokok di mana iklan tersebut banyak memanipulasi pemaknaan iklannya bahwa rokok adalah produk yang inspiratif, bercita rasa dan memiliki kesan ekslusif. Para pembuat iklan rokok meracuni pikiran masyarakat dengan pesan-pesan yang menyesatkan terutama bagi para generasi generasi muda zaman sekarang. Iklan rokok adalah iklan yang membawa pesan subliminal.

Pesan subliminal adalah pesan atau stimulus yang diserap oleh persepsi dan alam otak bawah sadar yang diterima melalui gambar yang diulang-ulang. Pesan atau stimulus cepat melintas sebelum individu dapat memprosesnya, sehingga mengganggu pengolahan pesan. Pesan-pesan subliminal ini perlahan-lahan akan mempengaruhi dan mengubah pikiran sadar dari otak seseorang (Shrum, 2010: vii).

Dr Bahador Bahrami, dari UCL Institute of Cognitive Neuroscience and the UCL Department of Psychology, mengatakan: “What's interesting here is that your brain does log things that you aren't even aware of and can't ever become aware of. We show that


(16)

there is a brain response in the primary visual cortex to subliminal images that attract our attention -- without us having the impression of having seen anything” (www.sciencedaily.com).

(UCL Institute of Cognitive Neuroscience and the UCL Departement Of Psychology mengatakan: “hal yang menarik di sini adalah bahwa otak anda melakukan pencatatan terhadap hal – hal yang bahkan tidak anda sadari dan tidak akan pernah anda sadari. Kita melihat bahwa terdapat respon otak dibagian utama visual cortex ke gambar - gambar subliminal yang menarik perhatian kita tanpa adanya pesan dari sesuatu yang dilihat). Sebuah penelitian yang menggunakan FMRI (functional magnetic resonance imaging) menunjukkan bahwa ketika sebuah pesan yang berupa gambar diberikan kepada komunikan tanpa dia sadari, namun pesan tersebut mencapai retina pesan tersebut sebenarnya membawa dampak pada aktivitas otak yang terletak di bagian korteks visual utama. Otak komunikan dapat merespon objek gambar tersebut, meskipun si komunikan sendiri tidak sadar bahwa dia telah melihat gambar yang diberikan (www.sciencedaily.com).

Target dari iklan rokok yang diiklankan oleh produsen dengan pesan – pesan subliminal sebenar nya adalah ke semua kalangan usia dari anak – anak, remaja, dewasa bahkan lansia, namun banyak kaum muda atau remaja zaman sekarang yang punya rasa ingin tahu yang sangat tinggi sehingga mereka mencoba untuk mengkonsumsi rokok tersebut, Hal ini tentunya sangat berbahaya, karena rokok merupakan benda yang amat sangat berbahaya, bahkan tidak sedikit orang yang mengatakan bahwa rokok merupakan pembunuh yang selalu dekat dengan kita. Bayangkan jika para kaum muda Indonesia terus-menerus diterpa oleh iklan rokok yang manipulatif ini tentu akan semakin banyak para pemuda dan juga kalangan dewasa yang terpengaruh oleh propaganda iklan-iklan rokok. Pesan dalam iklan rokok yang mempesona dan memainkan pikiran dengan menyembunyikan kenyataan bahwa rokok adalah produk dengan zat adiktif berbahaya harus dapat ditepis dari persepsi oleh siapa pun yang menonton ataupun melihatnya.

Kebiasaan merokok sudah menjadi hal yang wajar untuk setiap masyarakat di setiap kalangan, bahkan sudah bisa dibilang menjadi kebiasaan untuk mereka, mulai dari sebelum atau sehabis makan, mencari insiprasi, berkendara atau melakukan kegiatan apapun dan di manapun rokok tidak bisa lepas dari keseharian mereka, padahal beberapa larangan dan pesan sudah di berlakukan oleh pemerintah tentang bahaya akibat rokok tersebut dan bahkan bahaya - bahaya yang ditimbulkan akibat dari merokok pun sudah dicantumkan. Namun hal ini juga tidak


(17)

diperdulikan oleh masyarakat, hal ini tentu saja menjadi tugas berat bagi pemerintah untuk mengurangi jumlah perokok aktif, bahkan untuk meminimalisir tentang bahaya perokok pasif pun sudah mulai dilakukan oleh pemerintah setempat dengan cara menyediakan smoking area untuk para perokok agar asap yang ditimbulkan tidak menyebar secara bebas. Hal tersebut sudah tertera di beberapa iklan yang diiklankan oleh produsen rokok melalui televisi, baliho yang ada di pinggir jalan dan juga di kemasan bungkus rokok itu sendiri, namun bahaya tersebut tidak juga digubris oleh para pecandu rokok.

Namun sekarang ini pemerintah mencoba mengeluarkan kebijakan baru tentang rokok tersebut di mana mulai muncul kemasan produk rokok yang beda dari sebelum dengan tampilan yang baru. Selain tagline rokok yang berubah menjadi lebih singkat dan padat yang bertujuan agar pesan yang ingin di sampaikan dapat lebih mudah diserap oleh konsumen kemasan rokok juga menampilkan visualisasi gambar akibat dari para perokok pasif atau perokok aktif yang sangat mengerikan. Terdapat 5 gambar baru yang ada di kemasan bungkus rokok seperti kanker paru - paru, kanker mulut, kanker tenggorokan, ada juga terdapat gambar yang tertera di bungkus rokok seperti gambar bahaya merokok bagi anak - anak di mana di situ terdapat seorang laki - laki yang sedang merokok sekaligus sedang menggendong anak bayi, dan juga merokok membunuhmu, dengan menampilkan seorang yang sedang merokok namun di belakangnya terdapat gambar tengkorak. Pada 24 Juni 2014, pemerintah mewajibkan peringatan bergambar seram atau disebut Picure Health Warning (PHW) di bungkus rokok. Adapunketentuan gambar peringatan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 28 Tahun 2013 tentang pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan produk tembakau. Ini merupakan sebuah langkah implementasi dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengendalian Tembakau yang merupakan turunan dari Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (lifestyle.kompasiana.com).

Maksud dikeluarkan atau diberlakukan ketentuan tersebut di antaranya untuk memberikan efek kejut atau jera. Dicantumkannya pesan dalam bentuk gambar (visual) diharapakan bisa diadopsi oleh khalayak terutama para pengonsumsi rokok di seluruh penjuru tanah air. Diharapkan pula dengan dicantumkannya gambar yang cukup menakutkan tersebut akan terjadi pengurangan konsumsi rokok karena efek negatif akibat racun yang ada dalam rokok sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan sekitarnya. PHW atau yang disebut sebagai gambar peringatan kesehatan seharusnya sudah cukup menjadi contoh yang


(18)

menyeramkan akibat merokok dan hal ini diterapkan di seluruh bungkus rokok. Dari 41 produsen rokok yang ada di Indonesia hampir semua sudah menyetujui akan penggunaan gambar tersebut di kemasan produk mereka. Gambar-gambar terkait bahaya rokok itu sudah lama diterapkan di luar negeri ukuran gambar peringatan itu ditetapkan 40 persen dari total luas bungkus rokok dan hal itu lah yang ingin dicoba di Indonesia. Sejak ditetapkannya peraturan tersebut pemerintah memberikan tenggang waktu tiga bulan bagi para produsen rokok untuk mendesain ulang bungkus rokok mereka sesuai dengan ketentuan.

Sempat muncul beberapa protes dari konsumen tentang visualisasi gambar yang diberlakukan di semua kotak rokok yang diedarkan tersebut, sehingga banyak dari mereka yang lebih memilih gambar yang jauh lebih soft atau tidak terlalu menyeramkan. Akan tetapi Menteri Kesehatan tetap memutuskan 5 gambar tersebut sebagai visualisasi bahaya merokok. Alasannya karena gambar tersebut sudah melalui survei Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Dalam hal ini terbukti bawa pemerintah benar – benar serius melakukan tindakan untuk mengurangi jumlah perokok di indonesia.

Namun, sesuatu yang cukup ironis terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Ketika di negara-negara maju seperti di Eropa dan Amerika Serikat angka perokok telah jauh berkurang karena peraturan pemerintah yang ketat terhadap rokok dan mahalnya bea cukai yang ditetapkan bagi industri rokok membuat harga rokok di negara -negara maju menjadi sangat mahal. Tetapi justru di negara-negara berkembang seperti di Indonesia angka perokok semakin meningkat karena masyarakat dari berbagai kalangan, tua dan muda, pelajar, mahasiswa, karyawan, pegawai negeri sipil, tentara, polisi, artis, penyanyi, politisi dan pejabat memiliki kebiasaan merokok. Bahkan anak-anak di bawah umur pun sudah ada yang merokok karena mudahnya akses untuk mendapatkan produk rokok dimana saja. Hal ini tentu memberi efek domino terhadap perkembangan industri rokok di Indonesia yang terus berkembang semakin pesat.

Tercatat dalam APBN 2014, terdapat kenaikan penerimaan bea cukai, dari Rp 104,7 triliun pada 2013 menjadi Rp 116,3 triliun. Ada kenaikan penerimaan sebesar Rp 11,6 triliun. "Kenaikan target tersebut cukup tinggi," dan bea cukai hasil tembakau berkontribusi sebesar 95 persen terhadap penerimaan bea cukai (www.tempo.com). Oleh karena itu, bagi pemerintah pilihan untuk melarang secara tegas rokok di Indonesia akan menjadi sebuah dilema. Pada satu sisi rokok adalah musuh utama yang paling mengancam kesehatan masyarakat luas dan juga


(19)

generasi – generasi muda di Indonesia tetapi di sisi lain industri rokok adalah salah satu pondasi yang menyangga perekonomian Indonesia. Dengan begitu pemerintah hanya dapat membuat peraturan-peraturan sederhana yang hanya sedikit membatasi gerak dari geliat para produsen rokok untuk memasarkan produknya kepada masyarakat dan yang menjadi sasaran utama dari para produsen rokok adalah para kaum muda terutama pelajar di mana mereka dalah penerus bangsa Indonesia yang sangat mudah dipengaruhi dan masih labil, dalam arti kata mereka masih mempunyai rasa ingin tahu yang cukup tinggi apalagi dengan dunia di luar akademik. Banyak sekali beberapa kasus yang sering terjadi di lingkungan sekolah, mulai dari perkelahian anatar siswa maupun antar sekolah, bolos sekolah, dan juga merokok di lingkungan sekolah. Tercatat dari kenakalan yang paling banyak atau paling sering terjadi di lingkungan sekolah adalah kasus merokok yang dilakukan oleh siswa. Hal ini bisa terjadi dikarenakan akses yang terlalu mudah dilakukan oleh siswa untuk mendapatkan rokok itu sendiri dan kurang pengawasan ketat dari pihak orang tua maupun sekolah. Hal ini yang juga membuktikan bahwa rasa ingin tahu dari siswa tentang rokok masih sangat tinggi sehingga mereka tidak memperdulikan tempat ataupun lokasi di mana mereka mengkonsumsi rokok tersebut.

Berdasarkan hasil paparan latar belakang tentang bahaya dan kebijakan yang sudah diberlakukan oleh pemerintah di atas tentang visualisasi media gambar sebagai gambar peringatan tentang bahaya merokok maka peneliti tertarik untuk memfokuskan penelitian pengaruh peringatan munculnya gambar rokok di bungkus rokok terhadap minat merokok siswa. Peneliti memilih lokasi penelitian di SMA Yayasan Pendidikan Islam Amir Hamzah Jln. Meranti no.1 untuk melihat minat siswa kelas 3 SMA yang umur nya berkisar 17 sampai 18 tahun disekolah tersebut, karena bnayaknya pelanggaran yang terjadi di beberapa sekolah tentang siswa yang merokok di lingkungan sekolah tersebut.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut, “Sejauh mana pengaruh munculnya PHW di bungkus rokok terhadap minat merokok siswa YPI Swasta Amir Hamzah.”


(20)

Untuk membatasi ruang lingkup pembahasan penelitian agar tidak terlalu luas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya berfokus terhadap munculnya gambar PHW di bungkus rokok

2. Penelitian ini hanya berupaya mencari tahu pengaruh munculnya PHW di bungkus rokok terhadap perilaku merokok siswa SMA YPI Amir Hamzah

3. Objek yang diteliti adalah siswa kelas 3 SMA yang rata – rata berusia 17 tahun

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas munculnya PHW di kotak rokok dalam upaya mengurangi minat merokok siswa.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana minat merokok siswa setelah munculnya beberapa PHW di kotak rokok

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara munculnya gambar peringatan di kotak rokok terhadap minat merokok siswa SMA YPI Amir Hamzah.

1.5Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif terhadap pengetahuan dalam bidang komunikasi sebagai bahan referensi, bahan penelitian, dan sumber bacaan bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti tentang pengaruh munculnya PHW di bungkus rokok

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada mahasiswa yang ingin meneliti lebih mendalam tentang pengaruh munculnya PHW di bungkus rokok terhadap minat merokok.


(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1Kerangka Teori

Kerangka teori menggambarkan dari teori yang mana suatu problem riset berasal atau dengan teori yang mana problem itu dikaitkan (Lubis 1998:107). Dalam setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan bepikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya.

Dalam memberikan kejelasan pada penelitian ini, peneliti mengemukakan beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan yang dilakukan. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah: komunikasi, komunikasi visual, minat, efek, AIDDA

2.1.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan unsur terpenting bagi kehidupan manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang berinteraksi dengan manusia yang lain. Karena sejarah lahirnya manusia memiliki hasrat untuk menjadi satu dengan yang lainnya. Komunikasi berasal dari bahasa latin, communis yang berarti “sama”, yang diartikan sebagai proses penyamaan makna (Effendy, 2007: 9).

Harold Lasswell (Mulyana, 2005: 62), menerangkan cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To Whom with What Effect? Jawaban bagi pertanyaan paradigma Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan dan efek (Effendy, 2004: 253). Menurut Muhammad Arni (2005: 5) komunika si didefinisikan sebagai, “pertukaran pesan verbal dan non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku”.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses pengiriman dan penyampaian pesan secara verbal maupun non verbal oleh seorang komunikator dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media. Komunikasi yang baik harus disertai dengan adanya jalinan pengertian antara


(22)

kedua belah pihak (komunikator dan komunikan), sehingga apa yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti.

2.1.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus dipahami, menurut Onong Uchyana Effendy (2002: 6) dalam bukunya Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur -unsur komunikasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Komunikator: Orang yang menyampaikan pesan. 2. Pesan: Pernyataan yang didukung oleh lambang 3. Komunikan: Orang yang menerima pesan.

4. Media: Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

5. Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan

Kita mempersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbalnya saja tapi juga perilaku non verbalnya. Pentingnya komunikasi non verbal misalnya dilukiskan dengan frase bukan apa yang ia katakan tapi bagaimana ia mengatakannya. Lewat komunikasi non verbal kita dapat mengetahui suasana hati emosonal seseorang. Secara sederhana menurut Larry A Samovar dan Richard E.Porter, komunikasi non verbal adalah:

“semua isyarat yang bukan kata-kata, dan mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal ) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja ataupun yang tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan;

kita mengirim banyak pesan non verbal tanpa menyadari bahwa pesanpesan tersebut bermakna bagi orang lain.” (Mulyana, 2007: 343)


(23)

Onong Uchjana Effendy(2002: 7) dalam bukunya ”Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” menjelaskan bahwa komunikasi memiliki sifat-sifat. Adapun sifat-sifat dari komunikasi tersebut sebagai berikut :

1. Tatap muka 2. Bermedia

3. Verbal: Lisan, Tulisan

4. Non Verbal : Gerakan/ isyarat badaniah 5. Bergambar

Komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik dari si komunikan itu sendiri, dalam penyampaian pesan komunikator bisa secara langsung tanpa menggunakan media apapun. Komunikator juga dapat menggunakan bahasa sebagai lambang-lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, fungsi media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya. Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal ataupun non verbal. Verbal dibagi ke dalam dua macam yaitu lisan dan tulisan. Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan badaniah seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan sebagainya, ataupun menggunakan gambar untuk mengemukakan perasaan, ide atau gagasannya.

2.1.1.4 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan komunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang yang diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Onong Uchjana Effendy. (1993: 18). dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek“ mengemukakan beberapa tujuan komunikasi, yaitu :

a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak. b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus

mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang

diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberinya jalur ke timur.


(24)

sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagimana cara terbaik

melakukannya.

d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat ataupun komunikator kita harus menjelasakan kepada komunikan atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan

Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, tindakan serta tujuan utama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.

2.1.2 Komunikasi Massa

2.1.2.1Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi. Sebagian atau sejumlah besar dari alat mekanik itu dikenal sebagai alat-alat komunikasi massa atau lebih populer dengan nama media massa, yang meliputi semua (alat-alat) saluran, ketika narasumber (komunikator) mampu mencapai jumlah penerima (komunikan, audience) yang luas serta secara serentak dengan kecepatan yang relatif tinggi. Karena demikian eratnya penggunaan media tersebut, maka komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis komunikasi yang menggunakan media massa untuk pesan-pesan yang disampaikan. Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris, mass communication kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa) artinya komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated (Wiryanto, 2000).

Kata massa dalam komunikasi massa bukan sekedar orang banyak di suatu lokasi yang sama, massa diartikan sebagai “meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran (Berlo, 1960). Massa mengandung pengertian orang banyak, tetapi mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Tan dan Wright (1991) mengartikan komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat


(25)

heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana adalah komunikasi massa merupakan pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah banyak orang, pengertian tersebut dikemukakan olah bittner. Sedangkan menurut Jay Black dan Fredrick C.Whitney menyebutkan komunikasi massa merupakan sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal lalu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas,anonim dan heterogen. Pool (1973) mendefinisikan komunikasi massa sebagai, komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, film atau televisi (Wiryanto, 2000).

Komunikasi massa berupa proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai macam tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Banyak definisi komunikasi massa yang telah ditemukan oleh pakar di bidang komunikasi, namun dari sekian banyak definisi yang ada terdapat benang merah kesamaan definisi satu sama lain. pada dasarnya komunikasi massa adalah proses komunikasi melalui media massa (media cetak dan media elektronik).

Komunikasi massa bisa didefinisikan dalam tiga ciri-ciri (Severin, Warner J & James W. Tankard, 2008) :

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audien yang relatif besar, heterogen dan anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum sering dijadwalkan untuk dapat mencapai sebanyak mungkin anggota audien secara serempak dan sifatnya sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya besar.

2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi Massa

Unsur komunikasi pada komunikasi secara umum juga berlaku bagi komunikasi massa. Secara ringkas proses sederhana komunikasi meliputi komunikator mengirimkan pesan melalui saluran kepada komunikan (penerima). Perbedaan komunikasi massa dengan komunikasi pada umumnya lebih berdasarkan pada jumlah pesan berlipat-lipat yang sampai pada penerima.Terkadang penerima bisa menerima pesan yang disampaikan secara serentak di tempat yang berbeda-beda. Dengan kata lain, penerimanya memiliki


(26)

jumlah yang jauh lebih besar. Ada beberapa unsur dalam komunikasi massa, antara lain (Bungin, 2006: 71):

1. Komunikator

Komunikator dalam komunikasi massa sangat berbeda dengan komunikator dalam bentuk komunikasi yang lain. Komunikator di sini meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur dan staf teknis yang berkaitan dengan sebuah acara televisi. Jadi, komunikator merupakan gabungan dari berbagai individu dalam sebuah lembaga media masa. Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa bukan individu, tetapi kumpulan orang yang dominan, pada akhirnya ia akan terbatasi perannya oleh aturan kumpulan orang. Kumpulan orang itu bisa disebut organisasi, lembaga, institusi, atau jaringan. Jadi, apa yang dikerjakan oleh komunikator dalam komunikasi massa itu “atas nama” lembaga dan bukan atas nama masing-masing individu dalam lembaga tersebut.

2. Isi

Masing-masing media massa mempunyai kebijakan sendiri-sendiri dalam pengelolaan isinya. Sebab, masing-masing media melayani masyarakat yang beragam juga menyangkut individu atau kelompok sosial. Media massa menggali semua peristiwa yang terjadi di masyarakat dan dikembalikan lagi ke masyarakat yang dilayaninya. Di samping itu, media massa tidak sekadar memberitakan, tetapi juga mengevaluasi dan menganalisis setiap kejadian tersebut.

3. Audience

Audience yang dimaksud dalam komunikasi massa sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran atau jurnal ilmiah. Masing-masing audience berbeda satu sama lain di antaranya dalam hal berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman, dan orientasi hidupnya. Akan tetapi, masing-masing individu bisa saling mereaksi pesan yang diterimanya.

4. Umpan balik

Ada dua umpan balik (feedback) dalam komunikasi, yakni umpan balik langsung (immediated feedback) dan tidak langsung (delayed feedback). Umpan balik langsung terjadi jika komunikator dan komunikan berhadapan langsung atau ada kemungkinan bisa berbicara langsung. Misalnya, dalam komunikasi antarpribadi yang melibatkan dua orang atau komunikasi kelompok. Umpan balik secara tidak langsung, misalnya bisa


(27)

ditunjukkan dalam letter to the editor/surat pembaca/pembaca menulis. Dalam rubrik ini biasanya sering kita lihat koreksi pembaca atas berita atau gambar yang ditampilkan media cetak. Tidak terkecuali dengan kritikan yang ditujukan pada pihak media yang bersangkutan. Umpan balik merupakan bahan yang direfleksikan kepada sumber/komunikan setelah dipertimbangkan dalam waktu tertentu sebelum dikirimkan. 5. Gangguan

Ada dua jenis gangguan dalam komunikasi massa, yaitu gangguan saluran dan gangguan semantik. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini:

1. Gangguan Saluran

Gangguan dalam saluran komunikasi massa biasanya selalu ada. Di dalam media gangguan berupa sesuatu hal, seperti kesalahan cetak, kata yang hilang, atau pragraf yang dihilangkan dari surat kabar. Gangguan juga bisa disebabkan oleh faktor luar. Misalnya sepanjang menonton acara televisi atau membaca koran ada dua pasang anak-anak yang berkelahi. Salah satu solusi untuk mengatasi gangguan terhadap saluran (misalnya) adalah pengulangan acara yang disajikan.

2. Gangguan Semantik

Gangguan yang berhubungan dengan saluran mungkin ada di mana-mana dan menjadi penghambat dalam komunikasi massa, tetapi tidak demikan halnya dengan gangguan semantik (kata). Semantik bisa diartikan sebagai ilmu bahasa yang mempelajari tentang tata kalimat. Oleh karena itu, gangguan semantik berarti gangguan yang berhubungan dengan bahasa. Gangguan semantik lebih rumit, kompleks dan sering kali muncul. Bisa dikatakan, gangguan semantik adalah gangguan dalam proses komunikasi yang diakibatkan oleh pengirim atau penerima pesan itu sendiri.

6. Gatekeeper

Gatekeeper adalah penyeleksi informasi. Komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media massa, orang inilah yang akan menentukan apakah sebuah informasi layak untuk disiarkan atau tidak disiarkan. Semua saluran media massa mempunyai sejumlah gatekeeper. Mereka memainkan peranan dalam beberapa fungsi. Mereka dapat menghapus pesan atau mereka bahkan bisa memodifikasi dan menambah pesan atau mereka bahkan bisa memodifikasi dan menambah pesan yang akan


(28)

disebarkan. Mereka pun bisa menghentikan sebuah informasi dan tidak membuka “pintu gerbang” (gate) bagi keluarnya informasi yang lain.

2.1.2.3 Proses Komunikasi Massa

Komunikassi massa berbeda dengan komunikasi tatap muka, karena sifat komunikasi massa melibatkan banyak orang, maka proses komunikasinya sangat kompleks dan rumit. Menurut McQuail (dalam Bungin, 2006: 74) proses komunikasi massa terlihat dalam bentuk:

1. Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala yang besar. Proses komunikasi massa dilakukan dengan mendistribusikan informasi kemasyarakat dalam skala besar, sekali siaran, pemberitaan yang disebarkan dalam jumlah yang luas dan diterima oleh massa yang besar pula.

2. Proses komunikasi massa dilakukan searah, dari komunikator ke komunikan. Jika terjadi interaktif diantara komunikator dengan komunikan, itu sifatnya sangat terbatas. Dalam proses ini komunikatorlah yang mendominasi.

3. Proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris, artinya komunikasi yang terjalin bersifat datar dan sementara, tidak berlangsung lama dan permanen.

4. Proses komunikasi massa juga berlangsung impersonal (non-pribadi) dan tanpa nama. Proses ini menjamin bahwa komunikasi massa akan sulit diidentifikasi siapa yang menjadi penggerak.

5. Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkan pada hubungan kebutuhan di masyarakat. Seperti televisi dan radio yang melakukan penyiaran, karena adanya kebutuhan masyarakat akan informasi seperti pemberitaan yang ditunggu oleh masyarakat tersebut.

2.1.2.4 Fungsi Komunikasi Massa

Berton mengemukakan, bahwa fungsi aktivitas sosial memiliki dua aspek yaitu fungsi nyata (manifest function) adalah fungsi nyata yang diinginkan, kedua fungsi tidak nyata atau bersembunyi (latent function), yaitu fungsi yang tidak diinginkan (Bungin, 2006: 78). Sehingga pada masyarakat itu memiliki efek fungsional dan disfungsional. Begitu pula dengan fungsi komunikasi massa, sebagai aktivitas sosial masyarakat, komunikasi massa juga mengalami hal yang serupa, beberapa fungsi komunikasi massa adalah sebagai berikut:


(29)

1. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan ini bisa berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif agar mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Media massa merupakan sebuah medium di mana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. 2. Fungsi Social Learning

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan dimana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa digunakan agar penyampaian bisa berlangsung secara efektif dan efisien.

3. Fungsi Penyampaian Informasi

Selain penyampaian pendidikan sosial, ada lagi fungsi utama komunikasi massa yaitu menyampaikan informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat dengan luas dan dalam waktu yang cepat sehingga fungsi informatif dapat tercapai dengan cepat dan singkat. 4. Fungsi Transformasi budaya

Fungsi informatif metupakan fungsi statis yang tidak bisa berubah, tapi komunikasi massa memiliki fungsi lain yang bersifat statis yaitu fungsi transformasi budaya. Fungsi transformasi budaya ini menjadi sangat penting terkait dengan fungsi-fungsi lainnya terutama fungsi social learning. Komunikasi massa menjadi transformasi budaya yang dilakukan secara bersama-sama dengan semua komponen komunikasi massa, yang didukung oleh media massa. Akan tetapi fungsi transformasi budaya lebih kepada tugasnya yang besar sebagai bagian dari budaya global.

5. Fungsi Hiburan

Seirama dengan fungsi-fungsi lain komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi-fungsi komunikasi massa.


(30)

Dalam proses komunikasi pasti komunikator memiliki tujuan yang ingin disampaikan kepada komunikan setelah mendapatkan pesan. Tujuan-tujuan tersebut dapat berupa perubahan persepsi, pendapat maupun sikap (Severin dan Tankard, 2008: 13). Adapun tujuan-tujuan dari komunikasi massa, yaitu:

1. Untuk menjelaskan pengaruh-pengaruh komunikasi massa. Pengaruh ini mungkin yang diharapkan seperti pemberitaan kepada masyarakat selama pemilihan atau yang tidak diharapkan seperti menyebabkan peningkatan kekerasan dalam masyarakat. 2. Untuk menjelaskan manfaat komunikasi massa yang digunakan masyarakat. Melihat

manfaat komunikasi massa oleh masyarakat menjadi lebih bermakna daripada melihat pengaruhnya. Pendekatan ini mengakui adanya peranan yang lebih aktif pada audiens komunikasi. Ada dua faktor yang digabung untuk memberikan tekanan yang lebih besar pada aktivitas audiens dan penggunaan komunikasi massa daripada pengaruhnya. Salah satu faktornya adalah bidang psikologi kognitif dan pemrosesan informasi. Faktor lain adalah perubahan teknologi dan komunikasi yang bergerak menuju teknologi yang semakin tidak tersentralisasi, pilihan pengguna yang lebih banyak, diversitas isi yang lebih besar dan keterlibatan yang lebih aktif dengan isi komunikasi oleh pengguna individual.

3. Untuk menjelaskan pembelajaran dari media massa.

4. Untuk menjelaskan peranan media massa dalam pembentukan pandangan-pandangan dan nilai-nilai masyarakat. Para politisi dan tokoh masyarakat sering memahami pentingnya peran komunikasi massa dalam pembentukan nilai-nilai dan pandangan dunia seperti mengkritik acara-acara atau film yang didasarkan oleh spekulasi.

2.1.2.6 Peran Media Massa

Komunikasi massa memerlukan media massa dalam prosesnya, Media massa adalah institusi yang berperan sebagai Agent Of Change (Bungin, 2006: 85), yang merupakan pelopor perubahan. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan sebagai:

1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya dan menjadi masyarakat yang maju.


(31)

2. Media massa menjadi media informasi, media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat, dengan informasi yang terbuka dan jujur.

3. Media massa menjadi media hiburan, media massa menjadi institusi budaya, pendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi manusia dan mencegah budaya yang justru akan merusak peradaban manusia dan masyarakatnya.

2.1.3 Komunikasi Persuasif

"Istilah persuasi (persuasion) bersumber pada perkataan latin persuasio. Kata kerjanya adalah persuadere, yang berarti membujuk, mengajak, atau merayu. Agar komunikasi persuasif itu mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang” (Effendi, 2006: 21-22). Menurut Jalaluddin Rakhmat “komunikasi persuasif adalah proses mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan perilaku orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri” (Rakhmat, 1998: 102).

Menurut Devito, yang dimaksud dengan sikap adalah sebagai suatu kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu. Sebagai contoh, jika kita mempunyai sikap menyukai terhadap asuransi, mungkin kita akan membuka polis asuransi, membaca artikel mengenai asuransi, dan bekerja sebagai agen asuransi. Sebaliknya, jika kita tidak menyukai asurnasi, kita cenderung menghindar dari agen asuransi, tidak mempunyai asuransi, dan seterusnya. Sedangkan kepercayaan adalah rasa yakin akan adanya sesuatu atau akan kebenaran sesuatu. Jadi, kita mungkin mempunyai kepercayaan bahwa asuransi sangat berguna buat kita, bahwa asuransi dibutuhkan setiap manusia. Perilaku dalam persuasi mengacu pada tindakan yang jelas dan dapat diamati. Membeli polis asuransi untuk diri. sendiri, bekerja sebagai agen asuransi, dan membacakan sebuah artikel untuk seseorang adalah contoh-contoh perilaku karena semuanya merupakan tindakan yang dapat diamati atau dilihat.

Persuasi bisa dilakukan secara rasional dan secara emosional. Dengan cara rasional, komponen kognitif pada diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa ide ataupun konsep. Persuasi yang dilakukan secara emosional, biasanya menyentuh aspek afeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan empati seseorang dapat digugah (Herdiyan dan Gumgum, 2013:7).


(32)

Ada tiga faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi persuasif yang tujuannya adalah merubah sikap yaitu:

1. Karateristik sumber (komunikator)

Ada tiga karateristik sumber komunikasi (komunikator) yang mempengaruhi yaitu kredibilitas, daya tarik, dan kekuasaan. Kredibilitas atau dipercaya (believability) dari komunikator tergantung terutama pada dua faktor yaitu keahlian (expertise) dan keterandalan (trustworthiness). Keahlian adalah luasnya pengetahuan yang kelihatan/ nampak dimiliki komunikator, sedangkan keterandalan merujuk pada niat komunikator yang nampaknya tulus dan tidak memiliki keinginan untuk memperoleh sesuatu untuk kepentingan pribadinya yanga berasal dari perubahan sikap audiens yang mungkin terjadi.

Daya tarik komunikator berdasarkan pada beberapa faktor yaitu penampilan fisik, menyenangkan, disukai dan kesamaan dengan komunikan. Masing-masing aspek ini berkaitan erat satu sama lain, karena tiap-tiap aspek dari daya tarik mempengaruhi persepsi tentang aspek lainnya. Komunikator yang tidak disukai pada umumnya tidak efektif dalam merubah sikap orang. Bahkan dapat menimbulkan efek negatif yakni komunikan merubah sikapnya dalam arah yang berlawanan dengan komunikator yang tidak disukai. Sebaliknya komunikator yang disukai menghasilkan perubahan sikap. Faktor lain yang berkaitan dengan efektivitas komunikator adalah kekuasaan. Jika komunikator memiliki kekuasaan untuk memberi ganjaran/ imbalan atau menghukum kepada komunikan, maka komunikan akan menyetujui dan dapat dipengaruhi.

2. Karateristik pesan

Pesan yang disampaikan jika itu sesuai dengan pandangan atau nilai-nilai dari audiens akan cenderung lebih diterima. Namun adanya kesenjangan antara isi pesan yang disampaikan dengan pendapat komunikan dapat pula menimbulkan perubahan sikap. Hal ini sesuai dengan teori disonansi kognitif, bahwa semakin besar kesenjangan, semakin besar tekanan potensial untuk berubah. Meskipun demikian, tekanan yang


(33)

semakin kuat dengan semakin besarnya kesenjangan, tidak selalu menghasilkan lebih banyak perubahan.

3. Karateristik audiens (komunikan)

Harga diri dan intelegensi berhubungan dengan perubahan sikap. Orang dengan harga diri tinggi pada umumnya sulit untuk dipersuasi, karena mereka memiliki keyakinan dengan pendapat mereka. Evaluasi diri mereka yang tinggi membuat komunikator yang kredibel dipersepsi menjadi kurang kredibel dalam perbandingannya. Sedangkan subyek dengan harga diri rendah pada opininya sehingga tidak menghargai opininya sendiri, agak segan mempertahankannya dan kemungkinan besar akan mengubahnya bila dipersuasi.

Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh usia terhadap perubahan sikap setelah mendengar suatu pesan dari komunikator. Pada umumnya perubahan tertinggi pada subyek remaja atau dewasa dini, dan semakin tua akan semakin sulit untuk berubah (Tri Dayaksini dan Hudaniah, 2009: 106).

Keberhasilan kita dalam mengukuhkan atau mengubah sikap atau kepercayaan dan dalam mengajak komunikan kita untuk berbuat sesuatu tergantung pada pemanfaatan prinsip-prinsip persuasi. Menurut Devito (2011), prinsip-prinsip dalam komunikasi persuasif adalah sebagai berikut:

a. Prinsip pemaparan selektif

Para khalayak mengikuti “hukum pemaparan selektif”. Hukum ini setidaknya memiliki dua bagian: (1) pendengar akan secara aktif mencari informasi yang mendukung opini, kepercayaan, nilai, keputusan, dan perilaku mereka. (2) pendengar akan secara aktif menghindari informasi yang bertentangan dengan opini, kepercayaan, sikap, nilai, dan perilaku mereka yang sekarang. Prinsip pemaparan selektif ini mempunyai implikasi penting terhadap pembicaran persuasif kita. Jika kita ingin meyakinkan khalayak yang menganut sikap yang


(34)

berbeda dengan sikap kita sendiri, sadarilah bahwa pemaparan selektif akan terjadi, dan berlangsung secara induktif.

b. Prinsip partisipasi khalayak

Persuasi akan paling berhasil bila khalayak berpartisipasi secara aktif dalam pembicaraan kita misalnya dalam mengulang atau menyimpulkan apa yang disampaikan. Persuasi adalah proses transaksional. Proses ini melibatkan baik pembicara maupun pendengar. Kita akan lebih berhasil jika kita dapat mengajak khalayak berpartisipasi aktif dalam proses ini.

c. Prinsip inokulasi

Jika kita berbicara di depan “khalayak yang telah terinokulasi”, khalayak yang telah mengetahui posisi kita dan telah menyiapkan senjata berupa argumenargumen yang menentang kita, siaplah untuk maju sedikit demi sedikit. Jangan coba-coba membalikkan secara total kepercayaan atau keyakinan khalayak yang telah terinokulasi. Tugas membujuk khalayak yang belum terinokulasi sering kali jauh lebih mudah, karena kita tidak perlu menembus tameng penolakan mereka.

d. Prinsip besaran perubahan

Makin besar dan makin penting perubahan yang ingin kita hasilkan atas diri khalayak, makin sukar tugas kita. Kita biasanya menuntut sejumlah besar alasan dan bukti sebelum mengambil keputusan penting seperti perubahan karir, pindah ke daerah lain, atau menginventasikan uang pesangon dalam bentuk saham tertentu. Sebaliknya, kita akan lebih mudah diyakinkan dalam hal-hal yang tidak begitu penting. Persuasi, karenanya, paling efektif bila diarahkan untuk melakukan perubahan kecil dan dilakukan untuk periode waktu yang cukup lama.

Dalam komunikasi persuasif terdapat komponen atau elemen sehingga dapat disebut sebagai komunikasi persuasif. Komponen tersebut antaranya:


(35)

1. Claim, yaitu pernyataan tujuan persuasif baik yang tersurat (eksplisit) maupun tersirat (implisit).

2. Warrant, yaitu perintah yang dibungkus dengan ajakan atau bujukan sehingga terkesan tidak memaksa.

3. Data, yaitu data-data atau fakta-fakta yang digunakan untuk memperkuat argumentasi keunggulan pesan dari komunikator (Herdiyan dan Gumgum, 2013:8).

Robert Cialdini menyebutkan bahwa ada beberapa aspek dalam proses persuasi yaitu: 1. Reciprocity

Prinsip ini mengedepankan asumsi bahwa setiap individu akan selalu berpikir dengan azas timbal balik, bahwa ketika individu mendapatkan bantuan atau sesuatu dari orang lain, maka akan timbul kemungkinan untuk individu tersebut membalas bantuan atau pemberian tersebut ke orang lain.

2. Commitment dan Consistency

Komitmen dan konsistensi akan membantu sekali dalam memastikan pesan berupa ide, keyakinan, dan perilaku yang kita kirim melalui persuasi menancap dengan kuat pada objek penerima persuasi.

3. Social Proof

Lingkungan sosial yang terdiri dari orang-orang memiliki dampak kuat terhadap proses komunikasi. Berdasarkan prinsip ini, individu akan melakukan sesuatu bila orang lain juga melakukan hal tersebut.

4. Authority

Otoritas adalah kunci persuasi dapat berjalan efektif. Individu akan cenderung mematuhi figure otoritas, bahkan ketika mereka melakukan hal yang memberatkan buat mereka.

5. Liking

Individu akan lebih mudah menerima persuasi dengan orang lain ketika mereka menyukai orang yang memberi persuasi tersebut.

6. Scarcity

Dipahami sebagai kelangkaan, persuasi diharapkan akan lebih berhasil ketika persuasi dilakukan dalam kondisi kelangkaan (Herdiyan dan Gumgum, 2013: 16).


(36)

Menurut Devito (2011) dalam pembicaraan persuasif, kita akan berusaha mencapai salah satu dari dua tujuan. Adapun dua tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pembicaraan untuk memperkuat atau mengubah sikap atau kepercayaan. Banyak pembicaraan yang ditujukan untuk memperkuat sikap atau kepercayaan yang sudah ada. Sebagai contoh, orang yang mendengarkan ceramah agama ,ceramah seperti ini ditujukan untuk memperkuat sikap dan kepercayaan yang sudah dianut khalayak pendengar. Di sini, khalayak cenderung mendukung sasaran pembicara dan bersedia mendengarkan. Pembicaraan yang dirancang untuk mengubah sikap atau kepercayaan lebih sukar. Kebanyakan orang menolak perubahan. Pembicaraan yang dirancang untuk memeperkuat atau mengubah sikap atau kepercayaan ada banyak bentuknya. Semua bergantung pada posisi awal dari khalayak.

Bila kita berusaha memperkuat atau mengubah sikap atau kepercayaan, ada beberapa strategi untuk melakukannya yaitu antara lain :

a. Perkirakanlah dengan cermat tingkat sikap atau kepercayaan pendengar saat ini. Jika pada dasarnya pendengar sependapat dengan kita, maka kita dapat mengemukakan tesis kita sedini mungkin. Namun jika kedua belah pihak belum sependapat dan kita ingin mengubah sikap mereka, maka simpanlah tesis kita sampai kita selesai mengemukakan bukti dan argumen.

b. Upayakanlah perubahan sedikit demi sedikit. Bila berbicara di depan khalayak yang bertentangan dengan posisi kita, batasilah sasaran kita hanya pada perubahan-perubahan kecil.

c. Berikan alasan yang meyakinkan untuk membuat khalayak mempercayai apa yang kita inginkan mereka percayai. Kemukakan bukti dan argument yang meyakinkan dan nyata.

2. pembicaraan untuk merangsang tindakan

Pembicaraan yang persuasif yang dirancang untuk memotivasi suatu perilaku spesifik dapat dipusatkan pada hampir semua perilaku yang dapat kita bayangkan. Bila merancang suatu pembicaraan untuk mengajak pendengar melakukan sesuatu, ada beberapa strategi untuk melakukannya yaitu antara lain :

a. Bersikaplah realistis tentang apa yang kita inginkan untuk dilakukan khalayak kita. Kita hanya bisa meminta mereka melakukan perilaku yang mudah dan sederhana saja.


(37)

b. Tunjukkan kesediaan kita sendiri untuk melakukan hal yang sama. Sebagai pedoman umum, jangan pernah meminta khalayak untuk melakukan sesuatu yang kita sendiri tidak melakukannya. Selain kita melakukannya, perlihatkan kepada mereka bahwa kita senang melakukannya.

c. Tekankan manfaat spesifik dari perilaku ini bagi khalayak kita. Jangan meminta khalayak untuk menjalankan suatu perilaku hanya karena alasan-alasan yang tidak jelas. Berikan mereka contoh konkret dan spesifik mengenai bagaimana mereka akan mendapatkan manfaat dari tindakan yang kita ingin mereka lakukan.

2.1.4 Efek

Efek hanyalah perubahan perilaku manusia yang diterpa pesan media massa, Donald K. Robert mengungkapkan, fokus dari efek tersebut adalah pesan, oleh karena itu efek harus berkaitan dengan pesan yang disampaikan oleh media massa. Namun dalam proses komunikasi massa, pesan dalam media massa tersebut dapat menerpa seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, Stamm (1990) menyatakan bahwa efek komunikasi massa terdiri dari efek primer dan efek sekunder (Elvinaro, 2004: 48).

2.1.4.1Jenis-Jenis Efek

1. Efek Primer meliputi terpaan, perhatian dan pemahaman. Dalam hal ini media massa hanya memberikan terpaan atau dampak, perhatian dan pemahaman mengenai pesan yang disampaikan.

2. Efek Sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan perilaku (menerima dan memilih). secara tradisional ada beberapa jenis efek yang disebabkan media. Menurut John R Bittner (1996), fokus utama dari efek ini adalah tidak hanya bagaimana media mempengaruhi audience tetapi juga bagaimana audience mereaksi pesan-pesan media yang sampai pada dirinya (Nurudin, 2007: 214).

2.1.4.2 Efek Pesan 1. Efek Kognitif

Efek Kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana


(38)

media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya.

2. Efek Afektif

Menurut onong uchjana (2004: 7) Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahukan kepada khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira dan sebagainya.

3. Efek behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas(Elvinaro dan Lukiati 2004: 52-56)

2.1.5 Komunikasi Visual

Menurut Schiffman dan Kanuk, komunikasi adalah transmisi pesan dari pengirim ke penerima dengan menggunakan suatu bentuk signal yang dikirim melalui suatu media tertentu (Prasetijo dan Ihalauw, 2005: 126). Oleh karena itu, komunikasi visual adalah komunikasi yang menggunakan bahasa visual, di mana bahasa visual merupakan kekuatan paling utama yang dapat dilihat dan dapat digunakan untuk menyampaikan suatu pesan yang memiliki arti, makna dan maksud tertentu (Kusrianto, 2007: 10).

Beberapa kajian komunikasi visual adalah: a.Visual Intelligence/Cognition/Perception b.Visual Literation

c.Graphic Design/Aesthetics d.Visualization/Creativity

e.Visual Culture/Visual Rhetoric/Visual Semiotics

Penyampaian pesan secara visual berarti menggunakan elemen-elemen visual. Elemen-elemen dari komunikasi visual adalah sebagai berikut:

a. Bentuk

Bentuk berasal dari penggabungan garis - garis. Contohnya segitiga, kotak, lingkaran dan lain-lain.


(39)

Warna memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan banyak hal kepada konsumen. Warna juga seringkali diasosiasikan dengan kejadian-kejadian tertentu. Asosiasi ini berhubungan dengan sesuatu yang dipelajari, seperti budaya, tradisi dan kebiasaan.

c. Ilustrasi

Ilustrasi, secara harfiah berarti gambar yang dipergunakan untuk menerangkan atau mengisi sesuatu. Sedangkan menurut definisinya, ilustrasi adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu maksud atau tujuan secara visual (Kusrianto, 2007: 140). d.Tata Letak

Tata letak atau layout berkaitan dengan pengaturan huruf dan visual pada permukaan dua dimensi agar seluruh informasi dapat dibaca, jelas dan menarik. (Suyanto, 2004: 95) Layout yang berbeda dapat menyampaikan kesan yang berbeda tentang suatu produk (Moriarty, 2011: 519).

e.Tipografi

Tipografi adalah seni memilih jenis huruf dari ratusan jenis huruf yang tersedia. Tipografi yang baik mengarah pada keterbacaan, kemenarikan. Hal itu karena desain huruf tertentu dapat menciptakan gaya (style) dan karakter atau menjadi karakteristik pesan yang ingin disampaikan. (Jefkins, 1997: 248)

Dalam banyak kasus, typesetting tidak terlalu ditekankan karena peran utamanya yang bersifat fungsional yaitu menyampaikan kata pesan, tetapi huruf juga mempunyai peran estetika dan pemilihan huruf memberi kontribusi pada dampak dan mood pesan. (Moriarty, 2011: 516)

2.1.6 Rokok

2.1.6.1 Defenisi Rokok

Secara teoritis belum ada yang menjelaskan secara detail tentang rokok, namun beberapa orang menyatakan rokok berdasarkan dengan bentuk dan tampilan yang di cantumkan ke dalam website atau sebuah blog yaitu.

Rokok biasanya berbentuk silinder terdiri dari kertas yang berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm, berwarna putih dan coklat. Biasanya berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah, ditambah sedikit racikan


(40)

seperti cengkeh, saus rokok, serta racikan lainya untuk menikmati sebatang rokok, perlu dilakukan pembakaran pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujungnya yang lain. Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua komponen: komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikurat. Asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang diembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke. Sidestream smoke dapat mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif.

2.1.6.2 Kandungan dalam Rokok

Racun utama di dalam rokok, diantaranya: a. Tar

Sumber tar adalah tembakau, cengkeh, pembalut rokok dan bahan organik lainnya yang dibakar. Tar hanya dijumpai pada rokok yang dibakar. Eugenol atau minyak cengkeh juga diklasifikasikan sebagai tar. Tetapi pabrik rokok kretek Indonesia selalu menyatakan Eugenol tidak termasuk tar. Di dalam tar dijumpai karsinogenik: polisiklinik hidrokarbon aromatis yang memicu kanker paru. Selain itu juga dijumpai Nitrosoamine nikotin di dalam rokok yang berpotensi besar sebagai karsinogenik terhadap jaringan paru. Bahan ini terdapat dalam tembakau, tetapi tidak dijumpai dalam cengkeh.

b. Nikotin

Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf, juga menyebabkan tekanan darah sistolik dan distolik mengalami peningkatan, denyut jantung bertambah, dan kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah, aliran darah pada pembuluh koroner bertambah, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Nikotin juga meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas kolesterol LDL, dan meningkatkan agregasi sel pembekuan darah. Nikotin juga mengakibatkan seseorang ketagihan rokok.

Akibat adanya nikotin seseorang menjadi perokok dan selalu ingin merokok lagi atau ketagihan terhadap rokok. Sebaliknya, merokok yang hanya sekali-sekali belum tentu akan terganggu kesehatannya.


(41)

c. Gas Karbon monoksida (CO)

Menurut Guidotti Te et al (1989), CO adalah gas yang bersifat toksik dan bertolak belakang dengan gas oksigen dalam transport haemoglobin. Dalam rokok terdapat 2-6% gas CO pada saat merokok, sedangkan gas CO yang dihisap oleh perokok paling rendah 400 ppm (part permillion) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi-haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%. Kadar normal karboksi-haemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Apabila keadaan terus berjalan maka terjadi policitemia yang akan memepengaruhi fungsi syaraf pusat. Kandungan kadar karbon monoksida di dalam rokok kretek lebih rendah daripada kandungan kadar karbon monoksida dalam rokok putih.

d. Timah Hitam (Pb)

Timah hitam merupakan partikel asap rokok. Setiap satu batang rokok yang dihisap diperhitungkan mengandung 0,5 mikrogram timah hitam. Bila seseorang menghisap satu bungkus perhari (10 batang) berarti menghasilkan 10 mikrogram perhari dan apabila seseorang menghisap rokok lebih dari 20 batang perhari maka kadar Pb dalam tubuh mencapai 20 mikrogram perhari.

e. Phenol

Merupakan campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan, karena phenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim.

f. Eugenol

Seperti yang dikatakan oleh Guidotti (1989), eugenol hanya dijumpai di dalam rokok kretek dan tidak dijumpai pada rokok putih. Eugenol dapat ditemukan dalam cengkeh yang dapat memberikan bintik minyak pada rokok kretek sehingga memberikan pandangan yang kurang menyenangkan. Eugenol dapat dijumpai baik didalam rokok yang sedang dihisa p, di dalam asap rokok yang dihisap, maupun di dalam rokok kretek yang tidak dihisap. Eugenol atau minyak cengkeh adalah cairan yang tidak berwarna atau juga berwarna kekuning-kuningan dan tidak larut dalam air. Eugenol digunakan sebagai antiseptik, anastetik, dan juga sebagai antipiretik. Zat ini belum diketahui efek karsinogeniknya.


(42)

2.1.6.3 Bahaya Rokok

Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru, bronkitiskronik, emfisema dan berbagai penyakit paru lainnya. Selain itu adalah kanker mulut, tenggorokan, pankreas, dan kandung kemih, penyakit pembuluh darah, ulkus peptikum dan lain-lain. Satu-satunya penyakit yang menunjukkan dampak negatif dengan kebiasaan merokok, yaitu kanker paru, bronkitiskronik dan emfisema, penyakit jantung iskemik dan penyakit kardiovaskular lain, ulkus peptikum, kanker mulut, kanker tenggorokan, penyakit pembuluh darah otak dan gangguan janin dalam dalam kandungan. Selanjutnya masih menurut Aditama, Doll dan Hill, dua orang peneliti dari Inggris membagi hubungan antara penyakit dan kebiasaan merokok sebagai berikut: Penyakit yang disebabkan oleh merokok adalah: kanker paru, kanker kerongkongan, kanker saluran nafas lainnya, bronkitis kronik, dan emfisema. Penyakit yang mungkin seluruhnya atau sebagian disebabkan oleh merokok yaitu: penyakit jantung iskemik, aneurisma atau pelebaran aorta, kerusakan miokard jantung, trombosis pembuluh darah otak, arteriosklerosis, tuberkulosis, pneumonia, ulkus peptikum, hernia, dan kanker kandung kemih.

a. Penyakit kardiovaskular

Merokok adalah salah satu faktor resiko utama timbulnya morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yaitu meningkatnya kadar kolesterol serum, penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah perifer.

b. Kanker paru

Penyakit kanker paru ini lebih berbahaya dari pada penyakit TBC paru, apalagi kalau kanker sudah dalam keadaan lanjut. Penyakit ini banyak ditemukan pada kaum pria. Di Amerika Serikat diperkirakan bahwa 80-90% kanker paru pada pria dan 70% pada wanita disebabkan oleh kebiasaan merokok. Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa sekitar 87% kematian akibat kanker paru. Sementara itu, paparan asap rokok pada mereka yang tidak merokok atau perokok pasif ternyata meningkatkan terjadinya kanker paru 30% lebih tinggi. Penyakit kanker paru ini sering dihubungkan dengan kebiasaan merokok sebagai penyebab utamanya. Hal ini telah dibuktikan pada berbagai penelitian di dalam dan di luar negeri.

c. Penyakit gangguan perkembangbiakan

Seperti yang dikatakan oleh Chanoine J.P (1991), merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi atau memiliki anak, fertilitas pria ataupun wanita perokok akan mengalami penurunan,


(43)

wanita perokok akan mengalami masa menopause lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang bukan perokok. Merokok juga dapat menimbulkan impotensi.

d. Gangguan alat pencernaan

Seperti yang dikatakan Harisson (1987), sakit maag atau gastritis lebih banyak dijumpai pada mereka yang merokok, dibandingkan dengan yang bukan perokok. Merokok mengakibatkan penurunan tekanan pada ujung atas dan ujung bawah lambung sehingga mempercepat terjadinya sakit maag. Pencernaan protein terhambat bagi mereka yang merokok, merokok juga mengurangi rasa lapar atau nafsu makan.

2.1.6.4 Faktor yang Mempengaruhi Remaja Merokok 1. Pengaruh Orangtua

Baer dan Corado (Atkinson, 1999: 294). Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia 2. Pengaruh teman.

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dandemikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi,pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnyamereka semua menjadi perokok. Di antara remaja perokok terdapat 87%mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok.

3. Faktor Kepribadian.

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah


(44)

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).

2.1.7 Picture Health Warning.

Apa itu Picture Health Warning adalah peringatan kesehatan bergambar mengenai dampak pemakaian produk seperti penyakit kanker yang disebabkan karna pemakaian produk tembakau. Gambar-gambar seram pada PHW ini diharapkan bisa menurunkan minat konsumen rokok, terutama perokok pemula usia pelajar yang menjadi sasaran utama produksi industri rokok. Berdasarkan observasi banyak perokok mengetahui perilaku merokok dapat membahayakan kesehatan. Tapi mereka tidak tahu penyakit seperti apa yang mereka akan dapatkan jika mereka terlalu sering mengkonsumsi rokok.. (kompasiana.com)

Selain menggunakan PHW dengan gambar yang menyeramkan, langkah lain yang dapat dilakukan untuk mencegah anak coba-coba merokok yakni dengan menaikkan harga dan cukai rokok, kemudian perlu adanya pendidikan dari keluarga, sekolah, dan lingkungan, serta larangan sponsor oleh industri rokok. Bahkan kebijakan tentang PHW tersebut sangat gencar dilakukan diseluruh negara untuk menekan tingkat pengguna rokok, seperti di singapura, Singapura memang mewajibkan PHW disetiap bungkus rokok yang dijual. Meski begitu, gambar peringatannya agak berbeda dengan yang ada di Indonesia.

Jika di Indonesia gambarnya berupa penyakit kanker tenggorokan, mulut serta paru -paru, di Singapura gambarnya lebih seram. Yakni ganbar janin yang seolah-olah sedang kesakitan, disertai dengan peringatan bahwa merokok dapat meningkatkan risiko keguguran.

(detikhealt.com)

beberapa visualisasi gambar PHW yang sudah mulai di terapkan oleh pemerintah di seluruh produsen rokok:


(45)

Gambar Tabel 2.1.7 detik.com/searchfoto

2.1.8 Minat

Minat adalah suatu keadaan di mana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut Bimo Walgito (1981: 38). Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami.Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak


(1)

menyatakan bahwa frekuesni merokok mereka berkurang setelah Picture Health Warning diberlakukan ke seluruh produsen rokok di Indonesia. Dari persentasi dua tabel ini dapat kita lihat bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan dari kedua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terkait (Y) di mana dengan pesan yang ingin disampaikan kepada khalayak luas dapat tersampaikan dengan baik dan sesuai dengan target yang ingin dituju yaitu generasi muda Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian tabel tunggal, tabel silang dan hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara munculnya Picture Health Warning di kotak rokok dan minat merokok pelajar SMA Swasta YPI Amir Hamzah Medan. Berdasarkan penghitungan yang dilakukan oleh peneliti pada pada nilai korelasi koefisien dengan menggunakan rumus Rho Spearmanm, Korelasi koefisien Rho spearman menjelaskan hubungan antara variabel X (munculnya Picture Health Warning di kotak rokok) dan variabel Y (minat merokok pelajar), maka diperoleh = 0,756. Jika dilihat dalam skala Guildford, angka 0,756 berada dalam skala 0,71 – 0,90 hal ini menunjukkan hubungan yang tinggi kuat; kuat. Pada tabel – tabel hasil kuesoner yang telah peneliti susun, juga dapat diketahui jika munculnya Picture Health Warning di kotak rokok memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap minat merokok siswa SMA Swasta YPI Amir Hamzah Medan.

Dari keseluruhan jawaban yang telah diberikan oleh responden, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa munculnya Picture Health Warning di kotak rokok berpengaruh terhadap perilaku merokok pelajar yang mencakup, pengurangan kebutuhan pelajar terhadap rokok dan juga mengurangi jumlah konsumsi rokok para pelajar dan mengurangi jumlah frekuensi merokok pelajar.


(2)

BAB V

SIMPULAN & SARAN

5.1 Simpulan

Setelah melalui proses analisis data tentang “munculnya Picture Health Warning dikotak rokok terhadap minat merokok pelajar” maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Munculnya Picture Health Warning di kotak rokok sangat efektif dalam upaya untuk mengurangi minat merokok siswa SMA YPI Amir Hamzah Medan

2. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di YPI Amir Hamzah Medan terkait dengan sejauh mana hubungan antara munculnya PHW terhadap minat merokok siswa. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat penurunan yang cukup signifikan terhadap minat merokok siswa setelah menuculnya beberapa visualisasi tentang PHW di kotak rokok.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti selama proses penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan masukan atau pertimbangan terhadap penelitian yang akan dilakukan selanjutnya khususnya dalam bidang ilmu komunikasi. Agar bisa menjadi masukan dan tambahan bahan bagi peneliti yang ingin meneliti lebih mendalam lagi tentang Picture Helath Warning karena minimnya informasi yang bisa didapatkan baik dari buku bacaan ataupun jurnal tentang Picture Health Warning itu sendiri.

2. Secara praktis, pemerintah sebagai lembaga legislatif yang membuat dan menjalan berbagai kebijakan dalam negeri termasuk dalam mengatur regulasi tentang pemasaran produk rokok harus lebih tegas dalam membuat kebijakan. Dalam hal ini gambar peringatan di kotak rokok seharusnya ditampilkan jauh lebih baik, seperti gambar yang jauh lebih besar atau gambar menjadi keseluruhan background di kotak rokok sehingga konsumen jauh lebih bisa memahami atau mengetahui dengan jelas dampak yang di timbulkan oleh rokok itu sendiri. Gambar yang ditampilkan seharusnya lebih bervariasi lagi karena penyakit – penyakit yang disebabkan oleh rokok tidak hanya kanker mulut,


(3)

kanker tenggorokan, kanker paru – paru, masih banyak yang lainnya dan seharus- nya juga sudah mulai diberlakukan agar bisa menjadi bahan informasi untuk konsumen tentang keseluruhan penyakit yang disebabkan oleh rokok

3. Kepada para responden sebagai pihak yang menjadi aset dalam penelitian harus lebih memperhatikan instruksi yang diberikan oleh peneliti dalam pengisian kuesioner, kemudian membaca setiap pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner dengan teliti dan mengisi kuesioner dengan sebaik-baiknya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Lukiati Komala. 2004. Komunikasi Massa:Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

BimoWalgito. (2001). Bimbingan dan Prestasi di Sekolah. Yogyakarta : FIP-IKIP Bungin, Burhan. . Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Djaali. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Jefkins, Frank. 1997. Periklanan. PenerjemahHaris Munandar. Jakarta : Erlangga Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis, Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana

Pranda Media Group

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta : Andi

Maulana, Herdiyan dan Gumgum Gumelar. 2013. Psikologi Komunikasi dan Persuasi. Jakarta: Akademia Permata.

Moriarty, Sandra, Nancy Mitchell, William Wells. 2011. Advertising. Penerjemah Triwibowo, B.S. Jakarta : Kencana

Morissan, Wardhani, Andy Corry, Hamid Farid. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

.

Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Prasetiyo, Ristiyanti, John J.O.I Ihalauw. 2005. Perilaku Konsumen. Yogyakarta :


(5)

Andi

Sardiman. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Severin, J. Werner and Tankard, W. James. 2008. Teori Komunikasi, Sejarah, Metode, dan

Terapan Di Dalam Media Massa Edisi Kelima. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Shrum, LJ. 2010. Psikologi Media Entertainment. Yogyakarta: Jalasutra. Singarimbun, Masri. 2008. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Slameto. (1991). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV Sagung

Seto.

Sumadi Suryabrata. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grafindo Persada

Winkel, W.S.(1983). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar.Jakarta : Gramedia Wiryanto. 2003. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Grasindo.

Witherington, H.C. (1985). Psikologi Pendidikan(Terjemahan M Buchori). Jakarta : Aksara. Yusuf Syamsu Dr, H LN, (2004), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Z. Kasijan. (1984). Psikologi Pendidikan. Surabaya: P.T Bina Aksara Zulkifli. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumber lain:

lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/07/01/penyadaran-bahaya-merokok-melalui-peringatan-bergambar-seram-665552.html (di akses tanggal 25 oktober 2014 pukul 17.48)

http://www.tempo.co/read/news/2013/11/11/090528854/Bea-Cukai-Andalkan-Kenaikan-Produksi-Rokok (di akses tanggal 25 oktober 2014 pukul 17.50)

http://www.sciencedaily.com/releases/2007/03/070308121938.htm (di akses 25 oktober 2014 17.56)


(6)

http://health.detik.com/read/2015/04/25/110451/2897919/763/ini-penampakan-bungkus-rokok-yang-dijual-di-singapura (di akses 6mei 2015 pukul 17.57)


Dokumen yang terkait

Hubungan Label Peringatan kesehatan Merokok Dengan Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Perokok Aktif di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1 9 97

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA ROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok Dengan Tindakan Merokok Pada Siswa Sma Negeri 8 Surakarta.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA ROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok Dengan Tindakan Merokok Pada Siswa Sma Negeri 8 Surakarta.

0 1 14

Perbedaan dampak gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok terhadap minat beli ulang rokok.

2 14 118

SIKAP REMAJA SURABAYA TERHADAP PESAN BAHAYA MEROKOK DI MEDIA TELEVISI (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Remaja Surabaya Terhadap Pesan Peringatan Kesehatan Bahaya Merokok “Merokok Membunuhmu” Dalam Iklan Rokok).

0 0 107

SIKAP PEROKOK TERHADAP PESAN PERINGATAN BAHAYA MEROKOK DI SURABAYA (Study deskriptif sikap perokok Surabaya terhadap pesan peringatan bahaya merokok pada iklan,reklame, dan label bungkus rokok).

1 2 78

Persepsi Siswa SMA N 1 Bangli Terhadap Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok.

0 0 36

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Picture Health Warning di Kotak rokok Terhadap Minat Merokok Siswa (Studi Korelasional Komunikasi Visual Peringatan Bahaya Merokok di Kotak Rokok Terhadap Minat Merokok Aiswa SMA Swasta YPI Amir Hamzah)

0 0 31

Picture Health Warning di Kotak rokok Terhadap Minat Merokok Siswa (Studi Korelasional Komunikasi Visual Peringatan Bahaya Merokok di Kotak Rokok Terhadap Minat Merokok Aiswa SMA Swasta YPI Amir Hamzah)

1 1 13

SIKAP REMAJA SURABAYA TERHADAP PESAN BAHAYA MEROKOK DI MEDIA TELEVISI (Studi Deskriptif Kuantitatif Sikap Remaja Surabaya Terhadap Pesan Peringatan Kesehatan Bahaya Merokok “Merokok Membunuhmu” Dalam Iklan Rokok)

0 0 24