Media Pengisi Penggunaan jerami dan serbuk gergaji sebagai media pengisi pada penyimpanan udang galah (Macrobrachium rosenbergii) tanpa media air

sebanyak 4-5 lapis masing-masing diselingi dengan serbuk gergaji, kemudian kotak tersebut disegel dengan lakban. Pengemasan udang dalam kemasan styrofoam umumnya ditambahkan es di dasar kemasan. Es ini diletakkan di bagian atas atau bawah kemasan Subashinghe 1997. Es berfungsi untuk mempertahankan suhu media. Kemasan yang tidak diberi es pada bagian dasar media pengisi beresiko pada tingkat mortalitas udang selama ditransportasikan karena suhu yang terus meningkat Suryaningrum et al. 1999. Jumlah es yang ditambahkan harus tepat. Apabila jumlah es yang ditambahkan terlalu banyak maka suhu dalam kemasan akan turun sehingga suhu dalam kotak styrofoam menjadi kurang dari 12ºC Suryaningrum et al. 2007. Menurut Richard dan Rajudarai 1983 diacu dalam Andasuryani 2003, udang windu tambak tidak mampu hidup lama pada suhu di bawah 12ºC karena pada suhu ini dapat menyebabkan rusaknya sistem syaraf dan otak udang yang berakibat pada kelumpuhan dan kematian. Pengemasan udang dalam kemasan styrofoam yang dibantu dengan penggunaan es di dasar kemasan tidak mampu mempertahankan suhu kemasan selama penyimpanan pada suhu kamar. Suhu akan terus mengalami peningkatan yang dapat mempengaruhi kelulusan hidup udang Herodian 2004. Peningkatan suhu ini terjadi karena penetrasi udara luar yang lebih tinggi ke dalam kemasan sehingga dapat meningkatkan suhu media serbuk gergaji Kumum 2006. Pola suhu kemasan sangat dipengaruhi oleh suhu awal bahan pengisi dan suhu lingkungan. Jika suhu awal bahan pengisi dan suhu lingkungan luar terlalu tinggi maka kenaikan suhu kemasan akan lebih cepat terjadi Nitibaskara et al. 2006.

2.5 Media Pengisi

Media pengisi adalah bahan yang dapat ditempatkan diantara udang hidup dalam kemasan untuk menahan atau mencekal udang dalam posisinya Herodian 2004. Media pengisi berfungsi untuk mencegah udang dan lobster hidup agar tidak bergeser dalam kemasan, menjaga suhu tetap rendah agar udang tetap pingsan dan memberikan lingkungan udara yang memadai untuk kelangsungan hidup udang atau lobster Junianto 2003. Syarat media pengisi yang baik adalah memiliki sifat berongga, memiliki sifat mencekal udang dalam kemasan, tidak mudah rusak atau menimbulkan bau dan memiliki nilai ekonomis yang rendah ditinjau dari harga bahan Prasetiyo 1993. Selain itu, media pengisi yang digunakan juga harus memiliki daya serap air yang tinggi, mampu mempertahankan suhu rendah dalam waktu relatif lama dan kondisi media harus stabil Suryaningrum et al. 2007. Jenis media pengisi yang biasa digunakan dalam transportasi udang hidup tanpa media air adalah sekam padi, serbuk gergaji, rumput laut berupa Gracilaria sp. dan spon Prasetiyo 1993 dan Ning 2009. Serutan kayu adalah bahan pengisi yang memiliki rongga udara yang lebih besar dibandingkan serbuk gergaji maupun sekam padi. Namun demikian, serutan kayu masih kurang efektif bila digunakan untuk transportasi udang hidup karena dapat menimbulkan kerusakan fisik sehingga kurang efektif digunakan sebagai bahan pengisi untuk pengemasan. Serutan kayu juga tidak dapat mempertahankan suhu rendah relatif lama sehingga suhu isi kemasan menjadi cepat meningkat serta memiliki tekstur yang kasar dan tidak seragam Prasetiyo 1993. Sekam padi memiliki tekstur yang baik dan seragam. Sekam padi memiliki bentuk yang menyerupai kantong yang dapat berfungsi untuk menyimpan air meskipun sementara Muslih 1996. Sekam padi merupakan salah satu media pengisi yang paling efektif sebagai media pengisi selain serbuk gergaji. Namun penggunaan sekam sebagai media pengisi dapat beresiko tinggi karena kemungkinan terikutnya residu pestisida, oleh karena itu, sebelum digunakan sekam harus diberi perlakuan terlebih dahulu untuk menghilangan residu pestisida yaitu dengan pencucian dan perendaman Junianto 2003. Jenis rumput laut yang biasa digunakan untuk media pengisi adalah Gracilaria sp. Gracilaria sp. mampu mempertahankan suhu rendah lebih lama daripada bahan pengisi lainnya seperti serbuk gergaji, serutan kayu maupun sekam padi Prasetiyo 1993. Gracilaria sp. memiliki daya serap air yang paling tinggi dibandingkan dengan serbuk gergaji, sekam padi, serutan kayu maupun busa Sufianto 2008. Namun penggunaan Gracilaria sp. menjadi kurang efektif sebagai media pengisi karena dapat menimbulkan lendir dan bau basi setelah digunakan Prasetiyo 1993. Lendir yang dihasilkan oleh rumput laut tersebut dapat menghalangi difusi oksigen dari lingkungan dalam kemasan ke dalam insang ikan sehingga daya tahan ikan selama ditransportasikan sistem kering akan menurun Sufianto 2008. Spon dapat digunakan sebagai media pengisi untuk transportasi lobster air tawar Suryaningrum et al. 2007. Spon mampu menyerap air sebanyak 14 kali dari berat sponnya sendiri Hastarini et al. 2006 diacu dalam Suryaningrum et al. 2008. Spon juga dapat digunakan sebagai media pengisi pada transportasi udang galah. Menurut Ning 2009, penyimpanan udang galah hidup dengan media pengisi spon menghasilkan tingkat kelulusan hidup sebesar 74 pada kemasan sebanyak 1 lapis berisi 20 ekor udang. Namun demikian penggunaan spon juga memiliki kelemahan yaitu dapat mencemari lingkungan karena terbuat dari serat sintetis yang merupakan senyawa anorganik sehingga bahan pada spon tersebut tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Selain itu, penggunaan spon kurang ekonomis bila dibandingkan jerami dan serbuk gergaji . Serbuk gergaji merupakan jenis media pengisi yang paling sering digunakan pada trasportasi udang hidup tanpa media air. Serbuk gergaji dapat digunakan sebagai media pengisi karena mempunyai panas jenis yang lebih besar daripada sekam atau serutan kayu. Selain itu, serbuk gergaji juga memiliki tekstur yang baik dan seragam Junianto 2003. Namun demikian penggunaan serbuk gergaji sebagai media pengisi memiliki beberapa kelemahan. Serbuk gergaji merupakan media pengisi yang memiliki rongga udara yang lebih kecil daripada serutan kayu, Gracilaria sp. maupun sekam padi sehingga tidak voluminuous dan jika digunakan sebagai media pengisi menjadi lebih berat serta kapasitas angkut menjadi lebih kecil Prasetiyo 1993 dan Sufianto 2008. Penggunaan serbuk gergaji juga menjadi kurang ekonomis karena untuk digunakan sebagai media pengisi dibutuhkan serbuk gergaji yang relatif banyak yaitu sebesar 3-5 kg dibandingkan sekam sebesar 1-2,5 kg ataupun serutan kayu sebesar 1 kg Muslih 1996. Jerami merupakan tanaman padi yang telah diambil buahnya gabahnya sehingga tinggal batang dan daunnya. Jerami merupakan limbah dari hasil tanaman padi yang selama ini masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat Makarim et al. 2007. Padahal berdasarkan laporan dari Rahman dan Srikirishanadhas 1994, Mohamed dan Devajaraj 1997, jerami ini bisa dimanfaatkan untuk media pengisi pada transportasi lobster. Jerami memiliki bentuk berupa tabung sehingga dapat menyimpan air untuk sementara. Selain itu, jerami mempunyai daya serap air dan kelembaban yang lebih tinggi daripada serbuk gergaji Suryaningrum et al. 2000. Media pengisi yang memiliki daya serap air yang tinggi maka akan mampu mempertahankan suhu dingin lebih lama Prasetiyo 1993. Apapun media pengisi yang digunakan, kestabilan suhu media kemasan harus diperhatikan. Suhu media kemasan harus dapat dipertahankan serendah mungkin mendekati titik imotil, yaitu pada kisaran 12-21°C. Pada suhu di bawah 12°C, udang akan pingsan dan menyebabkan kematian udang, sedangkan suhu di atas 21°C, aktivitas udang normal kembali sehingga udang akan banyak bergerak dan memerlukan banyak oksigen untuk respirasi dan metabolismenya Wibowo et al. 1994 diacu dalam Suryaningrum et al. 1999. Suhu media kemasan yang tetap rendah berperan dalam mempertahankan tingkat terbiusnya udang selama pengangkutan sehingga ikut mempertahankan ketahanan hidup lobster atau udang dalam media bukan air Junianto 2003. Kemampuan udang untuk mengambil oksigen dari luar tidak sebaik penyerapan oksigen yang terlarut dalam air Suryaningrum et al. 1999. Pada kondisi ini, udang membutuhkan air untuk memperoleh oksigen karena udang merupakan organisme dasarbentik yang tidak bisa mengambil oksigen langsung dari udara Nybakken 1988. Oleh karena itu, kelembaban pada media pengisi sangat penting dalam transportasi udang tanpa media air. Jerami merupakan salah satu jenis media pengisi yang memiliki kelembaban yang tinggi. Kelembaban jerami berkisar 75-80 Jolly 2000. Media pengisi yang digunakan dalam transportasi udanglobster hidup sebaiknya memiliki kelembaban 70-100 untuk mencegah dehidrasi pada udanglobster dan mengurangi mortalitas selama transportasi karena jika udara di sekitar memiliki RH relative humidity kurang dari 70 maka oksigen di udara menjadi seperti kering dan hal ini tidak baik bagi lobster Mohamed dan Devaraj 1997. Menurut Samet et al. 1996, Penaeus japonicus yang disimpan pada kondisi udara dingin dengan RH 75-85 mengalami dehidrasi dan mati setelah penyimpanan selama 18 jam dengan penyusutan berat sebesar 15,7. Pertukaran gas secara difusi pada ikan terjadi pada kondisi media pengisi yang lembab dan dingin. Hal tersebut memungkinkan karena media bukan air yang lembab memberi suasana yang lembab dan basah di daerah sekitar insang sehingga titik air yang menempel pada insang menjadi media pertukaran gas secara difusi dengan lingkungan sekitar Sufianto 2008. 3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat