1 Bagian awal menceritakan tentang pengenalan tokoh Arjuna.
2 Bagian tengah berisi tentang, Arjuna mempunyai istri di Andongcinawi,
Arjuna memiliki dua anak perempuan bernama Pregiwa dan Pregiwati dari istrinya Dewi Sumendang, Pregiwa dan Pregiwati ingin bertemu dengan
ayahnya, Cantrik Janaloka mendapat tugas untuk mengawal Pregiwa dan Pregiwati, Cantrik Janaloka menggoda Pregiwa dan Pregiwati, Patih
Sengkuni membunuh Cantrik Janaloka, Gatutkaca datang dan menyerang prajurit kurawa.
3 Bagian akhir berisi tentang, Gatutkaca membawa terbang Pregiwa dan
Pregiwati ke Madukara, Gatutkaca jatuh cinta kepada Pregiwa.
4.1.4 Latar Setting
Latar atau setting merupakan tempat atau waktu terjadinya cerita, setting meliputi tiga unsur pokok yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Latar tempat pada wayang gombal lakon Cantrik Janaloka disebutkan secara eksplisit, antara lain Pretapan Andongcinawi, daerah pedesaan, hutan,
Astina, Madukara dan di udara. Latar dimulainya sebuah cerita adalah di Pretapan Andongcinawi. Di tempat itu Arjuna menikah dengan Dewi Sumendang putri dari
Begawan Sidik Wacana. Arjuna mempunyai dua anak bernama Pregiwa dan Pregiwati hasil pernikahan dengan Dewi Sumendang. Selama menikah dengan
Awal Tengah
Akhir
Dewi Sumendang, Arjuna baru dua kali mengunjungi tempat itu. Kutipan berikut melukiskan hal tersebut.
“Ing pretapan Andongcinawi utawa kondhang diarani Gambir Sakethi, Harjuna uga ngono. Ninggal “bibit unggul” loro aran
Pregiwa lan Pregiwati, asile kerjasama nir laba karo Dewi Sumendang putrine Begawan Sidik Wacana. Saploke dadi mantune
Begawan saka Gambir Sakethi, nembe ping pindho Harjuna sambang
mono. “ Jaya Baya No.23 Minggu 1 Februari 2010
Terjemahan Di pretapan Andongcinawi atau yang terkenal dengan sebutan
Gambir Sakethi, Arjuna juga begitu. Mempunyai dua anak yang diberi nama Pregiwa dan Pregiwati, hasil pernikahan dengan Dewi
Sumendang putrinya Begawan Sidik wacana. Semenjak menjadi menantunya Begawan dari Gambir Sakethi, baru dua kali Arjuna
datang ke situ. “ Pada bagian tengah diceritakan Cantrik Janaloka mendapat tugas dari
gurunya, Begawan Sidik wacana untuk mengawal Pregiwa dan Pregiwati ke Madukara menemui bapaknya, Arjuna. Untuk mempercepat perjalanan Cantrik
Janaloka mengajak Pregiwa dan Pregiwati untuk menerobos meliwati daerah pedesaan dan hutan-hutan. Sebenarnya Cantrik Janaloka mempunyai cinta
terpendam kepada gadis dari pretepan Andongcinawi tersebut namun karena ia menyadari akan nasibnya sehingga Cantrik Janaloka tidak berani mengatakannya.
Setelah berada di hutan seperti sekarang ini ia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menggoda Pregiawa dan Pregiwati.
Cantrik Janaloka sedang menggoda kedua gadis cantik itu secara tiba-tiba Patih Sengkuni muncul di hadapan mereka. Kedatangan utusan dari Astina itu
untuk mencari Pregiwa yang akan dijodohkan dengan Sarjokesuma. Kutipan berikut menunjukan hal tersebut di atas.
“… dumadakan kesaru tekane Patih Sengkuni ngirit bala sabregada. Utusan Ngastina iku pancen lagi ngluru Pregiwa, arep didhaupake
karo Sarjokesuma. Bot-bote nggembol amanat, Cantrik Janaloka
ngondheli kanthi pawadan yen putri sakarone wis dadi bojone.” Jaya Baya No.23 Minggu 1 Februari 2010
Terjemahan “… tiba-tiba Patih Sengkuni datang. Utusan Astina itu memang
sedang mencari Pregiwa, akan di jodohkan dengan Sarjokesuma. untuk menjaga amanat dari gurunya, Cantrik Janaloka menghalang-
halangi dengan mengaku telah menikahi kedua gadis itu.” Latar tempat juga menunjukan di udara yaitu ketika Gatutkaca membawa
membawa Pregiwa-Pregiwati ke Madukara setelah mengalahkan pasukan Kurawa dan menguburkan jasad Cantrik Janaloka.
Disamping latar tempat, ada juga latar waktu meskipun tidak ditemukan dengan jelas. Penunjuk waktu tersebut hanya pagi hari. Penggambaran waktu
yang menunjukan waktu pagi hari terlihat dalam kutipan di bawah ini. Prg: “Eyang Begawan, jare aku sakloron ki putrane Raden Harjuna
saka Madukara ning kok bapak gak tau teka mrene,” pamothahe Pregiwa lan Pregiwati sawijining esuk.”
Jaya Baya No.23 Minggu 1 Februari 2010 Terjemahan
Prg : “Eyang Begawan, katanya kita berdua ini anaknya Raden Arjuna
dari Madukara tapi kok bapak tidak pernah datang ke sini,” pertanyaan Pregiwa dan Pregiwati disuatu pagi.”
Dari uraian di atas, tampak bahwa latar tempat dan sosial sedikit banyak membawa pengaruh dalam kehidupan tokoh-tokohnya. Pregiwa dan Pregiwati
yang hidup dalam latar keluarga yang bersetatus sosial masyarakat pedesaan. Ditemukan dalam cerita bahwa tokoh Pregiwa dan Pregiwati menggunakan basa
ngoko ketika berbicara kepada Eyangnya. Hal tersebut membuktikan anak-anak
jaman sekarang kurang bisa menerapkan unggah-ungguh ketika berbicara dengan orang yang lebih tua. Seseorang yang hidup di daerah pedesaan cenderung
mempunyai unggah-ungguh yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang hidup di sekitar keraton. Hal ini dikarenakan di sekitar keraton masih terikat
dengan aturan-aturan dan adat istiadat yang masih kental. Perkataan tokoh menggambarkan latar sosial terlukis pada kutipan di bawah ini.
Prg: “Eyang Begawan, jare aku sakloron ki putrane Raden Harjuna saka Madukara ning kok bapak gak tau teka mrene,”
pamothahe Pregiwa lan Pregiwati sawijining esuk. Basane ngoko wae, maklum cah saiki. Yen nggunakake basa karma
malah klera-
kleru pating pecothot.” Jaya Baya No.23 Minggu 1 Februari 2010
Terjemahan Prg: “Eyang Begawan, katanya kita berdua ini anak Raden Arjuna dari
Madukara tapi kok bapak tidak pernah datang ke sini,” pertanyaan Pregiwa dan Pregiwati disuatu pagi. Menggunakan
bahasa ngoko saja, maklum anak jaman sekarang. Kalau menggunakan bahasa karma justru salah-
salah tidak karuan.” Ciri lain yang menyaran pada latar sosial yaitu, keinginan Pregiwa dan
Pregiwati untuk bertemu dengan Arjuna, bapak kandungnya. Hal ini dikarenakan Pergiwa dan Pergiwati telah dewasa dan pantas untuk menikah. Dalam norma
agama maupun norma sosial yang berhak menikahkan seorang gadis adalah bapak kandungnya, jika orang tua kandungnya masih hidup. Latar sosial tidak langsung
mempengaruhi segi alur ceritanya, tetapi mempengaruhi perkembangan kejiwaan tokoh Pregiwa dan Pregiwati.
4.2 Fakta Cerita dalam Lakon Carita Bharatayuda