Deskripsi dan Klasifikasi Udang Galah Macrobrachium rosenbergii

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Udang Galah Macrobrachium rosenbergii

Udang galah Macrobrachium rosenbergii adalah udang air tawar yang pertama kali dipelajari secara intensif dan dibudidayakan secara komersial Nandlal dan Pickering 2005. Udang galah berasal dari kelas Crustacea dan keluarga Palaemonidae. Klasifikasi udang galah Macrobracium rosenbergii menurut De Man 1879 adalah sebagai berikut: Filum : Arthropoda Sub Filum : Mandibulata Kelas : Crustacea Sub Kelas : Malacostraca Ordo : Decapoda Sub Ordo : Natantia Famili : Palaemonidae Genus : Macrobrachium Spesies : Macrobrachium rosenbergii Gambar 1 Udang Galah Macrobrachium rosenbergii White 2008 Udang galah berasal dari marga Macrobracium. Tubuh udang galah terdiri atas 3 bagian, yaitu chepalothotax, abdomen tubuh, dan uropoda ekor. Chepalothorax merupakan gabungan dari kepala dan dada udang galah. Bagian ini dibungkus oleh kulit keras yang disebut karapaks atau cangkang. Bagian depan kepala terdapat tonjolan karapaks yang bergerigi rostrum. Bagian abdomen terdiri atas lima ruas yang masing-masing dilengkapi dengan sepasang kaki renang pleiopoda. Uropoda merupakan ruas terakhir dari ruas tubuh yang kaki renangnya berfungsi sebagai pengayuh yang biasa disebut ekor kipas Khairuman dan Amri 2004. Udang galah mempunyai bentuk tubuh yang khas. Ukuran kepala udang galah lebih besar daripada ukuran tubuhnya. Ukuran tubuhnya tidak terlalu besar karena laju pertumbuhannya lambat. Warna kulit udang galah umumnya biru kehijauan, tetapi kadang-kadang ditemukan udang galah yang berwarna kemerahan. Perbedaan warna ini dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggalnya, sebagai proses adaptasi fisiologis udang. Tubuh udang galah terdiri atas ruas-ruas yang tertutup kulit keras yang terbuat dari zat kitin yang kaku. Hal ini menyebabkan kulit udang tidak dapat mengikuti pertumbuhan tubuhnya sehingga setiap periode tertentu kulit tersebut akan lepas untuk diganti dengan kulit baru yang sesuai dengan pertumbuhan tubuhnya. Udang galah dapat bersifat kanibal atau memakan sesama pada saat moultingganti kulit Khairuman dan Amri 2004. Udang galah berganti kulit setiap 10 hari sekali pada usia juvenil, mendekati usia dewasa berganti kulit setiap 30 hari sekali dan pada usia dewasa berganti kulit setiap 60 hari sekali Hadie dan Hadie 2001. Udang galah tumbuh dan menjadi dewasa di peraian tawar terutama sungai-sungai dan rawa-rawa yang mempunyai hubungan dengan laut Udang galah menjadi udang air tawar utama pada skala kecil maupun skala besar karena kecepatan tumbuh, ukuran yang besar, kualitas daging yang baik dan pola makan yang omnivora Nandlal dan Pickering 2005. Sifat alami udang galah tidak berbeda dengan jenis udang lainnya yaitu aktif pada malam hari. Udang galah dikenal bersifat omnivor artinya pemakan berbagai jenis bahan makanan Wibowo 1986. 2.2 Transportasi Udang Hidup Sistem Kering Udang merupakan hewan yang mampu bertahan dalam kondisi tanpa air. Pada saat udang dalam keadaan tanpa air, rongga karapasnya masih mengandung air sehingga udang masih mampu menyerap oksigen yang terdapat di air yang ada dalam rongga karapas, oleh karena itu, sistem transportasi keringtanpa media air dapat diterapkan pada udang Suryaningrum et al. 2005. Transportasi udang hidup sistem kering merupakan sistem pengangkutan udang hidup dengan media tanpa air. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk transportasi udang sistem kering adalah suhu lingkungan, kadar oksigen dan proses metabolisme Andasuryani 2003. Suhu lingkungan yang semakin tinggi maka kadar oksigen terlarut juga semakin menurun sedangkan pada saat suhu rendah, kecepatan metabolisme akan menurun sehingga konsumsi oksigen dapat ditekan Kinne 1963 diacu dalam Andasuryani 2003. Pada transportasi sistem kering, suhu diatur sedemikan rupa sehingga kecepatan metabolisme udang berada pada taraf basal dan pada taraf ini, oksigen yang dikonsumsi udang sangat sedikit hanya sekedar untuk mempertahankan hidup saja Shigeno 1979 diacu dalam Andasuryani 2003. Transportasi udang hidup sistem kering mempunyai beberapa kelebihan, yaitu dapat mengurangi stress pada udang, menurunkan kecepatan metabolisme dan penggunaan oksigen, mengurangi mortalitas akibat perlakuan fisik getaran, kebisingan dan cahaya, tidak mengeluarkan feses dan tidak perlu media air sehingga daya angkut lebih besar Berka 1986 diacu dalam Andasuryani 2003. Pada transportasi udang sistem kering, faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kelulusan hidup udang adalah kesehatan udang, kepadatan udang dan perubahan suhu Johari et al. 2000. Udang dan lobster yang akan ditransportasikan harus dalam kedaan bugar, sehat, antena dan kaki harus lengkap, kaki tidak boleh patah, tidak sedang ganti kulit mouting dan sebaiknya tidak sedang bertelur Suryaningrum et al. 2005. Udang yang dikemas dengan kepadatan yang lebih tinggi akan memiliki tingkat kelulusan hidup yang lebih rendah Ning 2009. Stabilitas suhu dalam kemasan memegang peranan yang sangat penting, karena perubahan suhu yang tajam dapat mengakibatkan kematian ikan Nitibaskara et al. 2006. Pada transportasi lobster hidup sistem kering, semakin lama waktu penyimpananpengangkutan maka suhu yang dibutuhkan juga semakin rendah Tabel 1. Tabel 1 Hubungan waktu dengan suhu pengangkutan Waktu pengangkutan jam Suhu kemasan 12-15 16-14 15-20 14-12 20-80 12-10 30-50 10-6 50-90 6-4 Sumber: Rahman dan Srikirishnadhas 1994

2.3 Imotilisasi