sebuah adat dan norma tertentu maka mereka harus bisa ikut berbaur dan menyesuaikan diri. Seandainya mereka tidak mau atau tidak bisa mengikuti
kesadaran kolektif yang ada di tengah masyarakat maka mereka akan terasing dan hidup dengan berbagai macam kekhawatiran karena manusia adalah makhluk
sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia adalah homo duplex atau makhluk ganda sebagaimana tercermin pada tokoh-tokoh yang terdapat dalam roman La
Gloire de Mon Père karya Marcel Pagnol ini.
4.2 Realitas Individualisme Moral yang Terdapat dalam Masyarakat
Prancis yang Dimanifestasikan oleh Keluarga Pagnol
Dalam individualisme moral, individu menjadi representasi kolektif. Oleh karena itu, individu mengikat harapan kohesi sosial di sekitar individualitas.
Adanya individualisme moral akan memperkuat aspek kolektif dari diri agar ada kontrol terhadap hasrat individu yang berlebihan. Individualisme moral ini berasal
dari masyarakat karena merupakan produk sosial sebagaimana moralitas dan agama. Kutipan-kutipan berikut ini dapat menjelaskan mengenai individualisme
moral tersebut. Jika dalam analisis homo duplex membahas dualitas hakikat manusia dalam
masyarakat Prancis secara umum, maka dalam analisis yang menyoroti individualisme moral berikut ini, hanya akan dibahas mengenai realitas
individualisme moral dalam keluarga Pagnol dan tokoh-tokoh yang ada di sekitarnya. Kisah pertama dimulai dari kakeknya yang masih sempat dikenalnya.
Ketika itu dia masih kecil, dia menceritakan bahwa kakeknya yang seorang
pemahat batu bekerja keras agar bisa memberikan pendidikan yang bagus untuk anak-anaknya termasuk untuk ayahnya.
19 Cet homme habile n‟avait reçu qu‟une instruction sommaire. Il savait
lire et signer, mais rien de plus. Il en souffrit secrètement toute sa vie, finit par croire que l‟instruction était le Souverain Bien, et il s‟imagina
que les gens les plus instruits étaient ceux qui enseignaient les autres. Il se « saigna » donc « aux quatre veines », pour établir ses six enfants
dans l‟enseignement, et c‟est ainsi que mon père, à vingt ans, sortit de l‟Ecole Normale d‟Aix-en-Provence, et devint instituteur public.
LGMP214 „Kakekku orang terampil yang hanya bisa mengerti petunjuk
sederhana. Dia bisa membaca dan membuat tanda tangan, tapi hanya itu. Diam-diam dia mengeluh sepanjang hidupnya, akhirnya percaya bahwa
pendidikan merupakan hal yang paling baik. Dia membayangkan sendiri jika orang-orang yang paling pandai adalah mereka yang mengajar orang
lain. Dia “memeras keringat” agar bisa menyekolahkan keenam anaknya di sekolah keguruan, begitu pula dengan ayahku yang pada usia 20 tahun
lulus dari sekolah keguruan Aix-en-Provence, dan menjadi guru negeri. ‟
Kakek Pagnol rela bekerja keras demi mengubah nasib anak-anaknya yang terbukti dalam kutipan « Il se « saigna » donc « aux quatre veines », pour établir
ses six enfant s dans l‟enseignement „Dia “memeras keringat” agar bisa
menyekolahkan keenam anaknya di sekolah keguruan‟». Hal tersebut ia lakukan
agar di masa yang akan datang, keturunannya tidak seperti dirinya yang berprofesi sebagai pemahat batu. Kebanyakan orang berpandangan bahwa menjadi guru atau
tenaga pengajar merupakan profesi yang paling mulia dan paling bagus dibandingkan dengan profesi-profesi lainnya. Orang yang mengajar pasti memiliki
kepandaian lebih karena dia dituntut agar bisa memberi penjelasan dan menularkan kepandaiannya. Selain itu, seorang guru merupakan sosok panutan
bagi murid-muridnya. Para murid tersebut di masa mendatang akan menjadi generasi penerus bangsa. Bangsa yang maju dihasilkan oleh generasi yang pintar
karena dididik oleh para guru yang cerdas. Bermula dari sudut pandang ini, kakek Pagnol memiliki harapan agar semua anaknya bisa menjadi guru.
Data di atas menunjukkan adanya fenomena individualisme moral. Ayah Pagnol beserta saudara-saudaranya menjadi representasi kolektif bagi kakek
Pagnol yang kemudian mengikat harapan kohesi di sekitar individualitas kakeknya. Realiatas individualisme moral kakek Pagnol ditunjukkan dengan
usahanya dalam memperjuangkan anak-anaknya agar menjadi manusia hebat dengan menjadikan mereka guru. Dia mengikat hasrat individunya untuk
membelanjakan uang hasil jerih payahnya untuk hal lain. Dia lebih memilih menggunakan hasil jerih payahnya untuk menyekelohkan semua anaknya.
Kisah selanjutnya, Pagnol menceritakan tentang bibinya dari pihak ayah yang bernama Marie. Bibi Marie sedang kebingungan membantu ibu Pagnol yang
sedang kesakitan ketika akan melahirkan anak pertamanya yang adalah Marcel Pagnol itu sendiri. Di tengah kebingungannya, Bibi Marie memutuskan meminta
bantuan tetangganya. Kutipan berikut menunjukkan adanya elemen individualisme moral pada tokoh Augustine sebagai ibu Pagnol, yang mampu
mengikat hasrat individu tokoh Bibi Marie dan tetangganya. 20
Alors, la tante Marie alla frapper aux volets d‟un voisin, qui possédait un boughey et un petit cheval. C‟était une époque bénie, où les gens se
rendaient service : il n‟y avait qu‟à demander.
Le voisin attela son cheval, la tante enveloppa Augustine dans des châles, et nous voilà partis au petit trot, tandis que sur la crête des
collines la moitié d‟un grand soleil rouge nous regardait à travers les pins. LGMP224
„Jadi, Bibi Marie pergi untuk meminta bantuan tetangga, yang memiliki kereta dan kuda kecil. Saat itu merupakan masa yang
menyenangkan, tempat orang-orang masih suka tolong-menolong: tidak hanya ketika diminta.
Si tetangga menyiapkan kudanya, Bibi menyelimuti Augustine dengan syal, dan berangkatlah kami beserta langkah kuda, meskipun di
atas puncak bukit-bukit setengah besar matahari yang berwarna merah mengamati kami melalui pohon-
pohon pinus.‟
Pada saat itu, mereka hidup pada masa solidaritas mekanik yang masih kuat di tengah masyarakat Prancis yang tercermin pada
kutipan “C‟était une époque bénie, où les gens se rendaient service
„Saat itu merupakan masa yang menyenangkan, tempat orang-orang masih suka tolong-
menolong‟”. Di sini, Bibi Marie tidak bisa mengabaikan Augustine, terlepas karena Augustine adalah
saudara iparnya atau bukan, melainkan karena dia sebagai anggota masyarakat dan makhluk sosial. Begitu pula tetangganya yang tidak mungkin tega tidak
memberi bantuan meminjami kereta kudanya ketika melihat tetangganya sedang sangat membutuhkan bantuannya. Apalagi pada saat mereka masih hidup dalam
masyarakat yang masih menganut sistem gotong royong. Nilai moral dan etika dalam masyarakatlah yang menggerakkan mereka
untuk berbuat kebaikan kepada Augustine. Bibi Marie dan tetangganya yang rela memberi bantuan kepada Augustine merupakan sebuah aplikasi individualisme
moral. Augustine yang sedang menderita mampu mengikat hasrat individu Bibi Marie dan tetangganya untuk tidak mengabaikannya. Mereka tidak membiarkan
Augustine mengalami penderitaannya sendirian. Pagnol menganggap dirinya memiliki kenangan cukup banyak di Aubagne
karena dia tinggal di sana selama tiga tahun. Salah satu kenangan tersebut mengenai pamannya yang bernama Henri. Kutipan berikut ini memberi penjelasan
lebih lanjut mengenai individualisme moral, yakni ketika Paman Henri dan Pagnol sedang memainkan permainan yang membuat ibu Pagnol histeris.
21 Je vois ensuite un plafond qui tombe sur moi à une vitesse vertigineuse,
pendant que ma mère, horrifiée, crie : « Henri tu es idiot Henri, je te défends… »
C‟est que mon oncle Henri, le frère de ma mère, me lance en l‟air, et me rattrape au vol. Je hurle d‟angoisse, mais quand ma mère m‟a repris
dans ses bras, je crie : « Encore Encore ». LGMP227 „Kemudian aku melihat sebuah plafond yang jatuh ke arahku
dengan kecepatan mengerikan, sementara ibuku, dengan ngeri berteriak « Henri Kamu bodoh
Henri, aku melarang kamu… ». Itulah Pamanku Henri, saudara dari ibuku. Dia melemparku ke
udara dan menangkapku kembali di tengah penerbangan. Aku melolong ketakutan, tapi ketika ibuku sudah mengambilku, aku berteriak “lagi
Lagi ”‟
Paman Henri sedang mengajak keponakannya, Pagnol bermain dengan cara yang cukup mengerikan sehingga anak itu merasa ketakutan sebagaimana tampak
dalam kutipan « Je vois ensuite un plafond qui tombe sur moi à une vitesse vertigineuse
„Kemudian aku melihat sebuah plafond yang jatuh ke arahku dengan kecepatan mengerikan‟». Paman Henri mencoba menggembirakan Pagnol dengan
cara menerbangkannya ke atas kemudian menangkapnya kembali. Ketika ibunya melihat hal tersebut, dia menjadi histeris karena takut saudaranya itu kelewat
menangkap anaknya. Kekhawatiran ibu Pagnol tampak dalam kutipan « pendant que ma mère, horrifiée, crie : « Henri Tu es idiot
Henri, je te défends… „Sementara ibuku, dengan ngeri berteriak « Henri Kamu bodoh Henri, aku
melarang kamu…‟ ». Perbuatan Paman Henri dinilai berbahaya karena jika sekali saja dia salah
menangkap Pagnol maka akibatnya bisa fatal, misalnya saja jika sampai anak itu terjatuh maka bisa mengakibatkan terkilir, lecet atau patah tulang. Fakta
individualisme moral dari kutipan di atas adalah ketika Augustine melarang saudaranya menyenangkan Pagnol dengan cara yang berbahaya. Augustine
menjadi representasi kolektif masyarakat yang mengikat hasrat individu Henri dan Pagnol yang ingin melakukan permainan yang ekstrim. Teguran Augustine inilah
yang menjadi realitas individualisme moral yang terdapat dalam data tersebut.
Augustine juga menjadi sosok yang mampu menekan hasrat indivudu Pagnol ketika putranya tersebut sedang mengamati aktivitas penjagalan yang ada
di depan rumah mereka melalui jendela rumah. 22
Le boucher lui tranchait élégamment le gosier, tout en continuant une conversation avec son assistant, et sans accorder la moindre attention à
ce qu‟il faisait. Quand il en avait égorgé trois ou quatre, il plaçait les cadraves, les pattes en l‟air, sur des sortes de berceaux. Puis, avec un
soufflet, il le gonflait prodigieusement, pour décoller la peau de la chair
: je croyais qu‟il essayait d‟en faire des ballons, et j‟espérais les voir s‟envoler : mais ma mère, qui survenait toujours au meilleur
moment, me faisait descendre de mon observatoire, et tout en coupant des cubes de viande pour le pot-au-feu familial elle me tenait des propos
incompréhensible sur la douceur du pauvre bœuf, la gentillesse du petit mouton frisé, et la méchanceté de ce boucher. LGMP230-31
„Jagal itu menyembelih tenggorokan dengan elegan, dilanjutkan dalam sebuah percakapan dengan pembantunya, dan tanpa memberi
perhatian sedikit pun pada apa yang dikerjakannya. Ketika dia telah menyembelih tiga atau empat leher-leher tersebut, dia meletakkan tubuh-
tubuh hewan mati itu dengan kaki berada di udara, seperti ayunan. Kemudian, dengan sekali tiup, dia menggembungkan mereka secara luar
biasa, untuk mengelupas kulit dari dagingnya : aku percaya jika dia sedang berusaha membuat balon, dan saya berharap bisa melihat mereka
terbang : tapi ibuku, yang selalu datang di saat yang terbaik, menurunkan diriku dari pengamatanku. Dan sambil memotong daging membentuk
kubus untuk menu le pot-au-feu dia mencekokiku dengan omongan yang tak bisa dimengerti mengenai penderitaan si sapi yang malang,
keramahan domba kecil yang berbulu keriting, dan tentang kekejaman si
jagal itu.‟ Pagnol tidak senang ketika pengamatannya tentang proses penyembelihan
binatang di rumah penyembelihan hewan itu dihentikan oleh ibunya. Dalam pengamatannya itu, dia membayangkan jika binatang yang sedang dikuliti dengan
cara ditiup itu akan berubah menjadi balon dan dia berharap bisa melihat balon- balon itu terbang, sebagaimana tampak dalam kutipan «
je croyais qu‟il essayait d‟en faire des ballons, et j‟espérais les voir s‟envoler „aku percaya jika dia sedang
berusaha membuat bola, dan saya berharap bisa melihat mereka terbang‟ ». Pada kenyataanya, ibunya menghalangi harapannya itu dengan menasihatinya bahwa
dia harus merasa kasihan pada binatang-binatang yang disembelih tersebut karena ketika mereka hidup, mereka baik dan ramah. Hal itu terbukti dalam kutian « mais
ma mère, qui survenait toujours au meilleur moment, me faisait descendre de mon observatoire, et tout en coupant des cubes de viande pour le pot-au-feu familial
elle me tenait des propos incompréhensible sur la douceur du pauvre bœuf, la gentillesse du petit mouton frisé, et la méchanceté de ce boucher
„tapi ibuku, yang selalu datang di saat yang terbaik, menurunkan diriku dari pengamatanku. Dan
sambil memotong daging membentuk kubus untuk menu le pot-au-feu dia mencekokiku dengan omongan yang tak bisa dimengerti mengenai penderitaan si
sapi yang malang, keramahan domba kecil yang berbulu keriting, dan tentang kekejaman si jagal itu‟ ». Berdasarkan kutipan tersebut, ibu Pagnol juga
menambahkan bahwa para penjagal adalah orang yang kejam karena dengan tega dan tanpa berperasaan mereka menyembelih hewan-hewan itu tanpa menunjukkan
rasa belas kasihan. Melalui data 22, dapat diketahui adanya fakta individualisme moral ketika
ibu Pagnol menasihatinya agar merasa kasihan kepada hewan-hewan yang telah disembelih. Pagnol diberitahu tentang kebaikan hati dan keramahan hewan-
hewan itu ketika mereka masih hidup. Meskipun Pagnol merasa ucapan ibunya tidak masuk akal tetapi hal itu bisa menekan hasrat individunya agar berhenti
melakukan pengamatan. Ibu Pagnol menjadi representasi kolektif yang mengikat imajinasi Pagnol mengenai binatang-binatang yang dihayalkannya akan menjadi
balon yang bisa terbang. Pagnol yang sudah berusia enam tahun bersekolah di Taman Kanak-kanak.
Gurunya bernama Nona Guimard menyadari betul kecerdasan Pagnol dalam
bidang membaca tetapi anak itu ketinggalan dalam bidang seni, dalam hal ini pelajaran menyanyi. Fakta individualisme moral berikut ini menjelaskan tentang
Pagnol sebagai seorang murid yang harus patuh kepada gurunya. Kepatuhan semacam ini mengandung nilai moral yang dianut oleh kebanyakan orang.
23 Elle apprenait patiemment leurs letters à mes petits camarades, mais
elle ne s‟occupait pas de moi, parce que je lisais couramment, ce qu‟elle considérait comme une inconvenance préméditée de la part de mon père.
En revanche, pendant les leçons de chant, elle disait, devant toute la classe, que je chantais faux, et qu‟il valait mieux me taire, ce que je
faisais volontiers. LGMP237 „Dia mengajarkan huruf-hurufnya dengan sabar pada teman-teman
kecilku, tapi dia tidak mengurusi saya, karena saya membaca dengan lancar, apa yang dianggap sebagai ketidakwajaran terencana pada bagian
dari ayahku. Sebaliknya, selama pelajaran menyanyi, dia bilang, di depan seluruh kelas, bahwa aku menyanyi tidak benar, dan sebaiknya aku diam
saja, yang aku lakukan dengan suka rela.‟ Nona Guimard sudah menyadari kecerdasan Marcel Pagnol dalam bidang
membaca, sehingga dia tidak memperhatikannya. Dia lebih memilih memberikan perhatiannya kepada murid-murid lain yang lebih membutuhkan, yang tampak
dalam kutipan « Elle apprenait patiemment leurs letters à mes petits camarades, mais elle ne s‟occupait pas de moi, parce que je lisais couramment „Dia
mengajarkan huruf-hurufnya dengan sabar pada teman-teman kecilku, tapi dia tidak mengurusi saya, karena saya membaca dengan lancar‟». Sebaliknya, Nona
Guimard yang juga mengajar menyanyi mengatakan bahwa Pagnol melakukannya dengan buruk sehingga dia menyarankan agar Pagnol diam saja. Biasanya jika
dalam sebuah paduan suara ada yang menyanyi dengan buruk maka hal tersebut akan merusak keindahan lagu, sehingga Nona Guimard mencoba menghilangkan
kekurangan itu dengan menyuruh sumber keburukan tersebut untuk diam. Hal tersebut tampak dalam kutipan « En revanche, pendant les leçons de chant, elle
disait, devant toute la classe, que je chantais faux, et qu‟il valait mieux me taire,
ce que je faisais volontiers „Sebaliknya, selama pelajaran menyanyi, dia bilang, di
depan seluruh kelas, bahwa aku menyanyi tidak benar, dan sebaiknya aku diam saja, yang aku lakukan dengan suka rela‟». Kutipan tersebut menunjukkan bahwa
apa yang diinginkan Nona Guimard sama dengan keinginan Pagnol, yaitu diam. Secara tersirat hal tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya Pagnol tidak suka
pelajaran menyanyi, sehingga dengan suka rela dia menuruti kemauan gurunya. Realitas individualisme moral dari analisis di atas ialah, fakta bahwa Nona
Guimard menjadi representasi kolektif masyarakat sebagai seorang guru yang mampu memaksa Pagnol untuk mengikat hasrat individunya. Kebetulan dalam
kasus ini keinginan mereka sama. Meskipun pada dasarnya, jika dilihat dari nilai moralitas yang ada, apa yang dilakukan oleh Nona Guimard dengan melarang
Pagnol menyanyi dalam pelajaran menyanyi adalah suatu tindakan yang tidak semestinya dilakukan oleh seorang guru, karena semakin menenggelamkan
ketidakmampuan seorang anak. Namun kembali lagi, sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki peran sebagai guru, Pagnol harus mematuhi
keinginannya itu terlepas dari rasa senang atau tidak senang dan selaras atau tidak dengan keinginan mereka.
Data berikut ini juga menunjukkan adanya fakta individualisme moral, yaitu ketika Pagnol berusaha melempari itik-itik yang ada di sungai di taman Borély.
Dia melakukan aksinya tersebut ketika sedang tidak ada orang yang memperhatikannya.
24 Le garde – un blassé – me parut peu intéressé par ce spectacle : il
tourna simplement le dos, et s‟en alla à pas comptés. Je sortis aussitôt ma pierre, et j‟eus la joie – un peu inquiète – d‟atteindre en pleine tête le
vieux père canard. Mais au lieu de chavirer et de couler à pic – comme
je l‟espérais – ce dur-à-cuire vira de bord, et s‟enfuit à toutes palmes, en
poussant de g rands cris d‟indignation. A dix mètres du bord, il me lança
toutes les injures qu‟il savait, soutenu par les cris déchirants de toute sa famille. LGMP239-40
„Penjaga yang bosan tampak olehku kurang tertarik pada pertunjukan ini: dia berbalik dengan sederhana, dan dia beranjak dengan
langkah pasti. Saya segera mengeluarkan batu, dan saya senang – sedikit
cemas – mengenai tengah-tengah kepala bapak itik tua. Tapi di tengah-
tengah terbalik karam dengan menukik – seperti yang saya harapkan – si
sukar untuk dimasak ini menepi, dan melarikan kaki-kaki berselaputnya, sambil meneriakkan teriakan keras karena kesal. Sepuluh meter dari
tepian dia berhenti dan kembali ke arah saya, masuk ke dalam air dan mengepak-epakkan sayapnya, dia melontarkan pada saya semua luka
yang dia bisa, tertahan oleh jeritan yang menyayat hati dari semua
keluarganya.‟ Pada kutipan « Le garde
– un blassé – me parut peu intéressé par ce spectacle
: il tourna simplement le dos, et s‟en alla à pas comptés. Je sortis aussitôt ma pierre, et j‟eus la joie – un peu inquiète – d‟atteindre en pleine tête le
vieux père canard „Penjaga yang bosan tampak olehku kurang tertarik pada
pertunjukan ini: dia berbalik dengan sederhana, dan dia beranjak dengan langkah pasti. Saya segera mengeluarkan batu, dan saya senang
– sedikit cemas – mengenai tengah-
tengah kepala bapak itik tua‟», menjelaskan bahwa Marcel Pagnol takut jika kenakalannya diketahui oleh seseorang. Dia baru melempari itik-
itik setelah penjaga taman Borély tersebut menghilang. Hal tersebut juga membuktikan bahwa dia menyadari jika perbuatannya itu salah sehingga dia
merasa cemas ketika melempari itik-itik tersebut. Kecemasannya bukan karena merasa menyesal, melainkan karena dia takut jika sampai ada yang mengetahui
kesalahannya. Data di atas menunjukkan adanya anasir individualisme moral karena
penjaga taman Borély memperkuat aspek kolektif dari diri Marcel Pagnol sebagai makhluk sosial, sehingga ada kontrol terhadap hasrat individunya. Penjaga taman
berperan menjaga, melindungi dan merawat apa saja yang ada di taman. Pagnol
menyadari betul bahwa perbuatan atau usahanya membunuh salah satu dari itik- itik tersebut bukanlah perbuatan baik. Dengan adanya penjaga taman, Marcel
Pagnol tidak bisa berbuat semena-mena. Ada kepercayaan kolektif yang menghalangi keinginannya itu sehingga dia melakukan perbuatan yang dianggap
tercela tersebut secara sembunyi-sembunyi. Individualisme moral merupakan produk dari masyarakat. Dalam artian,
masyarakatlah yang menciptakan nilai moral tertentu. Kutipan berikut ini terdapat pula contoh individualisme moral, yaitu ketika Marcel bersama bibinya pulang
dari taman dan bibinya melarang untuk tidak bercerita kepada siapapun mengenai peristiwa perkenalan dengan Paman Jules dan mengenai peristiwa ketika Paman
Jules telah membayari ongkos tramway mereka. 25
En arrivant sur la porte de notre maison, ma tante me recomanda – à voix basse
– de ne parler jamais a personne de cette rencontre. Elle m‟apprit que ce monsieur était le propriétaire du parc Borély, que si
nous disions un se ul mot de lui, il le saurait certainement, et qu‟il nous
défendrait d‟y retourner. Comme je lui demander pourqui, elle me répondit que c‟était un « secret ». Je fus charmé de connaître, sinon un
secret, du moins son existence. Je promis, et je tins parole. LGMP241 „Sesampainya di depan pintu rumah kami, bibiku memohon –
dengan suara pelan – untuk tidak membicarakan dengan seseorang
tentang pertemuan itu. Dia memberitahuku bahwa tuan itu adalah pemilik taman Borély, yang jika kami mengatakan satu kata saja mengenai
dirinya, dia akan mengetahuinya dengan pasti, dan bahwa kami akan dilarang untuk kembali ke sana. Ketika saya bertanya mengapa, dia
menjawab bahwa itu adalah sebuah « rahasia ». Saya tertarik untuk tahu jika bukan sebuah rahasia, setidak-tidaknya keberadaanya. Aku berjanji
dan aku menepati kata-
kataku.‟ Pagnol yang masih anak-anak, dengan mudah percaya begitu saja pada apa
yang dikatakan bibinya. Bibinya mengatakan bahwa seorang pria yang berkenalan dan membayari ongkos tramway mereka adalah pemilik taman yang sering
mereka kunjungi. Bibinya membohongi keponakannya tersebut adalah demi menjaga nama baik dan kehormatannya. Bibinya tidak ingin orang salah paham
ketika mendengar celotehan Pagnol tentang kebaikan seorang pria terhadap mereka, sedangkan Panol lebih menganggap jika sampai dia melanggar janjinya
kemudian menceritakan kisah tentang Bibi Rose dan Paman Jules kepada seseorang, akibatnya mereka akan dilarang berkunjung ke taman Borély lagi.
Tentu saja Pagnol tidak ingin itu terjadi sehingga dia memutuskan untuk menuruti perkataan bibinya. Keputusan Pagnol tersebut terdapat dalam kutipan « Je fus
charmé de connaître, sinon un secret, du moins son existence. Je promis, et je tins parole
„Saya tertarik untuk tahu jika bukan sebuah rahasia, setidak-tidaknya keberadaanya. Aku berjanji dan aku menepati kata-
kataku‟». Analisis di atas membuktikan adanya fenomena individualisme moral.
Terlepas dari apa yang dikatakan Bibi Rose kebenaran atau kebohongan semata, namun Bibi Rose adalah individu yang merupakan perwakilan dari masyarakat.
Dia adalah seorang dewasa yang perkataan dan perbuatannya mengandung nilai yang cenderung dianut oleh anak-anak. Pagnol tertarik dengan apa yang dikatakan
oleh bibinya sebagai rahasia, namun karena kepercayaan pada ucapan bibinya yang membuatnya terpaksa berjanji, dia pun menekan hasrat ingin tahunya.
Kemudian, keputusannya itu membatnya menepati janjinya. Suatu ketika, keluarga Pagnol melewati makan malam tanpa ibunya karena
ibunya sedang menemani Bibi Rose yang sedang melakukan persalinan anak pertama buah pernikahannya dengan Paman Jules. Sebelum tidur, Marcel Pagnol
mencoba memberi penjelasan kepada adiknya bahwa proses melahirkan itu sangat menyakitkan.
26 Tout en tirant sur mes chaussettes, je dis à paul : « La tante Rose, ils
sont en train de la déboutonner. »
Il lisait dans son lit ses chers Pieds Nickelés, et il ne me répondit pas. Mais j‟avais résolu de l‟initier aux grands mystèrs, et j‟insistai : « Est-ce
que tu sais pourquoi ? » Il ne bougea pas davantage, et je m‟aperçus qu‟il dormait.
Alors, je tirai doucement son livre de ses mains, j‟aplatis ses genoux et, du premier coup, je soufflai la lampe. LGMP2 51
„Sambil memakai kaos kaki, aku bicara pada Paul : « Bibi Rose, sedang dibuka pusarnya »
Dia membaca di atas kasurnya cerita Pieds Nickelés kesayangannya, dan dia tidak menjawabku. Tapi aku telah memiliki
keputusan untuk mengajarinya tentang misteri-misteri besar, dan aku bersikeras: “Apa kamu tahu mengapa?”
Dia tidak bergerak lagi, dan aku menyadari kalau dia sudah tertidur.
Maka, aku menarik buku dari tangannya pelan-pelan, saya meluruskan kakinya dan, dengan sekali kembusan, saya meniup lampu.
‟ Pagnol berusaha berbagi dengan adiknya tentang apa yang diketahuinya.
Dia ingin memberi penjelasan mengenai sebuah misteri seorang ibu melahirkan yang dianggapnya sebagai salah satu misteri besar sebagaimana tampak dalam
kutipan « Il lisait dans son lit ses chers Pieds Nickelés, et il ne me répondit pas. Mais j‟avais résolu de l‟initier aux grands mystèrs „Dia membaca di atas kasurnya
cerita Pieds Nickelés kesayangannya, dan dia tidak menjawabku. Tapi aku telah memiliki keputusan untuk mengajarinya tentang misteri-
misteri besar‟». Meskipun Paul tidak menanggapi apa yang dikatakannya, bahkan pada akhirnya
Paul justru teridur, Pagnol tidak marah melainkan memperbaiki posisi tidur kemudian menyelimuti adiknya sebagai wujud rasa kasih sayang seorang kakak
terhadap adiknya. Perihal kasih sayang terhadap adiknya tersebut tersirat melalui kutipan « Alors, je tirai doucement son
livre de ses mains, j‟aplatis ses genoux et, du premier coup, je soufflai la lampe
„Maka, aku menarik buku dari tangannya pelan-pelan, saya meluruskan kakinya dan, dengan sekali kembusan, saya meniup
lampu‟».
Setiap orang memulai kehidupannya sebagai makhluk egoistis yang hanya mengetahui perasaan, yang kegiatan-kegiatannya dikuasai oleh kebutuhan-
kebutuhan rasa. Akan tetapi dengan adanya resolusi terhadap anak, sifat egoistisnya sebagian menjadi tertutup segala sesuatu yang dipelajarinya dalam
masyarakat. Adapun Marcel Pagnol yang masih anak-anak, menyadari betul perannya dalam keluarga. Selain menjadi seorang anak dia juga seorang kakak.
Pada awalnya dia berusaha menampilkan sisi egoisnya dengan memaksakan kehendaknya untuk memberi tahu adiknya sesuatu yang dianggap luar biasa agar
adiknya juga mengerti. Alih-alih mendengarkan dan menanggapi perkataan kakaknya, Paul justru tertidur. Hal itu bukannya membuat Marcel marah atau
membangunkan adiknya agar mau memperhatikan ucapannya melainkan dia justru membenarkan posisi tidur adiknya. Marcel menekan hasrat individunya dan
menggantinya dengan melakukan penjagaan dan pelindungan terhadap adiknya. Cerita selanjutnya berkisar pada kegiatan di meja makan yang diselingi oleh
obrolan-obrolan kecil sebuah keluarga. Kutipan percakapan berikut ini juga mengandung unsur individualisme moral.
27 Elle me demanda :
- Tu t‟es lavé les pieds ?
Comme je savais qu‟elle attachait une importance particulière à cette opération futile, et dont la nécessité me parassait inexplicable puisque
les pieds, ça ne voit pas, je repondis avec assurence : -
Tous les deux. -
Tu t‟es coupé les ongles ? Il me sembla que l‟aveu d‟un oubli confirmerait la réalité du reste.
- Non, dis-je, je n‟y ai pas pensé. Mais je les ai taillés dimanche.
- Bien, dit-elle.
Elle parut satisfaite. Je les fus aussi. LGMP255 „Dia bertanya pada saya :
- Kamu sudah mencuci kakimu?
Karena saya tahu bahwa dia menambatkan suatu kepentingan tertentu pada pekerjaan remeh-temeh ini, dan kebutuhan yang bagiku
terlihat tak dapat dijelaskan dikarenakan kaki tidak terlihat, saya menjawab dengan pasti :
- Dua-duanya.
- Kamu sudah memotong kuku jari kakimu?
Sepertinya pengakuan bahwa saya lupa, dapat mengonfirmasi kenyataan yang tersisa.
- Tidak, saya bilang, saya tidak kepikiran. Tapi saya sudah
memotongnya pada hari minggu. -
Bagus, katanya. Dia
tampak puas. Begitu pula saya.”‟ Data percakapan di atas menunjukkan sebuah kebiasan yang banyak di
lakukan oleh banyak keluarga. Seorang ibu biasanya akan banyak mengingatkan tentang banyak hal kepada anak-anaknya, termasuk mengenai hal-hal kecil.
Sedangkan seorang anak, apalagi anak laki-laki akan sedikit membohongi ibunya karena sang ibu dinilai terlalu banyak menuntut.
Wujud individualisme moral muncul dalam kutipan « Il me sembla que l‟aveu d‟un oubli confirmerait la réalité du reste. - Non, dis-je, je n‟y ai pas
pensé. Mais je les ai taillés dimanche „Tidak, saya bilang, saya tidak kepikiran.
Tapi saya sudah memotongnya pada hari minggu‟». Pagnol membohongi ibunya selain karena alasan bahwa dia mengedepankan rasa egoistisnya untuk
menghindari memotong kuku kakinya yang bisa dikarenakan rasa malas, hal itu bisa pula disebabkan karena dia ingin menyenangkan ibunya. Dia tidak ingin
membuat ibunya kecewa. Selain itu, bisa dikarenakan juga dia tidak mau dianggap melanggar peraturan. Apapun alasan Pagnol, kebohongannya itu membuktikan
adanya individualisme moral yaitu ketika ibunya menjadi representasi kolektif sehingga dia berpura-pura sudah melakukan semua yang diminta oleh ibunya.
Dalam banyak hal, individualisme moral biasanya menaruh perhatian pada situasi-situasi yang kepentingan-kepentingan kolektivitasnya jauh mendahului
kepentingan-kepentingan pribadi. Kutipan berikut menceritakan tentang rencana
perjalanan menuju vila untuk menghabiskan liburan musim panas yang dirasa ibu Pagnol sebagai perjalanan yang sangat jauh. Kutipan ini juga dapat memberi
penjelasan mengenai perhatian terhadap individualisme moral. 28
Cependent, ma mère disait, soucieuse: -
Joseph, c‟est bien loin -
Et nous n‟y sommes pas encore dit joyeusement mon père… Il nous reste au moin une heure de marche
- Aujoujd‟hui, nous n‟avons pas de paquets, mais quand il faudra monter
des provisions… - On les montera, dit mon père.
- Maman, nous sommes trois hommes, dit Paul. Toi, tu ne porteras rien. LGMP281
Meskipun begitu, ibuku berkata, cemas : -
„ Joseph, itu jauh sekali -
Dan kita belum sampai Kata ayahku dengan ceria. Masih ada kurang lebih satu jam perjalanan
- Hari ini, kita tidak punya paket, tapi ketika harus melengkapi barang
perse diaan…
- Kita akan menaikkannya, kata ayahku.
- Ibu, kami bertiga laki-laki, kata Paul. Ibu tidak perlu membawa
apapun. ‟
Augustine merasa cemas mengetahui jauhnya perjalanan yang akan mereka tempuh, belum lagi membawa barang-barang kebutuhan yang harus mereka bawa.
Namun keputusan tetap harus dijalankan, dan rasa simpati pun muncul dalam diri Paul untuk ibunya. Sehingga dia menentramkan hati ibunya dengan mengatakan
agar ibunya tidak perlu membawa barang apapun, yang ia ungkapkan melalui kalimat « Maman, nous sommes trois hommes, dit Paul. Toi, tu ne porteras
rien „Ibu, kami bertiga laki-laki, kata Paul. Ibu tidak perlu membawa apapun‟».
Menurut Paul, ibunya adalah seorang individu, yaitu individu di luar diri Paul yang merupakan orang lain dan anggota dari masyarakat serta bagian dari
masyarakat. Paul berusaha mendahulukan kebutuhan kolektif sebagai seorang laki-laki daripada kesenangan individualnya sebagai seorang anak-anak. Jika
dilihat dari tingkat kedewasaan, Paul hanyalah seorang anak-anak tapi dia
berusaha melindungi dan ingin meringankan beban ibunya karena dia menganggap dirinya laki-laki. Kebanyakan kepercayaan umum dalam masyarakat
di dunia ini, laki-laki adalah makhluk yang kuat sedangkan wanita adalah makhluk yang lemah. Laki-laki adalah pelindung sedangkan wanita adalah yang
dilindungi. Realitas individualisme moral dalam kutipan di atas ialah ketika Paul mendahulukan kebutuhan kolektif dari pada kebutuhan individualnya, yaitu
kebutuhan bekerja sama membantu membawa barang-barang agar ibunya tidak kesulitan, dari pada mengutamakan kebutuhan individualnya sebagai anak-anak
yang manja dan masih ingin bersenang-senang. Selain itu, tidak ada yang menuntutnya melakukan itu melainkan karena rasa suka rela dan simpati.
Dalam sebuah iring-iringan perjalanan menuju vila untuk liburan musim panas, Pagnol tiba-tiba menyadari bahwa ibunya kesulitan dalam berjalan karena
memakai sepatu yang tidak tepat. Dia pun sebisa mungkin mengusahakan agar ibunya dapat kembali berjalan dengan senyaman mungkin.
29 Je m‟aperçus soudain que ma mère ne marchait pas très facilement, à
cause des talons « Louis XV » de ses bottines à boutons. Sans mot dire, je rejoignis la charrette et réussis à en tirer la petit
e valise, que l‟on avait glissée sous les cordes, à l‟arrière du véhicule.
- Que fais-tu ? Dit-elle surprise.
Je posai la valise à terre, et j‟en tirai ses espadrilles. Elles n‟étaient pas plus grandes que les miennes. Elle me fit un merveilleux sourire de
tendresse, et dit : -
Gros bêta, on ne peut pas s‟arrêter ici -
Pourquoi ? Nous les rattraperons Assise sur un rocher au bord de la route, elle changea de chaussures,
sous les yeux de Paul, venu assister à l‟opération, qui lui parut assez audacieuse du point de vue de la pudeur, car il regarda de tous côtés,
pour s‟assurer que personne n‟avait pu voir les bas maternels. LGMP289-90
„Tiba-tiba aku melihat ibuku berjalan dengan susah payah dikarenakan
tumit sepatu but “Louis XV”-nya yang berkancing. Tanpa basa-basi, aku menyusul gerobak barang dan berhasil menarik sebuah
kopor kecil, yang disisipkan di bawah tali-tali, pada bagian belakang kendaraan.
- Apa yang kamu lakukan? Tanya ibuku terkejut.
Aku meletakkan kopor di tanah, dan mengeluarkan sandal ibu. Sandalnya tidak lebih besar dari sandalku. Dia tersenyum padaku dengan
penuh kasih saying, dan berkata: -
Dasar bodoh, kita tidak bisa berhenti di sini -
Kenapa? Kita akan menyusul mereka. Duduk di atas batu yang ada di tepi jalan, ibu mengganti sepatu,
dengan diparhatikan oleh Paul, yang mendekat untuk melihat kegiatan itu, yang menurutnya tidak baik dilakukan di tempat terbuka jika dilihat
dari segi kesopanan, karena dia melihat ke segala penjuru, untuk memastikan tidak ada seorang pun yang dapat melihat stocking
ibu.‟ Pagnol merasa kasihan melihat ibunya yang berjalan dengan susah payah.
Tanpa berpikir panjang dia menarik kopor berisi sandal yang nyaman untuk diberikan kepada ibunya sebagaimana tampak dalam kutipan « Sans mot dire, je
rejoignis la charrette et réussis à en tirer la petit e valise, que l‟on avait glissée
sous les cordes, à l‟arrière du véhicule „Tanpa basa-basi, aku menyusul gerobak
barang dan berhasil menarik sebuah kopor kecil, yang disisipkan di bawah tali- tali, pada bagian belakang kendaraan‟». Ketika memberikan sandal pengganti
kepada ibunya, dia bahkan tidak menghiraukan keluhan ibunya yang mengatakan mereka bisa ketinggalan rombongan. Demikian halnya yang terjadi pada Paul,
yang tampak dalam kutipan « sous les yeux de Paul, venu assister à l‟opération,
qui lui parut assez audacieuse du point de vue de la pudeur, car il regarda de tous côtés, pour s‟assurer que personne n‟avait pu voir les bas maternels „dengan
diparhatikan oleh Paul, yang mendekat untuk melihat kegiatan itu, yang menurutnya tidak baik dilakukan di tempat terbuka jika dilihat dari segi
kesopanan, karena dia melihat ke segala penjuru, untuk memastikan tidak ada seorang pun yang dapat melihat stocking
ibu‟». Paul ikut berhenti dan mengamati ibunya berganti sepatu dan mengawasi sekitar dan berharap tidak ada yang
melihat kaki ibunya. Melalui gelagat Paul, tersirat bahwa menurutnya seorang wanita yang berganti sepatu di luar rumah merupakan hal yang tabu.
Data di atas mempertegas fenomena individualisme moral dalam jiwa anak- anak Marcel dan Paul Pagnol. Ketika menyadari ibunya kesulitan dalam berjalan
karena sepatunya, tanpa bertanya dan tanpa meminta izin, Marcel langsung memberikan sandal agar ibunya merasa nyaman dalam perjalanan. Hal itu, Pagnol
lakukan bukan karena kewajiban, melainkan karena perasaan terikat yang tulus. Pagnol merasa sudah selayaknya seorang anak mengorbankan sedikit
kenyamanannya ketika dia menyadari ibunya mengalami kesulitan. Pagnol tidak keberatan jika harus tertinggal rombongan dikarenakan harus
berhenti beberapa saat ketika menunggui ibunya mengganti sepatu. Dalam individualisme moral, seseorang rela mengorbankan kepentingan pribadinya demi
orang lain. Hal serupa juga terjadi pada Paul. Paul tidak ingin ada orang yang melihat stocking ibunya sehingga dia mengamati sekitarnya. Seandainya anak itu
tidak mementingkan kepentingan sosialnya dia tidak akan mempedulikan lingkungan sekitarnya dan memilih melanjutkan mengikuti kereta barang dari
pada mengambil resiko tertinggal. Di vila tempat liburan musim panas, mereka melakukan kegiatan sehari-hari
seperti mandi. Ketika mandi, anak-anak biasanya senang bemain air dan membuang-buang air tanpa memikirkan akibat jika air sampai habis. mereka
hanya berpikir untuk bersenang-senang. Kutipan berikut ini memberi penjelasan mengenai realitas individualisme moral.
30 J‟arrosais Paul, puis il m‟inondait. Cette façon de faire était une
invention géniale de mon père, car l‟abominable « toilette » était devenu un jeu
: elle durait jusqu‟à ce que ma mère nous criât par la fenêtre :
« assez Quand la citerne sera vide, nous serons obligés de partir » LGMP3103
„Aku menyiram Paul, kemudian dia menyiramku. Cara mandi yang demikian merupakan penemuan yang jenius dari ayahku, karena mandi
yang biasanya merupakan hal yang mengerikan menjadi suatu permainan: kegiatan tersebut berlangsung hingga ibuku berteriak kepada
kami melalui jendela: “Cukup Kalau tangki airnya sampai habis, nanti kita harus pergi”‟
Kutipan 30 menceritakan kebahagiaan anak-anak ketika mandi. Pada umumnya, anak-anak tidak suka mandi, tapi mereka senang bermain air. Oleh
karena itu, keberhasilan ayahnya dalam mengalirkan air dari keran di dapur menggunakan pipa selang sampai ke teras, dianggap Pagnol sebagai kejeniusan
ayahnya. Dengan penemuan itu, kegiatan mandi yang tadinya sangat mengerikan menjadi menyenangkan seperti permainan. Bahkan mereka sampai tidak ingin
berhenti bermain air jika ibunya tidak berteriak dari jendela dan menyuruh mereka berhenti.
Hal ini tercermin melalui kutipan “elle durait jusqu‟à ce que ma mère nous criât par la fenêtre : « assez Quand la citerne sera vide, nous serons
obligés de partir « kegiatan tersebut berlangsung hingga ibuku berteriak kepada kami melalui jendela: “Cukup Kalau tangki airnya sampai habis, nanti kita harus
pergi ‟ ».
Fakta individualisme moral di atas hadir ketika ibu Pagnol berteriak dari jendela dan menyuruh agar anak-anaknya berhenti bermain air. Dia mengatakan
jika sampai airnya habis, mereka harus pergi. Itu artinya mereka semua harus menyudahi masa liburan musim panas mereka lebih awal. Ibu Pagnol menjadi
representasi kolektif yang mengikat hasrat individu anak-anaknya agar tidak menuruti hasrat individu mereka yang berlebihan dengan membuang-buang air.
Pagnol, selain anak yang cerdas, sebenarnya dia juga anak yang baik hati. Pernyataan tersebut terbukti ketika Paman Jules memberi penjelasan tentang masa
kecilnya di perkebunan anggur. Pamannya menceritakan tentang sesuatu yang mengharukan mengenai buah anggur yang diberikan oleh ibu-ibu kepada anak-
anaknya secara sembunyi-sembunyi. Menanggapi cerita tersebut, Pagnol bertanya apakah pamannya memakan buah anggur yang dilihatnya. Kemudian pamannya
balik bertanya dengan pertanyaan berikut ini. 31
Il insista : -
Pourquoi cette grappe a-t-elle fait tour complet de la famille ? Il me regardait, de ses yeux pleins de bonté. Je voulus lui faire plaisir, et
je concentrai toute mon attention sur ce problème : dans un éclair, je vis la vérité, et je m‟écriai :
- C‟est parce qu‟elle était sulfatée LGMP2118
„Paman Jules bersikeras : -
Kenapa anggur itu dapat melengkapi keluarganya? Dia menatapku dengan tatapan mata penuh kebaikan hati. Aku ingin
membuatnya senang, dan saya berkonsentrasi pada masalah ini : dalam sorot mata, aku melihat kebenaran, dan aku berteriak :
- itu karena pohon anggurnya disemprot dengan larutan asam belerang.‟
Pada kutipan « Je voulus lui faire plaisir, et je concentrai toute mon attention sur ce problème
„Aku ingin membuatnya senang, dan saya berkonsentrasi pada masalah ini‟», membuktikan dengan jelas adanya kebaikan
hati yang tertanam dalam diri Marcel Pagnol. Pada analisis homo duplex telah dijelaskan bahwa Marcel Pagnol oleh ayahnya dididik secara sekuler sedangkan
Paman Jules adalah seorang Katolik yang taat. Meskipun demikian, Pagnol tetap memiliki keinginan untuk menyenangkan pamannya yang memiliki ideologi yang
berbeda dari ideologinya dengan berusaha memberi jawaban yang tepat sesuai harapan pamannya. Dia juga menunjukkan bahwa dia rela memberi pengorbanan
dengan berfikir keras dalam usahanya menemukan jawaban untuk menyenangkan pamannya sebagaimana tampak dalam kutipan « je concentrai toute mon attention
sur ce problème „saya berkonsentrasi pada masalah ini‟».
Demikian bentuk realitas individualisme moral dari kutipan di atas, yaitu penekanan hasrat individu terhadap kepentingan sosial yang dilakukan oleh
Marcel Pagnol dengan cara berusaha memberi jawaban yang bisa menyenangkan pamannya dari pada memberi jawaban yang sesuai keyakinannya. Paman Jules
merupakan representasi kolektif yang mampu mengikat hasrat individu Marcel Pagnol untuk memberi jawaban sesuka hatinya.
Pada kisah selanjutnya, tampak bahwa Paman Jules tidak setuju dengan jawaban Marcel Pagnol. Marcel Pagnol memang memberi jawaban yang logis,
tapi bagi Paman Jules, pupuk dan sejenisnya bukanlah apa-apa jika dibanding dengan Tuhan yang menghendaki buah anggur tumbuh dengan baik. Paman Jules
kemudian menyalahkan ayah Pagnol yang menyekolahkan anaknya di sekolah anti-Tuhan. Marcel Pagnol sendiri tidak bisa menerima kenyataan ayahnya
disalahkan oleh pamannya karena dia tidak pernah merasa keberatan dengan semua yang diajarkan kepadanya.
32 Il se tourna vers moi.
- Ecoute-moi bien. Si tu trouvais une très belle grappe de raisin, une
grappe admirable, unique, est-ce que tu ne la porterais pas à ta mère ? -
Oh oui dis-je, sincèrement. -
Bravo dit l‟oncle. Voilà une parole qui vient du cœur ...
Et il se tourna vers mon père, pour ajouter : -
Je suis heureux de constater que malgré le matérialisme atroce que vous lui enseignez, il a trouvé dans son cœur la Loi de Dieu, et il garderait
la grappe pour sa mère Je vis qu‟il tromphait, et je vins au secours de mon père, car j‟ajoutai :
- Mais j‟en mangerais la moitié en route. LGMP2119
„Paman Jules menoleh padaku. -
Dengar baik-baik. Seandainya kamu menemukan sedompol buah anggur, sedompol yang mengagumkan, unik, apakah kamu tidak
membawanya pada ibumu? -
Tentu Kataku, dengan tulus. -
Bagus Kata paman. Itulah kata-kata yang berasal dari sanubari Dia menoleh pada ayahku, untuk menambahkan:
- Saya senang melihat bahwa keduniawian yang bertentangan
dengan kemanusiaan yang kamu ajarkan padanya, dia sudah menemukan di dalam hatinya hukum Tuhan, dan dia menyimpan anggur tersebut untuk
ibunya
Saya dapat melihat bahwa dia menang, maka saya datang memberi bantuan pada ayahku, karena saya menambahkan:
- Tapi saya akan memakannya sebagian di jalan.‟
Pengajaran nilai moral bukan dengan cara menasihati juga bukan dengan cara mendoktrin. Pengajaran nilai moral seyogyanya dengan cara menjelaskan dan
dengan cara memberi contoh. Paman Jules mencoba menasihati keponakannya tentang ketuhanan yang telah didoktrin oleh ayah dan pendidikannya yang
berhaluan sekuler. Dia mencoba menasihatinya melalui perumpamaan- perumpamaan kecil seperti penemuan buah anggur. Hal ini tentu bertentangan
dengan prinsip pengajaran moralitas yang harusnya dijelaskan sehingga Marcel Pagnol yang merasa kasihan pada ayahnya yang dipojokkan oleh Paman Jules pun
berbalik membela ayahnya dengan cara menyatakan bahwa dia tidak akan menjaga anggur sepenuhnya untuk sang ibu. Dia akan memakan sebagian di jalan.
Dia berlaku sebagaimana manusia normal pada umumnya. Realitas individualisme moral pada data di atas muncul pada kutipan « Si tu
trouvais une très belle grappe de raisin, une grappe admirable, unique, est-ce que tu ne la porterais pas à ta mère ? - Oh oui Dis-je, sincèrement
„Seandainya kamu menemukan sedompol buah anggur, sedompol yang mengagumkan, unik,
apakah kamu tidak membawanya pada ibumu? - Tentu Kataku, dengan tulus ‟»
dan « Je vis qu‟il tromphait, et je vins au secours de mon père „Saya dapat melihat
bahwa dia menang, maka saya datang memberi bantuan pada ayahku ‟», yakni
ketika Pagnol ingin memberikan buah anggur yang ditemukannya dan saat dia membela ayahnya dari serangan kata-kata Paman Jules. Adanya keinginan
memberikan apa yang dimilikinya dan memberikan pembelaan kepada orang tua merupakan sebuah perwujudan individualisme moral karena dia meletakkan
kepentingan kolektif di atas kepentingan individunya. Ketika ayah dan paman Pagnol sedang menguji senapan yang akan
digunakan untuk berburu, semua orang mencoba menyelamatkan diri. Bibi Rose masuk ke kamar untuk memberi susu pada putranya, Pierre, sedangkan ibunya
bersembunyi di dapur. Pagnol pun berusaha melindungi ibunya jika sampai percobaan tersebut gagal dan menghancurkan seluruh rumah seperti yang pernah
terjadi pada leluhurnya. 33
Ma mère s‟était assise sur une chaisse, à deux mètres de la table : je restai debout devant elle, entre ses genoux. Je pensais qu‟ainsi mon
corps la protégait en cas d‟explosion. LGMP2139 „Ibuku duduk di atas kursi, yang berjarak dua meter dari meja :
saya berdiri diam di depannya, di antara lututnya. Saya berpikir mungkin saja tubuhku dapat melindunginya seandainya ada resiko ledakan.‟
Masyarakat merupakan bagian paling penting dalam kehidupan. Berangkat dari perspektif ini, Pagnol merasa memiliki keterikatan atau tanggung jawab
terhadap peran yang dimilikinya. Meskipun melindungi ibunya dalam kasus ini bukanlah tuntutan eksternal, karena tidak ada keharusan dia melakukan itu, akan
tetapi nilai moral dan rasa kasih sayanglah yang membuatnya merasa harus berbuat demikian. Pada kutipan « je restai debout devant elle, entre ses genoux. Je
pensais qu‟ainsi mon corps la protégait en cas d‟explosion „saya berdiri diam di depannya, di antara lututnya. Saya berpikir mungkin saja tubuhku dapat
melindunginya seandainya ada resiko ledakan‟» menunjukkan bahwa ibu Pagnol
merupakan individu yang menjadi representasi kolektif dan oleh karena itu Pagnol merasa perlu melindungi ibunya dari pada mencari tempat perlindungan untuk
dirinya sendiri.
Marcel Pagnol sangat ingin ikut berburu. Dia pun mengira sudah pasti akan diajak serta, namun ketika dia mengetahui bahwa ayah dan pamannya tidak
berniat mengajaknya, dia menjadi sangat kecewa dan memaksa untuk ikut. Dia berjanji akan membantu apa saja dalam perburuan nanti. Kerelaan Marcel pagnol
dalam kutipan berikut ini mengandung unsur individualisme moral, karena Pagnol rela melakukan sesuatu yang dianggapnya bisa memberi sumbangan yang
dibutuhkan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada kutipan berikut ini. 34
Je n‟insistai pas : il n‟y aurait de chien. C‟est donc qu‟ils comptaient sur moi pour retrouver le gibier abattu. On ne l‟avait pas dit, mais c‟était
évidemment sous-entendu : il n‟était pas nécessaire d‟obtenir une
promesse solennelle, sourtout devant Paul, qui avait exprimé son intention de suivre la chasse « de loin » avec du coton dans les oreilles.
LGMP2146-147 „Saya tidak memaksa: Tidak akan ada anjing. Maka dari itu,
mereka bisa mengandalkan diriku untuk menemukan kembali binatang buruan yang tertembak. Mereka tidak bergeming, tetapi itu dengan jelas
terselubung: tidak perlu mematuhi janji yang resmi, terutama di depan Paul, yang mengungkapkan niatnya untuk mengikuti perburuan “dari
jauh” dengan menyumbat telinga.‟ Dalam kutipan «
il n‟y aurait de chien. C‟est donc qu‟ils comptaient sur moi pour retrouver le gibier abattu
„Tidak akan ada anjing. Maka dari itu, mereka bisa mengandalkan diriku untuk menemukan kembali binatang buruan yang
tertembak ‟» menunjukkan adanya fakta individualisme moral karena Pagnol ingin
memberi pengorbanan jika diizinkan ikut berburu. Dia tidak minta diajak dengan cuma-Cuma tanpa memberi bantuan. Namun, pada kenyataanya tuntutan moral
dalam masyarakat tidak bisa seluruhnya akur dengan kecenderungan- kecenderungan egoistis individu. Kecenderungan egoistis Pagnol adalah
keinginannya yang besar untuk ikut berburu. Dia menyangka karena ayahnya sering melibatkan dirinya dalam kegiatan latihan menembak, ditambah lagi
dengan pekerjaan-pekerjaan cukup besar sebelumnya yang sering melibatkan dirinya, maka secara otomatis dia merasa yakin bahwa dia sudah pasti diajak.
Kembali pada prinsip individualisme moral yang tidak selalu selaras dengan hasrat individu maka Pagnol pun tidak mendapat kesempatan untuk
diizinkan ikut. Di mata orang dewasa berburu merupakan kegiatan yang berbahaya. Hanya saja, Marcel pagnol yang kedewasaanya pada waktu itu belum
sampai ke sana, justru merasa dihianati dengan kenyataan bahwa ayah dan pamannya tidak berniat mengajaknya setelah apa yang dilakukannya selama itu.
Kutipan berikut ini berisi tentang kegiatan latihan berburu yang dilakukan oleh ayahnya dan dibantu oleh Marcel Pagnol. Dalam kutipan berikut, tampak
jelas bahwa Pagnol memberi pengorbanan kepada ayahnya sebagai wujud individualisme moral.
35 Parfois, le matin, il m‟emmenait avec lui sur le chemin du vallon de
Rapon, qui était bordé d‟une haie d‟arbustes. Et là nous répétions en cachette le « coup du roi » : je jouais le rôle de la perdrix, puis, au
moment de m‟envoler, je lançais de toutes mes forces une pierre par- dessus la haie, et mon père essayait de la suivre, du bout de son fusil
brusquement épaulé… Ensuite
– pour le tir au lapin – je lançais dans l‟herbe, sans le prévenir. Une vieille boule moisie, épave d‟un jeu de quilles disparu, que j‟avais
trouvée dans le jardin. D‟autres fois, il m‟envoyait me cacher dans un buisson, et me donnait
l‟ordre de fermer les yeux. Là, j‟attendais, les oreilles grandes ouvertes, et attentif au moindre craquement. Soudain, il posait la main sur mon
épaule, et disait : « Est-ce que tu m‟as entendu venir ? ». LGMP2153
„Sekali waktu, pada pagi hari, ayah mengajakku bersamanya ke jalan di lembah Rapon, yang dikelilingi oleh pagar hidup semak-semak.
Dan di sana kami berlatih diam-diam tentang « coup du roi »: aku memerankan peran sebagai burung perdrix, lalu, ketika aku pura-pura
terbang, aku melontarkan batu-batu dengan sekuat tenaga ke atas pagar tanaman, dan ayahku mencoba mengikutinya, dari ujung senapannya
tiba-
tiba terpikul… Kemudian
– untuk tembakan pada kelinci – aku melompat ke rerumputan, tanpa memberi tahu sebelumnya, sebuah bola jelek bulukan,
puing-puing permainan bowling lenyap, yang pernah saya temukan di taman.
Dulu, ayah menyuruhku sembunyi di semak-semak, dan memerintahkan aku untuk menutup mata. Di sana, saya mendengarkan,
telinga terbuka lebar, dan penuh perhatian pada bunyi derak paling kecil sekalipun. Tiba-tiba, dia meletakkan tangannya di bahuku, dan
mengatakan: “apa kamu tidak mendengar saya datang?”‟ Masyarakat bisa dikatakan membentuk bagian terbaik dalam diri seseorang.
Seperti halnya moralitas membatasi dan mengekang seseorang dalam merespons kebutuhan alamiahnya, maka ketika masyarakat menuntut komitmen dan
ketundukan kita terhadap kelompok, dia sekaligus juga memaksa kita mengejawantahkan diri kita sendiri. Peran ayah Pagnol sebagai individu yang
menjadi aspek kolektif bagi anaknya, sedangkan Marcel Pagnol sendiri sebagai individu yang menjadi bagian dari masyarakat. Individu tersebut harus melakukan
pengorbanan dan menaati peraturan yang ada jika dia ingin masuk dan diterima dalam sebuah masyarakat. Hal tersebut bisa juga dilakukan oleh Pagnol karena
suka rela atau otonomi. Pada kutipan-kutipan « je jouais le rôle de la perdrix
„aku memerankan peran sebagai burung perdrix
‟», « pour le tir au lapin – je lançais dans l‟herbe „untuk tembakan pada kelinci – aku melompat ke rerumputan‟», dan « il
m‟envoyait me cacher dans un buisson, et me donnait l‟ordre de fermer les yeux
„ayah menyuruhku sembunyi di semak-semak, dan memerintahkan aku untuk menutup mata‟» menunjukkan adanya elemen individualisme moral. Pagnol
sebagai seorang anak mau mengorbankan dirinya demi membantu ayahnya berperan menjadi binatang-binatang dalam latihan berburu. Hal tersebut terjadi
karena ayahnya sebagai seorang individu yang menjadi perwakilan dari
masyarakat yang mampu membentuk bagian terbaik dari diri Pagnol, sehingga Pagnol dengan senang hati membantu ayahnya.
Bentuk kerelaan dan pengorbanan Marcel Pagnol juga muncul dalam kutipan berikut. Dia yang merasa akan diajak dalam petualangan perburuan
menawarkan diri memberi bantuan. 36
Je rentrai dans la maison au moment où l‟oncle Jules repliait la carte en disant :
- Douze kilomètres dans les collines, ce n‟est pas excessif, mais ça
fait tout de même une trotte. Je dis bravement :
- Moi, je porterai le déjeuner.
- Quel déjeuner
? dit l‟oncle. -
Le nôtre. Je prendrai deux mussettes, et je porterai le déjeuner. LGMP2157
„Saya pulang ke rumah ketika Paman Jules melipat peta sambil berkata :
- Dua belas kilometer di perbukitan, itu tidak berlebihan, tapi biar
bagaimanapun juga merupakan perjalanan kaki yang jauh sekali. Aku berkata dengan berani.
- Saya, saya yang akan membawa sarapan.
- Sarapan apa? Tanya paman.
- Sarapan kita. Saya akan membawa dua tas, dan saya akan
membawakan sarapannya.‟ Dalam perburuan, mereka akan menempuh perjalanan yang cukup panjang,
yakni 12 kilometer di daerah perbukitan yang di tempuh dengan berjalan kaki. Mendengar hal tersebut Pagnol bukannya khawatir, dia justru menawarkan diri
membantu membawa perbekalan. Dia yang masih anak-anak dengan memiliki semangat yang tinggi merasa memiliki kemampuan setara dengan orang dewasa.
Dia tidak benar-benar menyadari apa yang sedang dihadapinya. Marcel Pagnol dalam kutipan « Moi, je porterai le déjeuner
„Saya, saya yang akan membawa sara
pan‟» merupakan perwujudan individualisme moral. Meskipun tidak ada yang meminta dia merasa perlu memberi jasa karena dia
mengira akan diizinkan ikut berburu. Hal tersebut dilakukan oleh Pagnol bukan
karena kewajiban atau kererikatan melainkan karena otonomi atau suka rela dan kesadaran sebagai individu dan bagian dari masyarakat.
Dikarenakan pernyataan Marcel Pagnol yang dengan senang hati menawarkan diri membantu membawa bekal berburu, tentu membuat pamannya
menjadi bingung. Karena dari awal paman dan ayahnya tidak berniat mengajaknya. Menyadari kebingungan pamannya, Pagnol pun tergerak untuk
memberi penjelasan logis kepada pamannya. Kutipan berikut dapat menunjukkan pemahaman lebih dalam mengenai individualisme moral.
37 - A la chasse, dis-je. Moi, je n‟ai pas de fusil, c‟est tout naturel que je
porte le déjeuner. Vous, ça purrait vous gêner. Et puis, si vous le mettez ça dans le carnier, il n‟y aura plus de place pour mettre le gibier. Et
puis, moi, quand je marche, je ne fais pas de bruit. J‟ai bien étudié les Peaux-
Rouges, je sais marcher comme un Comanche. La preuve, c‟est que j‟attrape des cigales tant que je veux. Et puis moi, je vois de loin, et
l‟autre jour, c‟est moi qui vous ai fait voir l‟épervier, et encore vous n‟avez pas de chien, et les perdrix, quand vous les tuerez vous ne pourrez
pas les retrouver, tandis que moi, je suis petit, je me faufile dans les broussailles… Et puis comme ça, pendant que je les chercherai, vous
pourrez en tuer d‟autres. Et puis… LGMP2158 -
„Dalam perburuan, kata saya. Saya tidak punya senapan, maka wajarlah kalau saya yang membawa sarapan. Lagian membawa sarapan itu bisa
merepotkan kalian. Kemudian, jika kalian meletakkan sarapan dalam kantong berburu, tidak akan ada tempat untuk menyimpan binatang
buruan. Kemudian, ketika saya berjalan, saya tidak melakukan kebisingan. Saya sudah mempelajari dengan baik mengenai suku Indian,
saya bisa berjalan seperti kepala suku Indian. Buktinya, ketika saya menangkap jangkrik sebanyak yang saya mau. Kemudian saya melihat
dari kejauhan, dan pada hari yang lain, sayalah yang membuat kalian melihat burung buas, dan juga kalian tidak segera melihatnya. Kemudian,
kalian tidak memiliki anjing, dan burung-burung perdrix, ketika kalian membunuh mereka kalian tidak perlu menemukannya, tapi saya saja,
saya kan kecil, saya bisa menyelinap dalam semak-semak. Kemudian begitulah, selama saya mencari mereka, kalian bisa membunuh yang lain.
Dan kemudian…‟ Dalam kutipan « A la chasse, dis-
je. Moi, je n‟ai pas de fusil, c‟est tout naturel que je porte le déjeuner. Vous, ça purrait vous gêner
„Dalam perburuan, kata saya. Saya tidak punya senapan, maka wajarlah kalau saya yang membawa
sarapan. Lagian membawa sarapan itu bisa merepotkan kalian‟», Pagnol berusaha menunjukkan eksistensinya dalam perburuan tersebut. Dia mengajukan dirinya
dan ingin menunjukkan kepada keluarganya bahwa dia bisa bermanfaat dengan memberi bantuan-bantuan yang mampu dilakukannya.
Data di atas menunjukkan adanya sebuah fenomena individualisme moral. Pagnol dengan segala kerendahan hatinya ingin membantu ayah dan pamannya
dalam berburu. Dalam artian dia bersedia memberi bantuan untuk meringankan kesulitan yang akan dialami oleh kedua pemburu tersebut. Di satu sisi, Pagnol
menunjukkan rasa kebersamaan yang kuat bahwa dia ingin dilibatkan dalam membantu meringankan beban, namun di sisi lain Pagnol tampak menonjolkan
hasrat individu dan egoistisnya. Justru egoisme semacam inilah yang sebagian besar hasil dari masyarakat. Meskipun demikian, nilai individualisme moral
tampak jelas dalam kutipan di atas karena Pagnol sebagai individu rela memberi pengorbanan kepada ayah dan pamannya yang merupakan individu-individu
representasi dari masyarakat. Alih-alih memarahi putra sulungnya yang rewel, ayah dan ibu Pagnol justru
berusaha menenangkannya. Dalam kutipan berikut, Pagnol berperan sebagai representasi kolektif yang mampu mengikat dorongan hasrat pribadi ayah dan
ibunya untuk mengabaikan atau memarahai keteguhan hati anaknya yang memaksa ingin diajak dalam petualangan yang berbahaya itu.
38 Sur quoi, je courous au mur, et contre mon bras replié, je me mis à
pleurer bruyamment. Mon père ne savait que dire et il caressait mes cheveux.
Ma mère entra et, sans un mot, me prit sur ses genoux. LGMP2159 „Atas apa, aku berlari ke dinding, dan di atas lenganku yang terlipat
aku menangis keras-keras. Ayahku hanya bisa bicara dan membelai rambutku.
Ibuku masuk dan, tanpa sepatah kata, dia memangkuku.‟ Usaha ayah dan ibu Pagnol untuk menghibur anaknya merupakan
perwujudan individualisme moral. Sebagai orang tua, ketika melihat anaknya bersedih, maka sudah sewajarnya mereka menghibur atau menenangkanya. Dari
data di atas, Pagnol merupakan refleksi dari masyarakat, yakni ketika ada orang lain di luar individu yang sedang kesusahan ada semacam dorongan dari
masyarakat yang menarik sebuah individu untuk melakukan penghiburan atau memberi rasa simpati, sebagaiman terdapat dalam kutipan « Mon père ne savait
que dire et il caressait mes cheveux. Ma mère entra et, sans un mot, me prit sur ses genoux
„Ayahku hanya bisa bicara dan membelai rambutku. Ibuku masuk dan, tanpa sepatah kata, dia memangkuku‟». Realita individualisme moral muncul
dalam usaha orang tua Pagnol untuk menenangkannya. Fakta individualisme moral juga muncul ketika Pagnol menulis surat untuk
ibunya ketika dia akan pergi diam-diam untuk mengikuti ayah dan pamannya berburu.
39 J‟embrassai Paul, qui se recoucha aussitôt, et je descendis au rez-de-
chaussée. Rapidement, je rallumai la bougie, je déchirai une page de mon cahier.
« Ma chère maman. Ils ont fini par m‟emmener avec eux. Ne te fais pas
de Mauvais Sang. Garde-moi de la crème fouettée. Je te fais deux mille bises. »
Je mis ce papier bien en évidence sur la table de la cuisine. Puis je glissai dans ma musette un morceau de pain, deux barres de chocolat,
une
orange. Enfin, serrantle manche du couteau pointu, je m‟élançai sur la piste des fusilleurs. LGMP2169-170
„Aku memeluk Paul, yang segera tertidur kembali, dan saya turun ke lantai dasar. Dengan cekatan, saya menyalakan lilin, saya menyobek
selembar buku tulisku. “Ibuku tersayang. Akhirnya mereka mengajakku ikut berburu. Ibu
tidak usah menghawatirkanku. Sisakan krim kocok untukku ya. Beribu- ribu cium saya
ng untuk ibu” Saya meletakkan kertas di tempat yang terlihat jelas di meja dapur.
Kemudian saya memasukkan pelan-pelan ke dalam tasku sepotong roti,
dua batang cokelat, dan jeruk. Akhirnya, sambil menggenggam erat gagang pisau tajam, saya menghambur ke jalanan yang penuh dengan
orang bersenapan.‟ Data di atas menunjukkan bahwa Pagnol tidak ingin ibunya khawatir akan
keselamatannya. Dia berbohong bahwa ayah dan pamannya akhirnya mau mengajaknya berburu. Surat Pagnol kepada ibunya yang berbunyi « Ma chère
maman. Ils ont fini par m‟emmener avec eux. Ne te fais pas de Mauvais Sang.
Garde-moi de la crème fouettée. Je te fais deux mille bises. „Ibuku tersayang.
Akhirnya mereka mengajakku ikut berburu. Ibu tidak usah menghawatirkanku. Sisakan krim kocok untukku ya. Beribu-ribu cium sayang untuk ibu
‟». Dalam surat tersebut menegaskan kepedulian Pagnol kepada ibunya, di sana tersirat
harapan dan rasa cintanya kepada sang ibu agar tidak usah mencemaskannya dengan mengatakan bahwa kedua orang dewasa itu telah mengajaknya. Jika dia
mengatakan akan pergi diam-diam, ibunya pasti akan merasa sangat khawatir ketika mengetahui anak yang disayanginya berada di antara orang-orang yang
membawa senapan. Di antara masyarakat dan individu Pagnol, terdapat ikatan yang kuat karena
masyarakat merupakan bagian dari diri Pagnol itu sendiri. Dalam kutipan di atas, tokoh-tokoh yang merupakan representasi masyarakat adalah ayah, ibu, paman,
Paul dan bahkan tokoh Marcel Pagnol itu sendiri. Dalam individualisme moral, masyarakat dianggap mampu membentuk bagian terbaik dari individu. Bagian
terbaik yang terbentuk dalam diri Pagnol dari data di atas adalah bentuk kasih sayang terhadap adik dan ibunya yaitu dengan cara memberikan pelukan kepada
adiknya, lalu dia menulis pesan agar ibunya tidak perlu khawatir akan dirinya. Selain itu, kerelaan untuk menyenangkan pamannya dengan memberi jawaban
yang sesuai harapan pamannya tersebut, serta bantuan suka rela untuk ayahnya juga merupakan bukti adanya realitas individualisme moral dalam roman La
Gloire de Mon Père karya Marcel Pagnol.
4.3 Realitas Pemujaan Individu yang Dimanifestasikan oleh Tokoh Marcel