produk dengan memberikan penilaian yang menggambarkan sampel dalam suatu skala interval.
Metode kuantitatif yang cukup sering digunakan yaitu Quantitative Descriptive Analysis
QDA yaitu suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan suatu karakteristik sensori suatu produk secara matematis
Zook dan Pearce, 1988 dalam Aryati 2003. QDA menggunakan panelis terlatih yang memberi penilaian terhadap intensitas atribut suatu produk
yang dibandingkan dengan standar pada skala garis sepanjang 6 inci 15 cm. Data QDA setelah mengalami transformasi data dapat ditampilkan
dalam bentuk grafik majemuk jaring laba-laba spider web atau menggunakan Multivariate Analysis dengan aplikasi teknik Principal
Component Analysis PCA.
D. PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS
Principal Component Analysis PCA merupakan metode analisis
statistika multivariate yang digunakan untuk mentransformasikan variabel- variabel asli menjadi variabel-variabel baru yang mempunyai dimensi lebih
kecil, saling bebas dan orthogonal antara variabel satu dengan variabel lainnya. Dimensi-dimensi yang baru ini dipilih menurut syarat khusus, yaitu
masing-masing dimensi harus memaksimalkan jumlah keragaman yang dijelaskan Carpenter et al., 2000. Variabel-variabel baru tersebut
merupakan kombinasi linear dari variabel aslinya Esbensen et al., 1994 dan dinamakan komponen utama Principle ComponentPC.
Analisis ini mampu menjelaskan sebanyak 75-90 dari total keragaman dalam data yang mempunyai 25 sampai 30 variabel hanya
dengan dua sampai tiga principal component Meilgaard et al., 1999. Menurut Esbensen et al. 1994, tahapan dasar dalam PCA adalah
mentransformasikan p variabel-variabel kuantitatif awal yang kurang saling berkorelasi ke dalam p variabel kuantitatif baru yang disebut komponen
utama. Jadi hasil analisis tipe ini tidak berasal dari variabel-variabel awal tetapi dari indeks sintetik yang diperoleh dari kombinasi linear variabel-
variabel awal.
Diantara semua indeks sintetik yang mungkin terbaca, analisis ini mencari terlebih dahulu indeks yang menunjukkan ragam individu yang
maksimum. Indeks ini disebut komponen utama-1PC1 dan mempunyai variasi terbesar dari variasi total individu. Selanjutnya dicari komponen
utama-2 dengan syarat berkorelasi nihil dengan yang pertama dan memiliki variasi individu terbesar setelah komponen utama-1. Proses ini akan terus
berlanjut sampai komponen utama terakhir, dimana variasi individu yang dijelaskan akan semakin kecil Esbensen et al., 1994.
Setiap komponen dalam model PCA dikarakterisasi oleh tiga atribut yang saling melengkapi, yaitu keragaman variance yang memberikan
berapa banyak informasi yang dapat digunakan pada komponen utama yang dapat dinyatakan dengan residual variance dan explained variance, lalu
loading yang menyatakan gambaran hubungan korelasi antara variabel-
variabel dalam setiap komponen utama, dan scores yang menggambarkan sifat-sifat subyek sampel.
Hasil analisa merupakan gabungan dari plot loading dan scores dalam bentuk grafik biplot. Grafik ini menggambarkan hubungan antara variabel
dan sampel secara keseluruhan. Jarak antara titik variabel menunjukkan hubungan diantara variabel. Interpretasi untuk titik-titik sampel sama
dengan interpretasi variabel. Hubungan antara dua titik sampel dapat dilihat dengan membandingkan jaraknya dengan titik-titik dari variabel. Titik-titik
sampel yang berdekatan menunjukkan bahwa sampel-sampel tersebut sama, sedangkan titik-titik sampel yang berjauhan menunjukkan hal yang
sebaliknya. Titik-titik sampel yang terdapat dalam satu kelompok adalah sama sedangkan titik-titik sampel antara kelompok adalah berbeda
Esbenson et al., 1994.
III. BAHAN DAN METODE A.
BAHAN DAN ALAT 1.
Bahan Baku
Kode sampel dari eksportir : Cobra PT. Tripper Nature dan Djasulawangi PT. Djasulawangi, importir: Virginia, Tahiti dan Grade II,
sedangkan dari hasil penelitian : S7 dan G11. Semua sampel diperoleh dalam bentuk ekstrak panili kecuali Djasulawangi dalam bentuk panili
kering yang ekstraknya dibuat sendiri oleh peneliti. Ekstrak panili S7 dan G11 merupakan hasil penelitian Melawati 2006. Metode ekstraksi
Djasulawangi, S7 dan G11 dapat dilihat pada lampiran 2, 3 dan 4. Sampel S7 dan G11 menggunakan panili ½ kering hasil modifikasi proses kuring.
Modifikasi proses kuring adalah modifikasi pengolahan panili yang terdiri dari tahap sortasi buah panili, penyayatan buah dengan menggunakan jarum
sedalam 1-2 mm, perendaman buah dalam aktivator butanol 0,3 M dan sistein 1mM selama dua jam, pelayuan dalam air panas pada suhu 40
o
C selama 30 menit, pemeraman selama 18 jam pada suhu 38-40
o
C, pengeringan I pada suhu 40
o
C tiga jamhari selama lima hari, pengeringan II pada suhu 60
o
C tiga jamhari sampai dengan kadar air 35, dan penuaan selama satu bulan.
Produk panili yang berasal dari konsumen tidak digunakan dalam penelitian ini karena bukan berupa ekstrak alami akan tetapi flavor atau
essence panili sintetis.
2. Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan ialah propilen glikol, Na
2
EDTA 0.025 N, NaOH 0.1 N, HCl 0.1 N, NaCH
3
COO 0.1 N, CH
3
COOH 0.1 N, PbCH
3
COO
2
, xylenol orange, indikator PP, indikator methyl orange, etanol 60 , guaiacol, ethyl butyrat, lactone, benzyl alcohol, vanillin
standar, methyl cinnamate dan eugenol.