Kerangka Berpikir TINJAUAN PUSTAKA

37

2.2. Kerangka Berpikir

Pemikiran peneliti dalam menyusun penelitian ini adalah: 1. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen merupakan payung hukum bagi pelaku usaha yang berhak menjadi acuan dalam tindakan produksi dan melakukan kegiatan perdagangannya. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pelaku Usaha Air Minum Dalam Kemasan AMDK Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492MenkesPerIV2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. SNI 01-3553- 2006 Air Minum Dalam Kemasan AMDK Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan BBPOM Semarang Konsumen Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 705MPPKep112003 tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan 38 2. Pelaku usaha dalam memproduksi Air Minum Dalam Kemasan AMDK harus memenuhi syarat-syarat SNI dan sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 705MPPKep112003 tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan dan Perdagangannya serta Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492MenkesPerIV2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum sebagai aturan hukum yang mengatur setiap produksi Air Minum Dalam Kemasan AMDK. 3. Air Minum Dalam Kemasan AMDK khususnya yang diproduksi di Wilayah Jawa Tengah dan telah mendapat ijin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM RI serta sudah terdaftar , berhak mendapatkan pengawasan dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan BBPOM Semarang terhadap standar mutu air minum yang telah diproduksi oleh pelaku usaha, agar tetap dapat menjaga kualitas air minum. 4. Konsumen berhak mendapatkan perlindungan hukum dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan BBPOM Semarang, agar tidak dirugikan oleh tindakan pelaku usaha yang lalai atau tidak sesuai dengan syarat- syarat yang ditentukan dalam memproduksi produk AMDK tersebut. Hukum perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup perhatian karena menyangkut aturan-aturan guna mensejahterakan masyarakat, bukan saja masyarakat dan konsumen saja yang mendapat perlindungan, namun pelaku usaha juga mempunyai hak yang sama untuk mendapat perlindungan, masing-masing memiliki hak dan kewajiban. Pemerintah berperan mengatur, mengawasi, dan 39 mengontrol sehingga, tercipta sistem yang kondusif saling berkaitan satu dengan yang lain, dengan demikian tujuan mensejahterakan masyarakat secara luas dapat tercapai. Era pasar bebas seperti ini dimana hubungan produsen dan konsumen menjadi makin dekat dan makin terbuka. Campur tangan negara, kerjasama antar negara dan kerja sama internasional sangat dibutuhkan, yaitu guna mengatur pola hubungan produsen, konsumen dan sistem perlindungan konsumen. Hubungan antara produsen dan konsumen yang berkelanjutan terjadi sejak proses produksi, distribusi pada pemasaran dan penawaran. Rangkaian kegiatan tersebut merupakan rangkaian perbuatan dan perbuatan hukum yang tidak mempunyai akibat hukum baik terhadap semua pihak maupun hanya terhadap pihak tertentu saja. Hubungan tersebut secara sistematis dimanfaatkan oleh produsen dalam suatu sistem distribusi dan pemasaran produk barang guna mencapai tingkat produktivitas dan efektivitas dalam rangka mencapai sasaran usaha. Sistem tersebut berkelanjutan sampai pada tahapan hubungan penyaluran atau distribusi tersebut menghasilkan suatu hubungan yang sifatnya massal, yakni adanya permintaan yang meningkat dari masyarakat sehingga, produsen dituntut untuk meningkatkan produktivitasnya. Sifatnya yang massal tersebut maka, peran negara sangat dibutuhkan dalam rangka melindungi kepentingan konsumen pada umumnya, untuk itu perlu diatur perlindungan konsumen berdasarkan undang-undang antara lain menyangkut mutu barang, cara atau prosedur produksi, syarat kesehatan, syarat pengemasan, syarat lingkungan dan sebagainya. 40 Aspek hukum publik sangat dominan, setelah hubungan bersifat personal, hukum perdatalah yang akan lebih dominan dalam rangka melindungi kepentingan masing-masing pihak. Perlindungan konsumen merupakan bentuk kepedulian negara terhadap kepentingan masyarakatnya, dimulai dari adanya aturan-aturan atau standar mutu produk yang diperdagangkan oleh pelaku usaha, seperti dalam produksi Air Minum Dalam Kemasan AMDK telah ada standardisasi yang diterapkan oleh pemerintah untuk menjadi persyaratan mutu air minum yang baik dan sehat. Produk Air Minum Dalam Kemasan yang diperdagangkan di masyarakat harus sesuai dengan standar mutu yang ditentukan yaitu SNI-01-3553-2006, air minum yang memenuhi syarat SNI merupakan air minum yang telah diuji kualitasnya berdasarkan syarat-syarat yang berlaku. Standardisasi bukanlah merupakan hal pokok yang perlu dilakukan untuk setiap produk yang diperdagangkan namun, perlu adanya tindak lanjut dari pihak- pihak yang berwenang untuk melakukan kebijakan dalam melindungi konsumen, salah satu pihak yang berwenang untuk melakukan kebijakan tersebut adalah BPOM RI. Kewenangan BPOM RI merupakan tindakan yang utama dalam melindungi konsumen dengan mengawasi dan menjaga mutu suatu produk. Air Minum Dalam Kemasan AMDK yang telah memenuhi syarat-syarat SNI mendapat ijin edar dan terdaftar di BPOM RI, hal itu bukan berarti suatu jaminan bahwa air minum tersebut telah benar-benar steril dan sehat untuk dikonsumsi oleh masyarakat. BPOM RI dalam mencegah terjadinya kerugian yang dialami konsumen perlu melakukan pengawasan yang dilakukan secara berkala untuk menjaga standar mutu Air Minum Dalam Kemasan AMDK yang telah diproduksi oleh produsen. 41 Produk-produk Air Minum Dalam Kemasan AMDK yang proses produksinya di wilayah Jawa Tengah dan telah memiliki ijin edar, mendapatkan pengawasan khusus dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan BBPOM Semarang. Kewenangan BBPOM Semarang sama dengan BPOM RI karena keduanya berada di satu institusi yang sama. BBPOM Semarang melakukan pengawasan terhadap produk-produk AMDK yang sudah terdaftar dan dijual belikan khusus di pasaran wilayah Jawa Tengah. BBPOM Semarang dalam melakukan pengawasan terhadap produk AMDK yang sudah terdaftar harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Laporan dari konsumen mengenai tercemarnya salah satu produk Air Minum Dalam Kemasan AMDK yang dilaporkan kepada BBPOM Semarang, merupakan suatu kritikan kepada BBPOM Semarang, agar lebih melakukan pengawasan yang lebih baik. Hal itu dilakukan agar mutu produk AMDK tetap terjaga kebersihan dan kesehatannya. Pengawasan ini dilakukan untuk melindungi kepentingan konsumen. 42

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Pendekatan Penelitian

Penelitian”Pengawasan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Semarang Terhadap Penerapan Standar Mutu Produk Air Minum Dalam Kemasan AMDK yang Sudah Terdaftar Ditinjau Dengan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen” ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis sosiologis hukum adalah pendekatan dengan melihat sesuatu kenyataan hukum di dalam masyarakat Ali, 2009:105 Penelitian hukum yuridis sosiologis bermula dari ketentuan hukum positif tertulis yang diberlakukan pada peristiwa hukum dalam masyarakat. Penelitian ini terdapat 2 dua tahap, antara lain: 1. Tahap pertama adalah kajian mengenai hukum normatif yang berlaku. 2. Tahap kedua adalah penerapan pada peristiwa hukum guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hasil penerapan tersebut akan menciptakan pemahaman realisasi pelaksanaan ketentuan-ketentuan hukum normatif yang dikaji telah dijalankan secara patut atau tidak. Penelitian ini penulis akan mengkaji perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen berdasarkan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan akan dianalisis dengan penerapan aturan yang mengatur mengenai pengawasan yang dilakukan oleh BBPOM Semarang

Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Usaha Air Minum Depot (AMD) Isi Ulang Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

3 124 97

PERANAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN AKIBAT PEREDARAN PRODUK MAKANAN YANG TIDAK MEMENUHI STANDARISASI MUTU (Studi di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Surabaya)

0 4 2

PERANAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TERHADAP OBAT-OBATAN YANG TIDAK MEMENUHI STANDAR MUTU DI KOTA PADANG.

0 0 12

PERANAN BALAI BESAR PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BBPOM) DALAM MENGAWASI BEREDARNYA MAKANAN PRODUK LUAR NEGERI DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 10

PERANAN BALAI PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN TERHADAP PENYALURAN MINUMAN ALKOHOL ILEGAL DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

2 4 51

PENEGAKAN HUKUM OLEH BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP AIR MINUM DALAM KEMASAN TANPA IZIN EDAR

1 2 23

PERANAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TERHADAP PEREDARAN PANGAN OLAHAN TANPA IZIN EDAR DI KOTA PANGKALPINANG DITINJAU DARI UNDANG –UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 14

Implementasi pengawasan peredaran obat illegal dalam rangka perlindungan terhadap konsumen oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta - UNS Institutional Repository

0 0 13

Pengawasan Penggunaan Siklamat Pada Beberapa Produk Pangan Oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Semarang - Unika Repository

0 0 44

PERAN BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BBPOM) SEMARANG DALAM PENGAWASAN OBAT DALUARSA DI APOTEK DALAM UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN OBAT - Unika Repository

0 0 13