Karbondioksida merupakan zat yang dikeluarkan oleh udang galah saat bernapas. Karbondioksida mudah larut dalam air dan mudah dinetralkan oleh
atmosfer Boyd 1982. Kandungan karbondioksida terlarut air kolam dan air laboratorium memiliki nilai yang sama yaitu 1,990 mgl air. Kandungan
karbondioksida terlarut air laboratorium dan air kolam masih memenuhi persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan udang galah yaitu kurang dari
5 mgl air Khairuman dan Amri 2004. Amoniak merupakan salah satu senyawa beracun di dalam air yang
berbahaya bagi kehidupan udang galah Khairuman dan Amri 2004. Amoniak dalam air berasal dari buangan metabolit dan aktivitas bakteri pengurai
Boyd 1982. Kandungan amoniak yang diperoleh dari pengukuran kualitas air kolam dan air laboratorium berkisar antara 0,020-0,026 mgl. Kisaran ini masih
layak untuk menjamin kelangsungan hidup udang galah. Batas konsentrasi amoniak yang dapat membunuh udang galah adalah sebesar 0,1-0,3 ppm
Khairuman dan Amri 2003. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air pada Tabel 3 menunjukkan
bahwa air kolam dan air laboratorium memiliki alkalinitas sebesar 34-63 mgl. Nilai alkalinitas ini masih layak untuk mendukung kelangsungan hidup udang
galah. Perairan mempunyai daya penyangga yang cukup bila nilai alkalinitasnya berkisar antara 20-300 mgl CaCO
3
Boyd 1982. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air yang telah dilakukan menunjukkan bahwa air laboratorium masih
layak digunakan sebagai media adaptasi, pemuasaan serta pembiusan udang.
4.2 Penentuan Suhu Pemingsanan Udang
Udang yang telah diadaptasi selama 2 hari dan dipuasakan selama 24 jam selanjutnya dipingsankan dengan penurunan suhu secara bertahap kemudian
diamati perubahan tingkah laku udang dengan tujuan untuk mengetahui kondisi udang selama pemingsanan serta menentukan suhu terbaik untuk memingsankan
udang galah Tabel 4.
Tabel 4 Perubahan tingkah laku udang akibat penurunan suhu secara bertahap Waktu
menit Suhu
°C Aktivitas udang galah
26 Kondisi normal, berdiri kokoh, kaki jalan dan kaki renang
lincah, respon terhadap rangsangan cepat 3
22 Sebagian besar udang masih berdiri kokoh, namun gerakannya makin lambat dan tenang
12 20
Semua udang sudah tenang 13
19 Sebagian udang mulai terganggu keseimbangan
17 17
Sebagian udang panik dengan meloncat-loncat tak tentu arah 20
16 Sebagian udang masih meloncat tapi loncatannya semakin
lemah 33
15 Sebagian besar udang roboh, gerakan kaki jalan dan kaki
renang semakin lambat 43
15 Semua udang pingsan, tubuh roboh total, insang masih
bergerak teratur, respon lambat 57
14 Udang pingsan, tubuh roboh total, gerakan kaki jalan mulai
tidak tampak dan gerakan kaki renang lemah, gerakan insang lemah tetapi masih teratur.
73 13
Udang pingsan, tubuh roboh total, gerakan kaki renang sangat lemah dan gerakan kaki jalan tidak ada, gerakan
insang sangat lemah dan tidak teratur
Tabel 4 menunjukkan bahwa penurunan suhu secara bertahap menyebabkan perubahan tingkah laku udang. Udang galah berada pada kondisi
normal, tubuh berdiri kokoh, kaki jalan dan kaki renang masih bergerak lincah pada saat suhu 26°C. Waktu yang semakin bertambah menyebabkan suhu
semakin turun menjadi 22°C, sebagian besar udang masih berdiri kokoh namun gerakannya makin lambat dan tenang hanya antena yang bergerak, hal ini
menandakan sebagian udang telah merespon kondisi perubahan suhu lingkungan yang semakin rendah. Sebagian udang mulai terganggu keseimbangannya ditandai
dengan udang mulai berenang miring pada saat suhu 19ºC. Selanjutnya kondisi sebagian udang mulai mengalami kepanikan ditandai dengan gerakan meloncat
tak tentu arah pada saat suhu mencapai 17°C. Kondisi ini terus berlangsung sampai suhu mencapai 16°C namun pada suhu ini, loncatan udang semakin lemah.
Pada saat suhu 15°C, sebagian udang telah roboh kemudian pingsan, gerakan kaki jalan dan kaki renang yang semakin lambat. Suhu 15°C dipertahankan selama
10 menit, seluruh udang telah pingsan semua, posisi tubuh telah roboh total dan bila diangkat dari air sebagian besar udang tidak memberi perlawanan. Menurut
Karnila et al. 1999, waktu pembiusan udang terbaik adalah 10 menit pada suhu kritisnya. Teknik pembiusan udang dengan penurunan suhu secara bertahap
hingga suhu mencapai 15ºC dan dipertahankan selama 10 menit menghasilkan tingkat kelulusan hidup sebesar 91,7 selama 18 jam penyimpanan. Pada saat
suhu 14ºC, udang telah pingsan semua, gerakan kaki jalan mulai tidak ada, gerakan kaki renang lemah dan insang bergerak lemah tetapi masih teratur. Saat
suhu mencapai 13ºC, kondisi udang semakin melemah, udang tidak mampu merespon rangsangan yang diberikan dan gerakan insang lemah serta tidak
teratur. Menurut Salin 2005, udang galah pingsan pada suhu 15±1ºC. Berdasarkan hasil penelitian, suhu 15ºC merupakan suhu terbaik untuk
memingsankan udang galah dibandingkan suhu 14ºC maupun suhu 13ºC. Hal ini disebabkan pada suhu 15ºC, udang telah pingsan dan dalam keadaan tenang ketika
diangkat dari air sehingga mudah ditangani untuk dikemas. Selain itu, kondisi udang tersebut masih cukup kuat untuk digunakan pada penyimpanan tanpa media
air ditandai dengan masih kuatnya gerakan insang saat udang terbius sedangkan kondisi udang pada saat terbius di suhu 14ºC maupun suhu 13ºC lemah sehingga
bila digunakan untuk penyimpanan hidup dapat beresiko pada tingginya mortalitas udang.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa udang yang dipingsankan dengan penurunan suhu secara bertahap akan mengalami gangguan
keseimbangan. Terganggunya keseimbangan pada udang galah disebabkan kurangnya oksigen dalam darah. Menurut Philips et al. 1980 diacu dalam
Suryaningrum et al. 1997 laju konsumsi oksigen pada hewan air akan menurun dengan menurunnya suhu media. Penurunan konsumsi oksigen pada lobster akan
mengakibatkan jumlah oksigen yang terikat dalam darah semakin rendah. Kondisi ini akan mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan syaraf juga berkurang sehingga
menyebabkan berkurangnya aktivitas fisiologi dan lobster menjadi tenang Suryaningrum et al. 1997. Hal ini juga terjadi pada udang galah yang
dipingsankan dengan penurunan suhu secara bertahap. Kekurangan oksigen yang lebih lanjut pada udang galah menyebabkan terganggunya sistem keseimbangan
tubuh sehingga udang galah menjadi pingsan dan akhirnya roboh.
4.3 Penyimpanan Udang tanpa Media Air