Pada sub model luas areal berhutan terdapat state variable tanah kosong. Aliran masuk berupa luas pencurian yang merupakan akumulasi
dari luas pencurian di masing-masing KU. Sedangkan aliran keluar berupa luas tanaman pembangunan. Sub model luas areal berhutan
disajikan pada lampiran 2.
e.3. Sub Model Pengaturan Hasil
Sub model pengaturan hasil bertujuan untuk menetapkan besarnya luas tebangan dan volume tebangan yang dapat dilakukan KPH sehingga
kelestarian hasil terjamin. Etat volume ditentukan berdasarkan besarnya volume per hektar setiap kelas umur. Volume per hektar ditentukan
berdasarkan umur tengah masing-masing KU yang akan ditebang yang diperoleh dari tabel tegakan sepuluh jenis kayu industri dengan asumsi
bonita tetap sepanjang tahun. Untuk etat luas penentuannya berdasarkan total luas areal hutan dibagi daur. Luas areal hutan diperoleh dari
penjumlahan penjumlahan luas setiap kelas umur. Jumlah pohon tebangan untuk setiap tahunnya diperoleh dari pembagian jumlah pohon
tebangan aktual dengan daur. Jumlah pohon tebangan aktual diperoleh dari penjumlahan pohon pada KU yang masuk dalam tebangan aktual,
yaitu KU IV, V, VI, VII, VIII, IX, MT, dan MR. Jumlah pohon yang ditebang setiap tahunnya ditentukan oleh
besarnya volume tebangan setiap kelas umur serta volume per pohon setiap kelas umur yang akan ditebang. Volume per pohon seperti halnya
volume per hektar juga ditentukan berdasarkan umur tengah masing- masing KU yang akan ditebang yang diperoleh dari tabel tegakan sepuluh
jenis kayu industri dengan asumsi bonita tetap sepanjang tahun. Etat luas ditentukan berdasarkan total luas tegakan nyata di lapngan dibagi dengan
daur. Luas tegakan nyata di lapangan merupakan total penjumlahan dari luas setiap kelas umur KU I –MR.
Daur yang digunakan merupakan daur teknis, yaitu daur yang ditetapkan berdasarkan penggunaan kayu yang dihasilkan oleh suatu
tegakan. Daur ini merupakan umur pada waktu suatu jenis sudah dapat
menghasilkan kayu yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu. Sub model pengaturan hasil disajikan pada lampiran 3.
e.4. Sub Model Dinamika Penduduk
Laju perubahan jumlah penduduk merupakan salah satu peubah sosial masyarakat sekitar hutan. Peningkatan jumlah penduduk
dipengaruhi oleh persen kelahiran dan persen masuk Sedangkan faktor yang mempengaruhi penurunan jumlah penduduk ialah persen kematian
dan persen penduduk keluar. Besarnya persen kelahiran dan kematian diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora. Untuk ketiga
wilayah KPH yang masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Blora, besarnya faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk pada ketiga KPH
didasarkan pada data BPS Kabupaten Blora.
Gambar 6 Sub model dinamika penduduk.
e.5. Sub Model Gangguan Hutan