Pada studi kasus dibahas beberapa obyek yang juga memiliki fasilitas-fasilitas penunjang kebutuhan dan kegiatan perumahan. Obyek studi kasus pada
perancangan Rusunawa di Surabaya ini yaitu, Rusunawa Sewa Siwalankerto dan Rusunawa Sewa Waru Gunung Surabaya.
2.1.3.1 Rusunawa Siwalankerto Data proyek
Lokasi :
Siwalankerto, Surabaya
Jumlah unit : 101 unit hunian
Pemilik : Pemerintah Propinsi Jawa Timur Dinas Permukiman
Pembangunan : Perumnas Regional VI Jawa Timur
Luas lahan : ±20.000 m
2
Luas lantai per unit : 18 m
2
+ luas tambahan yang dipakai untuk dapur dan . kmwc tiap 2 unit 12 m
2
Rusunawa sewa siwalankerto merupakan kerjasama antara pemerintah Proponsi jawa timur Dinas Permukiman dengan Perumnas Regional VI Jawa
Timur. Rusunawa sewa Siwalankerto terdiri dari 7 blok. Dimana pada masing- masing blok berjumlah 5 lantai dan tiap pada 2 blok merupakan zona tersendiri
yang masing-masing memiliki ruang terbuka berupa lapangan. Berikut akan dibahas selanjutnya didalam aspek kualitas dan aspek kuantitas.
A. Aspek Kualitas
Tampilan pada Rusunawa ini cukup sederhana namun berkesan bersih dengan pemakaian material yang sesuai dan cukup ekonomis. Fasade bangunan
difinishing dengan dinding yang diplester dan dicat dengan warna putih, sehingga pemakaian bata tidak terlihat dan terkesan ”clean” atau bersih
13
Bentukan massa cenderung berupa kotak-kotak yang disusun secara bersilangan pada tapak. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pencahayaan dan
penghawaan yang sama dan merata pada setiap blok massa. Dari bentukan yang kotak-kotak inilah ruangan yang terjadi di dalamnya menjadi sangat fungsional
sehingga sangat menyadari dari teori Form Follow Function. Sementara pola sirkulasi pada rusunawa ini seperti halnya mayoritas
rusunawa yang lain, yaitu menggunakan pola sirkulasi linear. Pola ini memudahkan untuk mengolah dan menempatkan hunian-hunian rusunawa dimana
pola ini menempatkan hunian saling berhadapan dalam satu koridor saja. Pola sirkulasi linear dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.
Gambar 2.1 Bentuk trimatra rusunawa Siwalankerto Sumber foto pribadi, 2009
Pola ini mengikuti modul kolom pada rusunawa ini, sehingga tidak dijumpai kolom yang menghalangi jalur sirkulasi. Jalur sirkulasi pada rusunawa
memanfaatkan koridor-koridor dalam rusunawa ini yang saling berhubungan. Lebar koridor pada rusunawa mencapai 2.5 m ini terasa cukup sesuai, hal tersebut
terasa ketika satu jalur terdapat beberapa orang berpapasan seperti yang terlihat pada gambar 2.3 berikut ini.
Gambar 2.2 pola tatanan hunian dalam rusunawa Siwalankerto Sumber data hasil survey, 2009
14
Area balkon yang terdapat di depan unit hunian juga berfungsi sebagai ruang jemur, dimana pakaian, celana, selimut serta jemuran yang lain terpampang
menutup balkon. Kejadian seperti ini sering dijumpai dari beberapa rusunawa. Namun secara tidak disadari bahwa hal kecil seperti ini mampu menimbulkan
tampilan yang kurang baik dan tampilan yang terkesan kumuh. Pada rusunawa Siwalankerto mencoba memberikan aplikasi untuk masalah jemuran seperti pada
gambar 2.3 berikut ini.
Gambar 2.3 keadaan koridor bagian dalam rusunawa Siwalankerto Sumber data foto pribadi
Gambar 2.4 aplikasi jemran pada balkon rusunawa Siwalankerto Sumber data foto pribadi
Pada gambar terlihat dimana tiang jemuran berada di balik dinding balkon sehingga pada balkon luar tidak tersentuh oleh jemuran. Aplikasi tiang jemuran
juga tidak mengurangi bentang dari lebar balkon karena mengambil ruang pada sisi dinding balkon dimiringkan.
Suasana interior pada rusunawa ini jauh dari kata baik, hal tersebut terlihat dari cukup teraturnya penataan lampu serta kabel-kabel. Selain itu barang-barang
dari penghuni rusunawa terlihat cukup rapi dalam penempatannya. Penggunaan dinding sebagai pembatas ruangan rusunawa tidak terlalu banyak ditemui. hanya
pada tempat-tempat tertentu dinding digunakan, yaitu pada toilet. Sementara pembatas ruang sebagai penggati dinding menggunakan papan
yang sifatnya temporer. Sementara sarana kelistrikan untuk pencahayaan, sikulasi udara, serta penempatan sampah masih belum tertata dengan baik. Hal itu terasa
15
ketika kita berada pada area tengah rusunawa, maka kita akan terasa pengap dan sesak. Pencahayaan mayoritas menggunakan lampu, meskipun ada beberapa titik
pada rusunawa yang menggunakan pencahayaan alami. Sistem struktur pada rusunawa ini menggunakan bahan beton, dimana
sistem struktur balok dan kolom bekerja sebagai penyalur beban kepada pondasi tiang pancang pada rusunawa ini. Kolom dan balok pada rusunawa ini
menggunakan material beton bertulang seperti yang terlihat pada gambar 2.5 berikut ini. Sementara struktur atap pada rusunawa ini menggunakan bahan beton
dengan menggunakan material penutup atap Genteng
Gambar 2.5 Balok pada langit-langit Sumber data foto pribadi
B. Aspek Kuantitas