Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan PTPN VIII Gunung Mas didirikan pada tahun 1910 oleh sebuah maskapai Perancis dengan nama “Goenoeng Mas Prancoise Nederlandise De Culture Et De Commerce ”. Pada tahun 1954 pengelolaannya dialihkan kepada perusahaan Belanda, yaitu “NV. Tiedemen K Van Kerchem TVK” yang mempunyai kantor pusat di Bandung. Pada tahun 1958 perkebunan Gunung Mas diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dimasukkan dalam PPN Baru Kesatuan Jabar II. Pada tahun 1963 diadakan reorganisasi dan perkebunan Gunung Mas dimasukkan dalam PPN Antan VII. Mulai tanggal 1 Agustus 1971 status PNP XII berubah nama yaitu PT Perkebunan XII Persero. Selanjutnya terhitung mulai tanggal 11 Maret 1996, PT Perkebunan XII berubah nama menjadi PT Perkebunan Nusantara VIII penggabungan dari PTP XI, PTP XII dan PTP XIII. PTPN VIII Gunung Mas merupakan salah satu unit usaha PTPN VIII yang berlokasi di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi Perkebunan Gunung Mas terdiri dari tiga daerah pertanaman Afdeling, yaitu Gunung Mas I Afdeling I, Gunung Mas II Afdeling II dan Cikopo Selatan I Afdeling III. Kantor induk dan pabrik pengolahan berada di Gunung Mas I, sedangkan kantor pusat berada di jalan Sindangsirna no 4 Bandung. Bidang usaha dari PTPN VIII Gunung Mas adalah membudidayakan dan mengolah komoditi hasil perkebunan berupa teh dan kina. Pabrik pengolahan teh terdiri dari : unit pengolahan teh hitam Crushing Tearing Curling CTC dan unit pengepakan teh celup. Selain itu PTPN VIII Gunung Mas juga mengelola Wisata Agro.

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

Visi PTPN VIII Gunung Mas yaitu menjadi BUMN yang tangguh dalam bidang agribisnis dan agroindustri untuk memuaskan stakeholder pelanggan, pemilik saham dan karyawan serta peduli dan berwawasan lingkungan. Misi PTPN VIII Gunung Mas adalah sebagai berikut : 1. Sebagai BUMN mempunyai Misi : a. Menghasilkan Devisa maupun Rupiah bagi Negara dengan cara seefisien-efisiennya. b. Memenuhi fungsi sosial, yang diantaranya berupa pemeliharaanpenambahan lapangan pekerjaan bagi Warga Negara Indonesia WNI. c. Memelihara kekayaan alam berupa pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah, sumber dan tata air serta tanamannya. 2. Agent of Development Wahana Pembangunan 3. Pengabdian Kepada Masyarakat pembinaan ekonomi lemah dan koperasi Dalam hal ini perusahaan telah melaksanakan peningkatan kesejahteraan tidak hanya terbatas bagi karyawan, akan tetapi masyarakat di sekitarnya, antara lain pengolahan Wisata Agro, bantuan kepada ekonomi lemah dan koperasi.

4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Perkebunan Gunung Mas dipimpin oleh seorang administratur yang bertanggung jawab kepada direksi PTPN VIII. Administratur dalam menjalankan tugasnya menggunakan sistem organisasi garis yang membagi kekuasaan di dalam setiap tingkat. Kekuasaan didelegasikan menjadi suatu tanggungjawab bagi pemegangnya, sekaligus memberikan wewenang untuk menentukan kebijakan tugas yang dibebankan. Pelaksanaan tugas Administratur sehari-hari dibantu oleh seorang Sinder Kepala, seorang Sinder Tata Usaha Kantor TUK, seorang Sinder PabrikPengolahan, seorang Sinder Teknik, seorang Sinder Wisata Agro dan tiga orang Sinder Afdeling. Struktur organisasi PTPN VIII Gunung Mas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.1.4. Sumber Daya Manusia

Sumberdaya manusia adalah faktor yang paling berperan dalam proses produksi atau pengolahan. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dengan memiliki keahlian, keterampilan dan disiplin kerja yang tinggi disetiap unit kerja perusahaan. Tenaga kerja yang berkualitas akan berdampak pada produktivitas kerja yang meningkat yang pada akhirnya mempengaruhi produktivitas perusahaan. Tenaga kerja yang ada di PTPN VIII Gunung Mas pada umumnya berasal dari sekitar perkebunan, yang memiliki kriteria kerja dari pekerja kasar sampai pekerja untuk proses produksi, kecuali beberapa orang staf yang direkrut dari kantor pusat PTPN VIII di Bandung. Karyawan yang dimiliki PTPN VIII Gunung Mas terdiri dari karyawan tetap dan karyawan borongan. Jumlah karyawan PTPN VIII Gunung Mas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah karyawan PTPN VIII Gunung Mas bulan Februari tahun 2007 Bagian Karyawan Tetap orang Karyawan Borongan orang Kantor Induk Wisata Agro Pengolahan Teknik Gunung Mas I Gunung Mas II Cikopo Selatan StafPimpinan 49 63 57 46 196 151 184 11 7 25 18 11 105 77 85 - Jumlah 757 328 Sumber : Bagian TUK PTPN VIII Gunung Mas, Februari 2007.

4.1.5. Kegiatan Pengolahan Teh Hitam

Di Indonesia terdapat dua proses pengolahan teh hitam yaitu, sistem ortodok dan sistem CTC. PTPN VIII Gunung Mas menerapkan sistem Crushing Tearing Curling CTC dalam pengolahan teh hitamnya. Proses produksi teh hitam Crushing Tearing Curling CTC dapat dilihat pada Lampiran 3. Pengolahan pucuk teh untuk menjadi produk jadi yang berupa teh hitam dimulai dari penerimaan pucuk segar, pembeberan, analisa petik dan pucuk, pelayuan, penggilingan dan fermentasi, pengeringan, sortasi dan pengepakan. Proses pengolahan teh hitam tersebut diuraikan sebagai berikut : 1. Penerimaan Pucuk Segar Pucuk teh yang akan diolah didatangkan dari tiap-tiap afdeling menggunakan truk, penerimaan pucuk teh ini membutuhkan waktu selama 1 - 2 jam dalam sehari. Tujuannya adalah untuk mengetahui kuantitas dan kualitas pucuk yang akan diolah, serta menjamin dan memastikan bahwa pucuk teh bisa dilayukan sehingga siap untuk digiling. 2. Pembeberan Pembeberan merupakan proses awal dari pelayuan. Pucuk teh dibeberkan di atas Withering Trough WT. pada tahap pembeberan, dialirkan angin yang berasal dari fan kipas angin. Isi setiap mesin WT 20–30 kgm² dengan tebal hamparan pucuk daun teh segar dalam WT ± 30 cm. Pembeberan bertujuan untuk memecahkan gumpalan pucuk teh untuk memudahkan sirkulasi udara. 3. Pelayuan Pelayuan merupakan tahap awal dimana pucuk dipersiapkan untuk diolah lebih lanjut. Pelayuan bertujuan untuk menurunkan kadar air pucuk daun teh menjadi 68 - 74. Pelayuan akan menyebabkan perubahan senyawa-senyawa kimia yang terkandung di dalam daun. Pelayuan berlangsung selama 10 – 24 jam. Proses pelayuan dihentikan apabila kerataan tingkat kelayuan telah mencapai 90 ditandai dengan lemasnya daun dan jika digenggam tidak menimbulkan patah pada tangkai maupun daun. 4. Analisa Petik dan Analisa Pucuk Analisa petik dan pucuk bertujuan untuk mengetahui berapa analisa pucuk yang memenuhi syarat dan untuk menentukan berapa upah yang diterima oleh pemetik. Analisa petik dilakukan dengan cara mengambil pucuk yang telah dibeberkan pada Withering Trough masing-masing bagian satu titik lalu aduk rata kemudian ditimbang ±100 gram dan berlangsung selama satu jam. 5. Penggilingan dan Oksidasi Enzimetis Penggilingan dan fermentasi bertujuan untuk menghancurkan pucuk teh layu menjadi partikel kecil, sehingga mempunyai cita rasa yang diinginkan dalam kondisi yang terkendali, sesuai standar dan bebas kontaminasi. Pucuk layu dimasukkan kedalam Green Leaf Sifter GLS yang berfungsi untuk memisahkan pucuk dari benda asing dengan cara diayak. Setelah pucuk bebas dari benda asing, lalu pucuk dihancurkan dan dipotong oleh mesin Barbara Leaf Conditioner BLC dengan ukuran masih kasar. Hasil gilingan dari BLC diteruskan ke mesin Crushing Tearing Curling CTC yang berfungsi untuk memotong, menyobek dan menggulung daun. CTC terdiri atas tiga mesin CTC I, CTC II, CTC III. Proses oksidasi enzimatis membuat teh yang telah digiling dari mesin CTC mengalami perubahan warna dari hijau tua menjadi coklet tua. Setelah itu bubuk teh dihamparkan pada mesin Fermenting Unit FU dengan tebal hamparan 6 – 10 cm. Lama proses oksidasi enzimatis ditentukan oleh Green Dhool Test yaitu suatu pengujian untuk menilai rasa, aroma dan warna air seduhan sebagai penentu lama proses yang optimal. Proses oksidasi enzimatis berlangsung selama 60 – 100 menit dengan hasil akhir menunjukkan perubahan pada warna bubuk teh dari hijau berangsur menjadi coklat kehitaman. 6. Pengeringan Pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses oksidasi enzimatis, membunuh mikroorganisme, dan menurunkan kadar air sampai 2,5-3. Proses pengeringan dilakukan selama 15 – 18 menit menggunakan mesin Fluidized Bed Dryer FBD, udara panas dialirkan masuk ke dalam dengan suhu antara 100 - 120º C sedangkan suhu yang keluar dari FBD outlet berkisar antara 80 - 105º C. Mesin lain yang digunakan pada proses pengeringan adalah Heat Exchanger HE yang berfungsi menghasilkan udara panas bersih yang bercampur dengan udara segar dari ruangan. Bubuk teh hasil pengeringan berwarna hitam mengkilat, kering dan tidak menggumpal serta memiliki aroma yang khas. 7. Sortasi Sortasi bertujuan memisahkan bubuk teh berdasarkan berat dan ukuran pertikel sehingga diperoleh jenis teh yang memiliki ukuran dan bentuk yang seragam sesuai dengan standar yang diinginkan oleh konsumen. Lama waktu yang dibutuhkan antara 1 – 2 jam. Ruangan sortasi bersuhu 20 – 25º C dan RH 50 - 60 agar tidak terjadi penurunan mutu bubuk teh kering karena sifatnya yang Hidrocopis mudah meyerap air. Proses sortasi teh hitam CTC dibagi menjadi dua jalur, yaitu jalur A Halus dan jalur B kasar. Tujuannya untuk memproses ulang teh yang tidak memenuhi syarat mutu pada jalur A dan diulang pada jalur B. Bubuk teh dari pengeringan masuk ke mesin Midle Tone untuk memisahkan teh kasar dan halus. Bagian yang kasar masuk ke mesin Mini Crusher B dan bagian halus masuk ke mesin Vibro Blank A. Vibro Blank berfungsi untuk memisahkan daun dan serat, bagian yang berwarna hitam dari daun, sedangkan coklat dari batang. Bagian yang lolos masuk ke mesin Vibro Mesh yang berfungsi untuk memisahkan daun dan serta jenisnya. Setelah itu masing-masing jenis teh dimasukkan ke mesin Chotta Sifter Conveyor untuk meratakan ukuran. Untuk memisahkan teh berdasarkan berat jenis dan debu teh dimasukkan ke mesin Suction Winower. Pada suction winower terdapat empat keluaran bubuk teh, pintu satu dan dua berukuran berat, sedangkan pintu tiga dan empat berukuran ringan. Untuk memastikan teh bersih dari serat setelah keluar dari suction winower teh masuk ke mesin Vibrek , lalu ditimbang kemudian disimpan di peti miring. 8. Pengepakan Pengepakan merupakan akhir proses pekerjaan di pabrik sebelum barang tersebut dikirim ke pembeli. Jenis teh yang akan dikemas dikeluarkan dari peti miring melalui conveyor ke Tea Bulker. Tea Bulker berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum pengepakan. Jika persediaan teh dalam Tea Bulker mencukupi, maka dilakukan pengepakan dengan mengeluarkan bubuk teh melalui corong pengeluaran. Bubuk teh dikemas dalam Paper Sack yang beratnya 0,7 Kg dilapisi dengan fail untuk mencegah kenaikan kadar dalam teh kering. Bubuk teh di kemas sambil ditimbang kemudian dipadatkan menggunakan tea bag packer selama 15 detik. Kemudian dipadatkan press menggunakan bag shaver, sehingga ketebalannya menjadi sekitar 20 cm. Waktu yang dibutuhkan pada proses pengemasan sekitar dua jam tiap kali produksi.

4.2. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3

Dokumen yang terkait

Hubungan Promosi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pada Karyawan Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit Di PTPN IV Kebun Dolok Ilir

81 412 124

Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)Terhadap Motivasi Karyawan pada Bagian pengolahan PTPN II PKS Rambutan Tebing Tinggi

26 275 105

Pengaruh Motivasi Dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PTPN IV Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan

16 173 128

Media Internal Public Relations dan Produktivitas Kerja (Studi Korelasional antara Media Intranet sebagai Media Internal Public Relations dengan Produktivitas Kerja Karyawan di Kantor PT. Telkom Divre I Sumatra)

0 37 159

Hubungan Persepsi terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan Produktivitas.

14 71 130

Pengaruh Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Keamanan Kerja Dan Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi PT. Sinar Oleochemichal Internasional (SOCI) Mas Medan

11 143 212

Mempelajari Faktor-Faktor Dominan yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan (Studi Kasus pada Divisi Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor)

0 11 115

Hubungan Keselamatan dan Kesehatan (K3) dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus: Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor)

1 11 7

Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Ptpn Viii Gunung Mas Bogor

2 7 105

Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Disiplin Kerja Karyawan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT Wika Realty Proyek Pembangunan Tamansari Hive Office Park)

20 124 133