Cara-cara Berpartisipasi Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik

12

6.2.1 Cara-cara Berpartisipasi

Kegiatan politik yang tercakup dalam konsep partisipasi politik mempunyai bermacam-macam bentuk dan intensitas. Biasanya diadakan perbedaan jenis partisipasi menurut frekuensi dan intensitasnya. Menurut pengamatan, orang yang mengikuti kegiatan secara tidak intensif, yaitu kegiatan yang tidak banyak menyita waktu dan yang biasanya tidak berdasarkan prakarsa sendiri, seperti memberikan suara pada pemilihan umum, besar sekali jumlahnya. Sebaliknya, kecil sekali jumlah orang yang secara aktif dan sepenuh waktu melibatkan diri dalam politik. Kegiatan sebagai aktifis politik ini mencakup antara lain menjadi pimpinan dari partai atau kelompok kepentingan. Berbagai jenis partisipasi tergambar dalam piramida yang basisnya lebar, tetapi menyempit ke atas sejalan dengan meningkatnya intensitas politik. Diantara basis dan puncak terdapat berbagai kegiatan yang berbeda-beda intensitasnya; berbeda menurut intensitas kegiatan maupun mengenai bobot komitmen dari orang yang bersangkutan. Termasuk didalamnya memberi suara dalam pemilihan umum, mendiskusikan masalah politik, menghadiri rapat umum yang bersifat poltik, dan menjadi anggota kelompok kepentingan. Yang lebih intensif lagi adalah melibatkan diri dari berbagai proyek pekerjaan sosial, contacting atau lobbying pejabat-pejabat, bekerja aktif sebagai anggota partai politik dan menjadi juru kampanye; dan yang paling intensif, sebagai pimpinan partai atau kelompok kepentingan dan pekerja sepenuh waktu. Universitas Sumatera Utara 13

6.2.2. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik

Bentuk partisipasi politik yang terjadi di berbagai negara dan berbagai waktu dapat dibedakan menjadi kegiatan politik dalam bentuk konvensional dan non-konvensional, termasuk yang legal maupun ilegal, penuh kekerasan, dan revolusioner. Pertisipasi politik masyarakat Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga tujuan, yaitu: Pertama, memberikan dukungan kepada penguasa dan pemerintah yang dibentuk beserta sistem politik yang disusunnya. Partisipasi ini diwujudkan dalam bentuk mengirim utusan pendukung ke pusat pemerintahan, membuat pernyataan sikap mendukung kebijaksanaan pemerintahan, memeilih calon yang ditawarkan oleh organisai politik yang dibina ataupun dikembangkan oleh penguasa dan sebagainya. Kedua, partisipasi politik dimaksudkan sebagai usaha untuk menunjukkan kelemahan penguasa dengan harapan supaya penguasa mengubah atau memperbaiki kelemahan tersebut. Partisipasi ini diwujudkan dalam bentuk petisi, resolusi, mogok, demonstrasi dan sebagainya. Di dalam ini disalurkan kepentingan para peserta partisipasi tersebut beserta keinginan masyarakat yang diwakilinya. Ketiga, partisipasi sebagai tantangan terhadap penguasa dengan maksud menjatuhkannya sehingga terjadi perubahan pemerintah atau sistem politik. Mogok, pembangkangan politik, huru hara dan pemberontak bersenjata dapat merupakan usaha untuk mencapai maksud tertentu. Apabila partisipasi politik yang pertama mendukung kekuatan pemerintah, maka yang kedua berusaha untuk melemahkan pemerintah. Bentuk-bentuk dan frekuensi partisipasi politik dapat dipakai sebagai ukuran untuk menilai stabilitas sistem politik, integritas kehidupan politik, kepuasanketidakpuasan warga Negara. Universitas Sumatera Utara 14 Menurut Almond bentuk partisipasi konvensional dan non-konvensional Tabel 1 Partisipasi Politik Konvensional dan Non Konvensional Konvensional Non Konvensional Pemberian suara Pengajuan petisi Diskusi politik Berdemokrasi Kegiatan kampanye Konfrontasi Membentuk dan bergabung dengan partai politik Mogok Komonikasi individual dengan pejabat politik dan administrasi Tindakan kekerasan politik terhadap harta benda perusakan, pemboman, pembakaran Sumber: adaptasi dari Gabriel Almond dalam Mochtar Mas’oed dan Cillin Mc Andrews, Perbandingan Sisitem Politik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2001, hal 47 Dari berbagai aktivitas ini kita bisa melihat keberagaman aktivitas dalam partisipasi politik. Dari hal yang paling sederhana hingga yang kompleks, dari bentuk-bentuk yang mengedepankan kondisi damai hingga tindakan-tindakan kekerasan. Namun pada umumnya partisipasi politik hanya mencakup kegiatan yang bersifat positif.

6.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik:

Dokumen yang terkait

Politik Organisasi Pemuda Tingkat Lokal: Kasus Keterlibatan Organisasi Pemuda dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung 2005 di Kota Medan

5 116 193

Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

4 83 107

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 51 95

Perbandingan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Putaran I Dan II Tahun 2010 Di Kecamatan Medan Denai

1 37 82

Partisipasi Politik Masyarakat Karo Pada Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010 (Studi Kasus: Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan)

2 71 90

Etnisitas dan Perilaku Politik : Studi Kasus: Preferensi Politik Masyarakat Etnis Batak Toba Pada pemilihan Kepala Daerah Langsung Kabupaten Karo 2005

1 48 97

Media Massa Dan Tindakan Memilih ( Studi Deskriptif Peran Media Massa Terhadap Tindakan Memilih Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Karo Periode 2010-2015 Di Desa Ketaren Kecamatan Kabanjahe)

1 59 118

Peranan Komisi Pemilihan Umum dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Untuk Meningkatkan artisipasi Politik Masyarakat (Studi pada Kantor Komisi Pemilihan umum Tapanuli Utara)

16 168 113

PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT KEPADA KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI POLITIK (Studi Pada Masyarakat Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)

3 21 148

KAJIAN TENTANG PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT PADA PEMILIHAN KEPALA DESA (Studi Deskriptif Terhadap Masyarakat Desa Mendelem Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang)

0 2 15