kekuatan, manipulasi, fitnak, pemberitaan yang tidak benar, pengkondisian yang merugikan, kata-kata yang memojokan, dan penghinaan merupakan ungkapan
nyata kekerasan. Logika kekerasan merupakan logika kematian kerana bisa melukai tubuh, melikai secara psikologis, merugikan, dan bisa menjadi ancaman
terhadap integritas pribadi. s. Jehel, 2003 : 123
2.1.4.2 Kategori Kekerasan
Menurut Sunarto terdapat beberapa bentuk-bentuk kekerasan antara lain Sunarto, 2009 : 137
a Kekerasan fisik adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku terhadap
korban dengan cara memukul, menampar, mencekik, menendang, melempar barang ke tubuh, menginjak, menlukai dengan tangan kosong, atau dengan
alatsenjata, menganiaya, menyiksa, membunuh serta perbuatan lain yang relevan.
b Kekerasan psikologis adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku terhadap
mental korban dengan cara membentak, menyumpah, mengancam, merendahkan, memerintah, melecehkan, menguntit, dan memata-matai, atau
tindakan-tindakan lain yang menimbulkan rasa takut termasuk yang diarahkan kepada orang-orang dekat korban, misalnya keluarga, anak,
suami, teman, atau orang tua. c
Kekerasan seksual adalah melakukan tindakan yang mengarah ajakandesakan seksual seperti menyentuh, meraba, mencium, dan atau
melakukan tindakan-tindakan lain yang tidak dikehendaki korban, memaksa korban menonton produk pornografi, gurauan-gurauan seksual yang tidak
dikehendaki korban, ucapan-ucapan yang merendahkan dan melecehkan dengan mengarah pada aspek jenis kelamin seks korban, memaksa
hubungan hubungan seks tanpa persetujuan korban, memaksa melakukan aktivitas- aktivitas seksual yang tidak disukai, pornografi, kawin paksa.
d .Kekerasan finansial adalah tindakan mengambil, mencuri uang korban,
menahan atau tidak memberikan pemenuhan kebutuan finansial korban, mengendalikan dan mengawasi pengeluaran uang sampai sekecil-kecilnya.
e Kekerasan spiritual adalah merendahkan keyakinan dan kepercayaan
korban, memaksa korban untuk meyakini hal-hal yang tidak diyakininya, memaksa korban mempraktikkan ritual dan keyakinan tertentu.
f Kekerasan fungsional adalah memaksa melakukan sesuatu yang tidak sesuai
dengan keinginan, menghalangi atau menghambat aktivitas atau pekerjaan tertentu, memaksa kehadiran tanpa dikehendaki, membantu tanpa
dikehendaki dan lain-lain yang relevan.
2.1.4.2 Kekerasan Dalam Media
Media sering menyajikan nilai kekerasan. Disajikan sepertinya hanya sebagai berita atau informasi, disajikan dengan gaya yang indah dan dikemas
menjadi berseni, menarik. Namun di dalamnya ada terjasi nilai-nilai kekerasan. Nilai-nilai itu dapat mempengaruhi tanpa sadar masyarakat yang menontonnya.
Maka etika komunikasi mau tak mau juga harus merumuskan, mendefinidikan dan menentukan batas-batas kekerasan. Kekerasan dapat terjadi sebagai
dokumen maupun fisik. Juga semacam latihansimulasi kekerasan. Tanpa terkecuali kekerasan yang sifatnya symbol, kekerasan yang berupa sikap tidak
saling peduli masyarakat. Dalam hal ini, maka etika komunikasi diciptakan agar dapat mendukung pihak yang rentan menjadi korban kekerasan media, tanpa
terjebak bersikap represif. http:id.shvoong.com
Kekerasan dalam media dapat menyebabkan terjadinya kekerasan sosial riil. Informasi tentang kekerasan juga bias menambah kegelisahan umum
sehingga membangkitkan sikap representif masyarakat, alat penegak hukum. Haryatmoko, 2007 : 124
Kekerasan dalam
media dibedakan
menjadi tiga berdasarkan tiga tipe dunia dalam media, yaitu : Nel dalam buku Haryatmoko, 2007 : 127
1. Kekerasan – dokumen
→ Merupakan bagian dari dunia riil atau factual. Dalam kekerasan – dokumen terdapat proses gambar yang dapat
mempengaruhi psikisme pemirsa, penampilan gambar tersebt dipahami pemirsa sebagai dokumen atau rekaman fakta kekerasan. Kekerasan dalam
media dapat di representasikan melalui isinya, missal : dengan tindakan pembunuhan, pertengkaran perkelahian, tembakan bias juga dengan situasi
konflik, luka, tangisan sehingga timbul emosi yang menggambarkan perasaan yang terdalam dari diri manusia tersebut.
2. Kekerasan – fiksi
→ menunjukan kepada kepemilikan dunia yang mungkin ada, missal : kisah fiksi, film, kartun, komik dan iklan. Kekerasan yang
terdapat dalam kisah fiksi dapat menyebabkan pemirsa terutama pada anak bias meninggalkan traumatisme dan perilaku agresif. Kekerasan fiksi
menjadi berbahaya apabila member kemungkinan baru yang tidak ada dalam dunia riil.
3. Kekerasan – simulasi
→Berasal dari dunia virtual, misal : dalam permainan video, permainan on-line. Kekerasan – simulasi memiliki dampak yang
sangat besar terhadap anak-anak yaitu dapat melahirkan masalah psikologis diantaranya kemarahan, kegelisahan, kekecewaan yang lahir dari permainan
video. Ketiga bentuk kekerasan diatas sering dikondisikan sebagai kekerasan
simbolik Haryatmoko, 2007 : 127. Kekerasan simbolik berlangsung karena system informasi dan medi besar berjalan mengukuti aturan tertentu dalam
bentuk keseragaman, tuntutan reportase langsung pada kejadian, sensasionalisme, dan penempatan prioritas informasi yang penuh kepentingan
Haryatmoko, 2007 : 128.
2.1.5 Efek Media Massa Dalam Kehidupan Masyarakat