Tanggung Jawab Perlindungan Konsumen

23 Kewajiban pelaku usaha tersebut sering tidak dilakukan, konsumen selalu dijadikan sebagai korban akibat perbuatan curang para produsen. Produsen hanya menginginkan keuntungan dan tidak memikirkan dampak negatif yang akan muncul akibat perbuatannya tersebut oleh karena itu, konsumen jangan hanya diam tetapi harus berani melaporkan atau menuntut atas perbuatan curang yang dilakukan oleh produsen.

2.1.1.6. Tanggung Jawab Perlindungan Konsumen

Pelaku usaha sering kali berlaku curang dan tidak bertanggung jawab. Mereka melakukan manipulasi dengan cara memberikan tanda SNI pada produk yang sebenarnya mutu dari produk tersebut berada dibawah standar. Perilaku curang pelaku usaha ini yang dapat mengakibatkan kerugian besar bagi konsumen, misalnya adanya cacat produk yang diterima oleh konsumen. Menurut Sutedi, 2008:71 cacat produk atau produk yang cacat didefinisikan sebagai berikut: “Setiap produk yang tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya, baik karena kesengajaan atau kealpaan dalam proses maupun disebabkan hal-hal lain yang terjadi dalam peredarannya, atau tidak menyediakan syarat-syarat keamanan bagi manusia atau harta benda mereka dalam penggunaannya, sebagaimana diharapkan orang”. Kerugian yang diderita oleh seorang pemakai produk yang cacat atau membahayakan, bahkan juga pemakai yang turut menjadi korban, merupakan tanggung jawab mutlak pelaku usaha pembuat produk itu. Sebagaimana diatur dalam Pasal 19 Undang Undang Perlindungan Konsumen. 24 Pasal 19 ayat 1 Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan bahwa: “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”. Menurut Miru dan Yodo, 2011:125-126 memperhatikan substansi Pasal 19 ayat 1 tersebut dapat diketahui bahwa tanggung jawab pelaku usaha, meliputi: 1. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan; 2. Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran; dan 3. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen. Produk barang danatau jasa yang cacat bukan merupakan satu-satunya dasar alasan pertanggung jawaban pelaku usaha. Tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang dialami oleh konsumen. Tanggung jawab produk product liability diartikan sebagai tanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh pemakaian atau penggunaan suatu produk atau yang berkaitan dengan barang-barang konsumsi. Kegiatan konsumen dalam meningkatkan barang atau jasa yang dibutuhkannya transaksi antara konsumen dengan pelaku usaha selain diatur dalam Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, juga menggunakan hukum perdata. Peranan hukum perdata sangat besar dalam menegakkan hak-hak konsumen dalam Hukum Perlindungan Konsumen. 25 Aspek hukum perdata yang cukup menonjol pada perlindungan konsumen adalah hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi atas kerugian yang dideritanya sebagai akibat dari pemakaian barang-barang yang di konsumsi. Pasal 1365 KUH Perdata menyebutkan bahwa: “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Pasal 1365 KUH Perdata tersebut menjelaskan bahwa pelaku usaha bertanggung jawab untuk memberikan ganti rugi atas kesalahan yang dilakukannya. Ganti rugi tersebut ditujukan kepada konsumen yang telah dirugikan akibat perilaku yang salah dari pelaku usaha. Pasal 1366 KUH Perdata menyebutkan pula bahwa: “Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati- hatinya”. Artinya pelaku usaha dalam memberikan ganti rugi tidak saja untuk mengganti kerugian yang disebabkan oleh perbuatan kesalahannya saja, namun kerugian yang dialami oleh konsumen akibat kelalaian atau kurang hati-hatinya pelaku usaha juga akan mewajibkan pelaku usaha, untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen. Tanggung jawab produsen yang lain untuk produk yang menyebabkan sakit,cedera, atau matinya konsumen pemakai produk tersebut, dapat diterapkan 26 ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1367 ayat 1 KUH Perdata, yang menyebutkan bahwa: “Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya, atau disebabkan oleh barang- barang yang berada di bawah pengawasannya”. Pertanggungjawaban yang ditentukan dalam Pasal 1367 ayat 1 KUH Perdata ini mewajibkan produsen sebagai pihak yang menghasilkan produk untuk menanggung segala kerugian yang mungkin disebabkan oleh keadaan barang yang dihasilkan. Produsen bertanggung jawab dan berkewajiban mengadakan pengawasan terhadap produk yang dihasilkannya. Pengawasan ini harus selalu dilakukan secara teliti dan menurut keahlian. Mengutip dari dari http:id.wikipedia.orgwikiPerlindungan_konsumen akses pada tanggal 21 Juli 2012, di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan adalah: 1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat 1, Pasal 21 ayat 1, Pasal 21 ayat 1, Pasal 27 , dan Pasal 33. 2. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821 3. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat. 27 4. Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. 6. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Nomor 235DJPDNVII2001 tentang Penanganan Pengaduan Konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag PropKabKota. 7. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 795 DJPDNSE122005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen. Dasar hukum tersebut dapat digunakan konsumen untuk meminta pertanggung jawaban dari produsen. Kerugian yang dialami oleh konsumen juga harus dilaporkan terlebih dahulu kepada pihak pemerintah ataupun kepada lembaga perlindungan konsumen, seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI. YLKI merupakan organisasi non-pemerintah dan nirlaba yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kritis konsumen tentang hak dan tanggung jawabnya sehingga, dapat melindungi dirinya sendiri dan lingkungannya dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat yang akan membuka layanan pengaduan konsumen dan membantu menyelesaikan sengketa konsumen. 2.1.2. Air Minum Dalam Kemasan AMDK 2.1.2.1. Pengertian Air Minum

Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Usaha Air Minum Depot (AMD) Isi Ulang Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

3 124 97

PERANAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN AKIBAT PEREDARAN PRODUK MAKANAN YANG TIDAK MEMENUHI STANDARISASI MUTU (Studi di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Surabaya)

0 4 2

PERANAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TERHADAP OBAT-OBATAN YANG TIDAK MEMENUHI STANDAR MUTU DI KOTA PADANG.

0 0 12

PERANAN BALAI BESAR PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BBPOM) DALAM MENGAWASI BEREDARNYA MAKANAN PRODUK LUAR NEGERI DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 10

PERANAN BALAI PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN TERHADAP PENYALURAN MINUMAN ALKOHOL ILEGAL DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

2 4 51

PENEGAKAN HUKUM OLEH BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP AIR MINUM DALAM KEMASAN TANPA IZIN EDAR

1 2 23

PERANAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TERHADAP PEREDARAN PANGAN OLAHAN TANPA IZIN EDAR DI KOTA PANGKALPINANG DITINJAU DARI UNDANG –UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 14

Implementasi pengawasan peredaran obat illegal dalam rangka perlindungan terhadap konsumen oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta - UNS Institutional Repository

0 0 13

Pengawasan Penggunaan Siklamat Pada Beberapa Produk Pangan Oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Semarang - Unika Repository

0 0 44

PERAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BBPOM) SEMARANG DALAM PENGAWASAN OBAT DALUARSA DI APOTEK DALAM UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN OBAT - Unika Repository

0 0 13