Pengertian Model Pengembangan Aktivitas Fisik yang Diperlukan Anak Usia Besar

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Model Pengembangan

Penelitian pengembangan research-based development atau disingkat RD merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada produk. Saat ini penelitian pengembangan banyak dilakukan oleh mahasiswa calon guru dan praktisi pendidikan. Dibidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian pengembangan diharapkan dapat mengefektifkan kegiatan pembelajaran sehingga tujuan dari pembelajaran mudah dicapai. Menurut Borg dan Gall 1983 dalam Punaji Setyosari 2010:194 penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Jadi pada dasarnya penelitian pengembangan adalah penelitian yang tujuannya untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. 2.1.2 Perkembangan Gerak 2.1.2.1 Pengertian gerak Gerak adalah salah satu ciri dari makhluk hidup manusia, manusia bisa dikatakan sebagai makhluk hidup karena bergerak. Secara umum gerak dapat diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian tubuh makhluk hidup. Gerak Motorik merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku gerakan yang dilakukan manusia. Gerakan menurut Sugiyanto 2008:8.4, adalah aksi atau proses perubahan letak atau posisi ditinjau dari suatu titik tertentu sebagai pedomannya. Menurut Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra 2000:20, Gerak motor sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia, sedangkan psikomotor khusus digunakan pada domain mengenai perkembangan manusia yang mencakup gerak manusia. Jadi, gerak motor ruang lingkupnya lebih luas daripada psikomotor. Gerak motor dapat disimpulkan sebagai segala bentuk perilaku yang dilakukan manusia yang menyebabkan adanya perubahan bentuk atau posisi baik sebagian maupun seluruh bagian tubuh manusia.

2.1.2.2 Belajar gerak

Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra 2000:3 menyebutkan belajar gerak merupakan studi tentang proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan keterampilan gerak motor skill. Keterampilan gerak sangat terkait dengan latihan dan pengalaman individu yang bersangkutan. Belajar gerak khusus dipengaruhi oleh berbagai bentuk latihan, pengalaman atau situasi belajar gerak pada manusia. Ada tiga tahapan belajar gerak motor learning yaitu: 1. Tahapan verbal kognitif Tahap ini merupakan tahap awal, dimana pada tahap ini tugasnya adalah memberikan pemahaman secara lengkap mengenai bentuk gerak baru kepada peserta didik. Penguasaan gerak peserta didik pada tahap ini masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba-coba gerakan, kemampuan verbal-kognitif sangat mendominasikan tahapan ini. 2. Tahapan gerak Motorik Pada tahapan ini, fokusnya adalah membentuk organisasi pola gerak yang lebih efektif dalam menghasilkan gerakan. Pada tahap ini penguasaan gerak peserta didik sudah baik namun peserta didik masih berfikir mengenai gerakan yang akan mereka lakukan. Yang harus dikuasai peserta didik pertama kali dalam belajar motorik adalah kontrol dan konsistensi sikap berdiri serta rasa percaya diri. 3. Tahapan otomatisasi Tahap ini adalah tahap terakhir dalam belajar gerak, dimana setelah peserta didik banyak melakukan latihan, secara berangsur-angsur memasuki tahapan otomatisasi. Disini peserta didik mampu melakukan gerakan dengan baik dan secara otomotis artinya tidak perlu lagi berfikir ketika akan melakukan gerakan. Peserta didik sudah menjadi lebih terampil dan setiap gerakan yang dilakukan lebih efektif dan efisien. Belajar gerak dapat disimpulkan sebagai bagian dari belajar secara umum yang tujuannya untuk menguasai keterampilan gerak. Dengan menguasai keterampilan gerak, seseorang dapat menyelesaikan tugas-tugas gerak dengan efektif dan efisien. Seseorang yang semakin efektif dan efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas gerak, berarti tingkat keterampilannya semakin baik. Belajar gerak diawali dari tahap verbal kognitif berfikir mengenai gerak yang akan dilakukan kemudian mencoba-coba melakukan gerak, kemudian tahap motorik masih berfikir mengenai gerakan yang akan dilakukan tetapi geraknya sudah baik, dan yang terakhir adalah tahap otomatisasi sudah menguasai keterampilan gerak.

2.1.2.3 Kemampuan gerak dasar

Gerak merupakan sifat kehidupan, untuk mempertahankan hidupnya manusia butuh bergerak. Dengan bergerak manusia bisa mencari makan, bisa bekerja, dan sebagainya. Kemampuan gerak dasar tubuh harus dikuasai pada saat-saat awal dalam hidup agar individu bisa berkembang dengan baik dan bisa hidup layak. Menurut Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra 2000:20 Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup. Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga katagori, yaitu : 1 kemampuan lokomotor, digunakan untuk memindahkan tubuh dari suatu tempat ke tempat lain seperti lompat, dan loncat; 2 kemampuan non lokomotor, dilakukan ditempat tanpa ada ruang gerak yang memadai, contohnya mendorong, menarik, dll.; 3 kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan kemampuan tangan dan kaki. Kemampuan gerak dasar dapat disimpulkan sebagai kemapuan gerak yang biasa dilakukan sehari-hari seperti berjalan, berlari, melompat, dll. 2.1.2.4 Keterampilan gerak Keterampilan gerak adalah kemampuan yang penting untuk dikuasai dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang memiliki keterampilan gerak akan dapat melakukan gerakan dengan baik dan efisien. Menurut Sugiyanto, 2008:8.11 keterampilan gerak bisa diartikan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan tugas gerak tertentu dengan koordinasi dan kontrol tubuh yang baik. Jadi dapat disimpulkan keterampilan gerak merupakan kemampuan yang sangat penting untuk dikuasai seseorang agar dapat melaksanakan tugas-tugas tertentu dengan efektif dan efisien. 2.1.3 Pendidikan Jasmani 2.1.3.1 Pengertian pendidikan jasmani Pendidikan jasmani adalah bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pola hidup sehat dalam rangka perkembangan, pertumbuhan, dan pengembangan jasmani, kemampuan dan keterampilan gerak, sikap mental, sosial dan emosional. Pendidikan jasmani berdasarkan sudut pandang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Pandangan tradisional, Pandangan tradisional menganggap manusia terdiri dari dua komponen utama yang bisa dipilah-pilah, yaitu jasmani dan rohani dikotomi. Oleh karena itu, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan untuk keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa. 2. Pandangan modern menganggap manusia sebagai satu kesatuan yang utuh holistik. Oleh karena itu, pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani Adang Suherman, 2000:22. Menurut Samsudin 2008:8 pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasaan emosi. Jadi pendidikan jasmani merupakan pendidikan melaui aktivitas fisik atau aktifitas otot besar yang menekankan aspek pendidikan yang bersifat menyeluruh kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis,stabilitas emosional, keterampilan sosial, dan tindakan moral.

2.1.3.2 Tujuan pendidikan jasmani

Tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani pada dasarnya bermuara dari pengertian pendidikan jasmani itu sendiri, tujuan itu mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Cakupan pendidikan jasmani tidak hanya mencakup pada aspek jasmani saja, melainkan juga mencakup aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual. Menurut Adang Suherman 2000:23, secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan dalam empat kategori, yaitu: 1. Perkembangan fisik, tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang physical fitnes. 2. Perkembangan gerak, tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, dan sempurna. 3. Perkembangan mental, tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berfikir dan menginterprestasikan keseluruhan pengetahuan tentang penjas ke dalam lingkungannya. 4. Perkembangan Sosial, tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat. Sedangkan menurut Samsudin 2008:3 tujuan pendidikan jasmani adalah: 1. Meletakan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani. 2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial, toleransi, dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama. 3. Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran pendidikan jasmani. 4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis melalui aktifitas pendidikan jasmani. 5. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik, dan pendidikan luar kelas. 6. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani. 7. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat. 8. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.

2.1.4 Prinsip-Prinsip Pengembangan Model Pembelajaran

Dalam kurikulum pendidikan jasmani disekolah , olahraga cukup mendominasi materi pembelajaran. Padahal olahraga merupakan kegiatan fisik yang sangat kompleks, termasuk didalamnya close skill, open skill, kombinasi skill dan bahkan bisa jadi belum semua anak siap menerimanya. Untuk itu pengembangan dan modifikasi sangat penting dilakukan. Meskipun olahraga pada umumnya diterima sebagai alat pendidikan, tetapi makin banyak pula para pendidik yang semakin kritis dan mempertanyakan keberadaannya. Menurut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman 2000:12-15, menjelaskan beberapa kritik terhadap permainan dan olahraga yang pelaksanaannya tidak dimodifikasi sebagai berikut: 1. Permainan olahraga hanya untuk orang-orang yang terampil Kecenderungan olahraga dan permainan cenderung didominasi oleh siswa yang terampil, misalnya dalam permainan gugur. Orang terampil terus bertahan hingga akhir permainan. Sementara itu siswa yang lamban atau lemah keterampilannya seringkali gugur di awal atau diakhir pertandingan. Hal ini menyebabkan siswa yang kurang terampil merasa kurang percaya diri sehingga sering kali mereka pasif dalam melakukan pembelajaran. 2. Permainan dan olahraga hanya kesenangan Permainan dan olahraga diberikan agar siswa senang dan capek karena terlibat secara aktif. Siswa juga harus mengetahui tujuannya dan belajar meraih tujuan itu dengan terlibat secara aktif dalam permainan dan olahraga. 3. Permainan dan olahraga mengabaikan prinsip pengembangan Pengajaran permainan dan olahraga seringkali berorientasi pada permainan dan olahraga itu sendiri subyek centered. Pengajaran tersebut seringkali tidak sesuai dengan kemampuan siswa. 4. Permainan olahraga merupakan aktivitas “Teacher-centered” Pelaksanaan pembelajaran dan permainan olahraga seringkali mengabaikan pendekatan student-centered. 5. Permainan dan olahraga mengabaikan kemajuan belajar siswa Pembelajaran dan olahraga seringkali menekankan pada belajar bagaimana bermain sesuai dengan aturannya dan bukan belajar tentang strategi dan skill yang mempunyai nilai transfer terhadap permainan olahraga yang sebenarnya. 6. Permainan dan olahraga seringkali membuat anak pasif Pelaksanaan pembelajaran permainan dan olahraga seringkali menyebabkan sebagian besar anak pasif menunggu giliran atau menunggu bola. 7. Permainan olahraga hanya untuk surplus energi Guru kelas sering kali berkata “berilah pelajaran olahraga sampai mereka lelah hingga mereka siap mengikuti pelajaran di kelas”. Pertanyaan tersebut bahwa seolah-olah olahraga dan permainan hanya untuk surplus energi dan istirahat dari belajar kognitif, setelah itu siswa siap lagi belajar secara kognitif. Sehubungan dengan kritik terhadap permainan dan olahraga formal seperti yang diuraikan di atas, maka pembelajaran permainan dan olahraga harus dikembangkan dan dimodifikasi sesuai dengan prinsip Developmentally Appripriate Practice DAP.

2.1.4.1 Keuntungan pengembangan permainan dan olahraga

Menurut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman 2000:15, beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari pengembangan permainan dan olahraga secara DAP dan di ungkapkan istilah “Physically educated person” seorang yang terdidik fisiknya, diantaranya sebagai berikut : 1. Menunjukkan kemampuan mengkombinasikan keterampilan manipulatif, lokomotor dan non lokomotor baik yang dilakukan secara perorangan maupun orang lain. 2. Menunjukkan kemampuan pada aneka ragam bentuk aktivitas jasmani. 3. Menunjukkan penguasaan pada beberapa bentuk aktivitas jasmani. 4. Memiliki kemampuan tentang bagaimana caranya mempelajari keterampilan baru. 5. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengembangan keterampilan gerak. 6. Mengetahui aturan, strategi, dan perilaku yang harus dipenuhi pada aktivitas jasmani yang dipilih. 7. Memahami bahwa aktivitas jasmani memberi peluang untuk mendapatkan kesenangan,menyatakan diri sendiri dan berkomunikasi. 8. Menghargai hubungan dengan orang lain yang diperoleh dari partisipasi dalam aktivitas jasmani.

2.1.4.2 Modifikasi Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani dianggap penting untuk

diketahui oleh guru pendidikan jasmani. Menurut Samsudin 2008:71 modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat mencerminkan Developmentally Appropriate Practice DAP. DAP artinya bahwa tugas ajar yang disampaikan harus memperhatikan perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong kearah perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat kematangan anak didik yang yang diajarnya. Perkembangan atau kematangan yang dimaksud mencakup fisik, psikis, maupun keterampilannya. Modifikasi secara umum diartikan sebagai usaha untuk mengubah atau menyesuaikan. Secara khusus modifikasi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan menampilkan sesuatu hal yang baru, unik, menarik, dan dapat mencerminkan Developmentally Appropriate Practice DAP. Modifikasi pembelajaran juga merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan jasmani untuk kelancaran jalannya pendidikan jasmani.

2.1.5 Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Menurut Sukintaka 1992:40 untuk menemukan pembelajaran yang tepat dan bahan ajar yang tepat bagi anak, maka seseorang guru pendidikan jasmani perlu mengetahui karakteristik anak, kemampuan anak, kesukaan anak, dan tujuan yang harus dicapai. Anak Sekolah dasar adalah anak dengan usia antara 6 sampai 12 tahun, dimana usia ini masuk dalam fase perkembangan anak usia besar.

2.1.5.1 Karakkter fisik

Menurut Sugiyanto 2008:4.3 perkembangan fisik pada masa ini cenderung berbeda dengan masa sebelum dan sesudahnya. Kecenderungan perbedaan yang terjadi adalah dalam hal kepesatan dan pola pertumbuhan yang berkaitan dengan proporsi ukuran bagian-bagian tubuh. Anak usia besar memiliki pertumbuhan tangan dan kaki lebih cepat dibandingan pertumbuhan togoknya. Pada tahun-tahun awal masa anak besar pertumbuhan jaringan tulang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan jaringan otot dan lemah, dengan demikian pada umumnya anak menjadi tampak kurus. Pada tahun-tahun terakhir masa anak besar perkembangan jaringan otot mulai menjadi cepat, hal ini berpengaruh pada peningkatan kekuatan yang menjadi cepat juga. Pada masa anak besar kecenderungan pertumbuhan fisik kearah tipe tubuh tertentu mulai terlihat walaupun belum begitu jelas. Pada masa ini perkembangan kemampuan fisik yang tampak selain kekuatan juga fleksibilitas dan keseimbangan. Pada masa ini tampak jelas perbedaan pertumbuhan fisik anak laki-laki dan perempuan.

2.1.5.2 Sifat Psikologis

Menurut Sugiyanto 2008:4.35 sifat-sifat yang menonjol pada anak-anak sampai kira-kira pertengahan masa anak besar atau kurang lebih sampai umur 9 tahun adalah : 1 Imajinatif serta menyenangi suara dan gerak ritmik, 2 menyenangi pengulangan aktivitas, 3 menyenangi aktifitas kompetitif, 4 rasa ingin tahunya besar, 6 selalu memikirkan sesuatu yang dibutuhan atau diinginkan, 7 lebih menyenangi aktivitas kelompok daripada aktivitas individual, 8 meningkat minatnya untuk terlibat dalam permainan yang diorganisasi tetapi belum siap untuk mengerti peraturan permainan yang ritmik, 9 cenderung membandingkan dirinya dengan teman-temannya, dan mudah merasa rendah diri apabila merasa ada kekurangan pada dirinya atau mengalami kegagalan, 10 mudah gembira karena pujian, dan mudah patah hati atau tidak senang karena kritik, 11 senang menirukan idolanya, 12 selalu menginginan persetujuan orang dewasa tentang apa yang diperbuat. Kemudian sesudah pertengahan masa anak usia besar atau usia antara 10 sampai 12 tahun sifat-sifat psikologis dan sosial tersebut di atas mengalami perkembangan, sifat-sifat yang menonjol adalah: 1 baik perempuan maupun laki-laki menyenangi permainan yang aktif, 2 minat terhadap olahraga kompetitif meningkat, 3 minat terhadap permainan yang lebih terorganisasi meningkat, 4 rasa kebanggaan akan keterampilan yang dikuasai tinggi,dan berusaha untuk meningkatkan kebanggaan diri, 5 selalu berusaha berbuat sesuatu untuk memperoleh perhatian orang dewasa, dan akan berbuat sebaik-baiknya apabila memperoleh dorongan dari orang dewasa, 6 memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap orang dewasa dan berusaha memperoleh persetujuannya, 7 memperoleh kepuasan yang besar melalui kemampuan mencapai sesuatu, membenci kegagalan atau berbuat kesalahan, 8 pemujaan kepahlawanan kuat, 9 mudah gembira, 10 Kondisi emosionalnya tidak stabil, 11 mulai memahami arti akan waktu dan ingin mencapai sesuatu pada waktunya.

2.1.6 Aktivitas Fisik yang Diperlukan Anak Usia Besar

Anak usia besar tentunya harus mendapatkan aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan perkembangan fisik dan sisfat-sifat psikologisnya. Aktivitas yang sesuai akan membantunya meningkatkan keterampilan fisik, kreativitas serta sifat sosialnya. Berikut ini adalah Aktivitas –aktivitas yang diperlukan anak usia besar: 1. Aktivitas fisik yang menggunakan keterampilan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini anak-anak diberi kesempatan untuk ikut ambil bagian dalam berbagai macam aktivitas untuk memperoleh pengetahuan dan penguasaan keterampilan. 2. Aktivitas secara beregu atau kelompok. Anak anak diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan teman-temannya dalam melakukan aktivitas untuk membina kebersamaan di antara mereka. 3. Aktivitas mencoba-coba. Anak anak diberi kesempatan mencobakan kemampuannya untuk mengatasi sesuatu masalah, dan belajar tentang prinsip-prinsip mekanis, fisiologis, kinesiologis dan gerakan-gerakan. 4. Aktivitas untuk meningkatkan kemampuan fisik dan keberanian dalam bentuk aktivitas individual atau permainan kelompok, terutama yang melibatkan kekuatan dan ketahanan Sugiyanto, 2008:4.37.

2.1.7 Bermain dan Permainan

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENJASORKES MELALUI PERMAINAN CROSS VOLLEY BALL BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KETANON SRAGI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

2 19 151

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN TRADISIONAL BENTENG KALDERA UNTUK PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS VII SMP NEGERI 1 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

0 23 148

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SEPAK BOLA GAWANG SKOR DALAM PENJASORKES BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 5 TUBANAN KECAMATANKEMBANG KABUPATEN JEPARA 2012 2013

0 6 165

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENJASORKES KID’S ATLETIK MELALUI PERMAINAN THE STRENGTH POST, PADA SISWA KELAS V SDN GUNUNGPATI, KECAMATAN GUNUNGPATI, KOTA SEMARANG TAHUN

2 16 151

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENJASORKES MELALUI MODIFIKASI PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA KELAS V MI ISLAMIYAH PASARBATANG BREBES

0 5 99

MODEL PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENJASORKES MELALUI PERMAINAN TAKBALL BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI SRONDOL WETAN 05 BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2014

0 14 95

MODEL PENGEMBANGAN PERMAINAN BASKET SODOR DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 2 MUNENG KECAMATAN CANDIROTO KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015

0 7 125

MENINGKATKAN KETERAMPILAN LEMPAR-TANGKAP BOLA KECIL MELALUI MODIFIKASI PERMAINAN TRADISIONAL BOY-BOYAN PADA SISWA KELAS V SDN CISITU 2 KOTA BANDUNG.

4 31 46

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOY-BOYAN UNTUK MENINGKATKAN GERAK MELEMPAR DAN MENANGKAP PADA KELAS V SDN CIMALAKA 1.

1 14 50

Permainan kasti Dalam Pembelajaran Penjasorkes Untuk Siswa Kelas V SDN Kandri 01 Kecamatan Gunungpati Kota semarang.

0 1 1