model klasik mengasumsikan bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh unsur gangguan yang berhubungan dengan
pengamatan lain yang manapun Gujarati, 2003. Untuk menguji apakah model bebas dari masalah autokolerasi digunakan uji
durbin watson DW. Hasil uji DW yang diperoleh adalah 1,761. Adapun nilai DW tabel pada α = 0,05 dengan n = 58 dan k = 6:
dL = 1,234 , 4
– dL = 2,766 dU = 1,596
, 4 – dU = 2,404
diketahui bahwa DW lebih besar dari dU dan kurang dari 4 – dU atau 1,596
1,761 2,404 artinya model yang terdeteksi berada pada wilayah tidak ada korelasi positif maupun korelasi negatif yang artinya tidak terdapat gejala
autokolerasi pada model.
2. Hasil Uji t Uji Parsial dan Interpretasi Hasil Regresi
Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas X masing-masing terhadap
variabel terikat Y dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Faktor Pendapatan X
1
Faktor pendapatan rumah tangga berpengaruh nyata terhadap permintaan kredit
pertanian. Nilai koefisien regresi yang positif berarti bahwa semakin besar pendapatan rumah tangga yang dimiliki oleh petani, maka semakin besar jumlah
kredit pertanian yang diminta petani ke Bank Rakyat Indonesia Unit Adiluwih. Koefisien regresi sebesar 0,133 yang bertanda positif menunjukkan bahwa
kenaikan Rp1000 pendapatan rumah tangga akan meningkatkan permintaan terhadap kredit pertanian sebesar Rp133. Hasil perhitungan uji parsial uji t yang
didapat adalah nilai t
hitung
= 2,348 sedangkan nilai t
0,0551
= 1,960 sehingga t
hitung
t
tabel
2,348 1,960 pada taraf nyata 95. Dengan demikian Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan rumah tangga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit pertanian. Nilai koefisien pendapatan rumah tangga yang berbanding lurus dengan
permintaan kredit pertanian ini sesuai dengan penelitian terdahulu mengenai faktor
– faktor yang mempengaruhi permintaan kredit pegawai negeri Noptinelly, 2007, yaitu pendapatan berpengaruh nyata terhadap permintaan kredit. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa rata – rata pendapatan petani yang menjadi nasabah
kredit pertanian adalah sebesar Rp16.985.154. b. Faktor Kebutuhan Modal Usahatani X
2
Faktor kebutuhan modal usahatani berpengaruh nyata terhadap permintaan kredit
pertanian. Nilai koefisien regresi yang positif berarti bahwa semakin besar modal yang dibutuhkan petani untuk membiayai usahataninya, maka semakin besar
jumlah kredit pertanian yang diminta petani ke Bank Rakyat Indonesia Unit Adiluwih. Koefisien regresi sebesar 0,564 menunjukkan bahwa setiap kenaikan
Rp1000 kebutuhan modal usahatani, permintaan terhadap kredit pertanian akan meningkat sebesar Rp594. Hasil perhitungan uji parsial uji t yang didapat
adalah nilai t
hitung
= 1,960 sedangkan nilai t
0,0551
= 1,960 sehingga t
hitung
t
tabel
1,960 1,960 pada taraf nyata 95. Dengan demikian Ho ditolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel kebutuhan modal usahatani berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit pertanian.
Kebutuhan modal usahatani dapat diartikan sebagai biaya yang harus dikeluarkan
petani dalam proses produksi. Nilai koefisien yang berbanding lurus ini berarti bahwa semakin besar kebutuhan terhadap modal semakin besar pula jumlah kredit
pertanian yang diminta. Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata kebutuhan modal usahatani dari petani yang menjadi nasabah kredit pertanian adalah sebesar
Rp4.239.449. c. Faktor Jumlah Tanggungan Rumah Tangga X
3
Faktor jumlah tanggungan rumah tangga petani berpengaruh nyata terhadap
permintaan kredit pertanian. Nilai koefisien regresi yang positif berarti bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan petani,
semakin besar jumlah kredit pertanian yang diminta petani ke Bank Rakyat Indonesia Unit Adiluwih. Hasil perhitungan uji parsial uji t yang didapat adalah
nilai t
hitung
= 2,068 sedangkan nilai t
0,0551
= 1,960 sehingga t
hitung
t
tabel
2,068 1,960 pada taraf nyata 95. Dengan demikian Ho ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel jumlah tanggungan rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit pertanian.
Anggota rumah tangga yang menjadi tanggungan petani terlebih lagi yang masih
menjalani pendidikan akan meningkatkan pengeluaran rumah tangga petani. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan petani akan uang tunai sehingga permintaan
terhadap kredit pertanian, yang tidak hanya digunakan sebagai modal tanam tetapi
sebagiannya juga dipergunakan untuk konsumsi rumah tangga sebelum waktu panen tiba, juga akan meningkat. Nilai t
hitung
yang lebih besar dari t
tabel
ternyata tidak sesuai dengan penelitian terdahulu mengenai faktor
– faktor yang mempengaruhi permintaan kredit pegawai negeri Noptinelly, 2007, yaitu jumlah
keluarga tidak nyata mempengaruhi permintaan kredit. Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata petani yang menjadi nasabah kredit pertanian di Bank
Rakyat Indonesia Unit Adiluwih memiliki tanggungan sebanyak 3 orang. d. Faktor Jaminan X
4
Faktor nilai jaminan berpengaruh nyata terhadap permintaan kredit pertanian.
Nilai koefisien regresi yang positif berarti bahwa semakin besar nilai jaminan yang diterima oleh pihak Bank Rakyat Indonesia Unit Adiluwih, maka semakin
besar jumlah kredit pertanian yang diminta petani ke Bank Rakyat Indonesia Unit Adiluwih. Hal ini berarti kenaikan atau penurunan nilai jaminan kredit pertanian
secara keseluruhan berpengaruh terhadap jumlah kredit pertanian yang diminta. Koefisien regresi sebesar 0,049 menunjukkan bahwa setiap kenaikan tambahan
Rp1000 jaminan, permintaan terhadap kredit pertanian akan meningkat sebesar Rp49. Hasil perhitungan yang didapat adalah nilai t
hitung
= 2,497 sedangkan nilai t
0,0551
= 1,960 sehingga t
hitung
t
tabel
2,497 1,960 pada taraf nyata 95. Dengan demikian Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jaminan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit pertanian. Nilai koefisien yang berbanding lurus antara jaminan dengan permintaan kredit
menunjukkan bahwa petani yang menjadi nasabah kredit pertanian di Bank Rakyat Indonesia Unit Adiluwih memiliki keberanian untuk meminjam uang
meminta kredit pertanian dengan jumlah yang lebih besar jika nilai jaminan yang diberikannya besar. Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata nilai
jaminan dari petani yang menjadi nasabah kredit pertanian adalah sebesar Rp69.741.379.
e. Faktor Luas Lahan X
5
Faktor luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kredit pertanian.
Hasil perhitungan yang didapat adalah nilai t
hitung
= 0,388 sedangkan nilai t
0,0551
= 1,960 sehingga t
hitung
t
tabel
0,388 1,960 pada taraf nyata 95. Dengan demikian Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel luas lahan
positif dan tidak signifikan terhadap permintaan kredit pertanian. Luas lahan yg tidak signifikan terhadap permintaan kredit pertanian disebabkan permintaan
kredit pertanian tidak berdasarkan pada luas lahan tetapi pada kebutuhan modal usahatani. Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata
– rata luas lahan petani yang menjadi nasabah kredit pertanian adalah sebesar 1,2 ha.
f. Faktor Harga Komoditas Usahatani X
6
Faktor harga komoditas usahatani tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan
kredit pertanian. Hasil perhitungan yang didapat adalah nilai t
hitung
= |-0,924| sedangkan nilai t
0,0551
= 1,960 sehingga t
hitung
t
tabel
|-0,924| 1,960 pada taraf nyata 95. Dengan demikian Ho diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel harga komoditas usahatani negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan kredit pertanian. Harga komoditas usahatani yg tidak signifikan
terhadap permintaan kredit pertanian disebabkan oleh harga yang ditentukan oleh
jenis komoditas usahatani, sedangkan kredit pertanian yang diberikan BRI Unit Adiluwih tidak didasarkan pada jenis komoditas yang ditanam oleh petani
nasabah sehingga harga komoditas usahatami tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kredit pertanian.
Berdasarkan hasil uji F dan uji t sebelumnya, hipotesis pertama yang diajukan
telah terjawab, yaitu secara bersama – sama permintaan terhadap kredit pertanian
dipengaruhi oleh pendapatan, kebutuhan modal usahatani, jumlah tanggungan rumah tangga, jaminan, luas lahan, dan harga komoditas usahatani. Faktor
pendapatan, kebutuhan modal usahatani, jumlah tanggungan rumah tangga, dan nilai jaminan berpengaruh nyata terhadap permintaan kredit pertanian di Bank
Rakyat Indonesia Unit Adiluwih, sedangkan faktor luas lahan dan harga komoditas usahatani tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan kredit
pertanian di Bank Rakyat Indonesia Unit Adiluwih
F. Kemampuan Pengembalian Kredit Pertanian oleh Petani