Karakteristik Jasa Mutu jasa

3. Jasa services adalah produk-produk yang tidak berwujud, tidak terpisahkan, dan mudah habis. Akibatnya, produk ini biasanya memerlukan pengendalian mutu, kredibilitas pemasok dan penyesuaian yang lebih tinggi.

2.2. Jasa

Lovelock dan Wright 2005 mengungkapkan dua pengertian jasa, diantaranya adalah ; 1 jasa adalah tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lainnya. Walaupun prosesnya mungkin terkait dengan produk fisik, kinerjanya pada dasarnya tidak nyata dan tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor produksi, 2 jasa adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan dan memberikan manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil dari tindakan yang mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama penerima jasa tersebut. Manfaat yang dimaksud adalah keuntungan atau laba yang diperoleh pelanggan dari kinerja jasa atau penggunaan barang fisik. Menurut Kotler dalam Umar 2003 jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intengible tidak berwujud fisik dan menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produk jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Berdasarkan definisi tersebut produk yang ditawarkan perusahaan dapat dibedakan secara umum ke dalam lima kategori, yaitu produk fisik murni, produk fisik yang disertai jasa pendukung, produk hibrid, dimana porsi barang dan jasa relatif berimbang, jasa utama yang didukung oleh barang dan jasa murni.

2.2.1 Karakteristik Jasa

Menurut Kotler dan Keller 2007 jasa memiliki empat karakteristik mencolok yang sangat mempengaruhi desain program pemasaran, antara lain : 1. Tidak berwujud intangibles, berbeda dengan produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, diraba, didengar atau dicium sebelum dibeli. 2. Tidak terpisahkan inseparability, jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Karakteristik ini tidak berlaku bagi barang-barang fisik yang diproduksi dan dapat disimpan sebagai persediaan. 3. Bervariasi variability, jasa sangat bervariasi karena tergantung pada siapa yang memberikannya, serta kapan dan di mana jasa diberikan. Karakterisitik ini menimbulkan mutu yang berbeda-beda. Misalnya beberapa karyawan bersikap ramah dan bekerja dengan cepat, sedangkan yang lain kurang sabar dalam menangani nasabah. Dalam menanggapi hal tersebut perusahaan dapat mengambil tiga langkah dalam rangka mengendalikan mutu antara lain; 1 berinvestasi dalam prosedur perekrutan dan pelatihan yang baik, 2 menetapkan standar proses pelaksanaan jasa di seluruh organisasi tersebut dan 3 memantau kepuasan pelanggan. 4. Tidak tahan lama perishability, jasa tidak dapat disimpan. Sifat jasa yang mudah rusak tidak akan menjadi maslah apabila permintaan tetap berjalan lancar.

2.2.2 Mutu jasa

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Kottler dan Keller 2007 merumuskan model mutu jasa yang menekankan syarat-syarat utama dalam memberikan mutu jasa yang tinggi. Gambar 1 yang disajikan di bawah ini mengidentifikasikan lima kesenjangan yang mengakibatkan ketidakberhasilan penyerahan jasa : 1. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen. Manajemen tidak selalu memahami dengan tepat apa yang diinginkan pelanggan. 2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi mutu jasa. Manajemen mungkin memahami dengan tepat keinginan-keinginan pelanggan, tetapi tidak mungkin memahami dengan tepat keinginan- keinginan pelanggan, tetapi tidak menetapkan standar kerja. 3. Kesenjangan antara spesifikasi mutu jasa dan penyerahan jasa. Karyawan mungkin kurang terlatih, tidak mampu atau tidak mau mematuhi standar, atau mereka mungkin dihadapkan pada standar yang paling bertentangan, seperti menyediakan waktu untuk mendengarkan pelanggan dan melayani mereka dengan cepat. 4. Kesenjangan antara penyerahan jasa dan komunikasi internal. Harapan-harapan konsumen dipengaruhi pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan perwakilan dan iklan perusahaan. 5. Kesenjangan antara persepsi jasa dan jasa yang diharapkan. Kesenjangan ini terjadi apabila konsumen tersebut memiliki persepsi yang keliru tentang mutu jasa tersebut. Konsumen Pemasar Gambar 1. Model mutu jasa Kotler dan Keller, 2007 Berdasarkan model mutu jasa, para periset menemukan lima penentu mutu jasa. Kelimanya disajikan menurut tingkat kepentingannya : 1. Keandalan, yaitu kemampuan melaksanakan layanan yang dijanjikan secara meyakinkan dan akurat. 2. Daya tanggap, yaitu kesediaan membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. 3. Jaminan, adalah pengetahuan, kesopanan karyawan dan kemampuan mereka menyampaikan kepercayaan dan keyakinan. Pengalaman masa lalu Kebutuhan seseorang Komunikas i dari mulut ke mulut Jasa yang diharapkan Persepsi jasa Penyerahan jasa termasuk sebelum dan sesudah kontak Kesenjangan 5 Penerjemahan persepsi menjadi spesifikasi mutu jasa Komunikasi eksternal dengan konsumen Persepsi manajemen tentang harapan konsumen Kesenjangan 1 Kesenjangan 2 Kesenjangan 3 Kesenjangan 4 4. Empati, berarti kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus kepada masing-masing pelanggan. 5. Benda berwujud, meliputi penampilan fisik, perlengkapan, karyawan dan bahan komunikasi. Menurut Supranto 1997 terdapat berbagai pengukuran yang dapat memberikan indeks mutu mengenai proses bisnis, proses pengadaan produk berupa barang atau jasa. Pengukuran mutu dalam perusahaan jasa non manufacturing mencakup waktu untuk menyelesaikan suatu jasa atau banyaknya kesalahan tertulis pada suatu formulir khusus salah kata, salah nomor dan salah kolom. Supranto 1997 mengungkapkan, salah satu cara untuk mengukur sikap pelanggan ialah dengan menggunakan kuesioner. Organisasi atau perusahaan harus mendesain yang secara akurat dapat memperikirakan persepsi pelanggan tentang mutu barang atau jasa.

2.3. Kepuasan Pelanggan