tiap blok terdapat ruang pertemuan pada lantai 1 dan musholla pada lantai 2 dan 4. Ruang pertemuan disini juga berfungsi sebagai ruang serbaguna bagi warga
rusunawa Siwalankerto. Tiap bloknya memiliki tangga yang berjumlah dua buah dan terletak disisi yang berbeda.
2.1.3.2. Rusunawa Waru Gunung Data proyek
Lokasi :
Jl. Mastrip
IX, Waru Gunung-Karang Pilang, Surabaya
Jumlah unit : 12 unit per lantai
Pemilik : Pemerintah Propinsi Jawa Timur Dinas Permukiman
Pembangunan : Perumnas Regional VI Jawa Timur
Luas lahan : ±30.000 m
2
Luas lantai per unit : 21 m
2
Jumlah penghuni : 552 KK 100 telah dihuni
Rusunawa Waru Gunung menggunakan sistem sewa dengan tata cara penarikan uang sewa setiap bulan yang dilakukan oleh Pemerintah Kotamadya Daerah
ingkat II. Rusunawa Waru Gunung merupakan kerjasama antara pemerintah
Proponsi jawa timur Dinas Permukiman dengan Perumnas Regional VI Jawa Timur. Rusunawa Waru Gunung merupakan rusunawa yang diperuntukkan bagi
umum. Saat ini penghuni pada rusunawa ini mayoritas bekerja sebagai karyawan industri, namun ada yang bekerja sebagai pegawai swasta dan pegawai negeri.
Berikut akan dibahas selanjutnya didalam aspek kualitas dan aspek kuantitas.
A. Aspek Kualitas
Tampilan pada Rusunawa ini cukup sederhana dengan penataan lingkungan yang cukup bagus. Rusunawa Waru Gunung menggunakan arsitektur
tradisional jawa dengan bentuk atap limasan. Bentuk atap limasan yang
18
mendominasi seluruh penutup atap tanpa menggunakan atap dek seperti pada tampilan gambar 2.7 berikut ini.
Dimana atap ini berfungsi sebagai Hal ini terlihat dengan adanya ruang terbuka di tiap masing-masing twin blok. Dinding bangunan menggunakan
finishing plesteran dan cat sehingga pemakaian bata tidak terlihat sama halnya dengan rusunawa Siwalankerto. Pada tiap lantainya diberi sosoran untuk
menghindari panas dan hujan secara langsung ke dalam bangunan. Aksen kolom diperlihatkan dengan pemberian warna cat yang berbeda dengan dinding.
Sementara pola sirkulasi pada rusunawa ini seperti halnya mayoritas rusunawa yang lain, yaitu menggunakan pola sirkulasi linear. Pola ini
memudahkan untuk mengolah dan menempatkan hunian rusunawa. Pola ini mengikuti modul kolom pada rusunawa ini, sehingga tidak dijumpai kolom yang
menghalangi jalur sirkulasi. Rusunawa Waru Gunung memiliki balkon yang menerus berupa koridor. Koridor ini juga berfungsi sebagai penghubung dengan
tetangga-tetangga sebelah, lebar koridor pada rusunawa ini terasa cukup sesuai karena hal tersebut terasa ketika satu jalur terdapat beberapa orang berpapasan
seperti yang terlihat pada gambar 2.8 berikut ini.
Gambar 2.7 tampilan Rusunawa Waru Gunung Sumber data foto pribadi
19
Gambar 2.8 denah lantai tipikal lantai 2-5 Sumber data dinas pengelolaan tanah dan bangunan
Selain itu koridor ini juga digunakan sebagai jemuran para warga rusunawa yang menyebabkan keadaan tersebut menjadikan image rusunawa sebagai hunian yang
kumuh. Sehingga pada rancangan nantinya perlu diperhatikan penempatan jemuran yang tidak mengganggu tampilan luar bangunan.
Sistem struktur pada bangunan ini menggunakan struktur rangka, dimana kolom dan balok sebagai penyalur beban pada pondasi tiang pancang dari
rusunawa ini. Kolom dan balok pada rusunawa ini menggunakan material beton bertulang. Sementara struktur atap pada rusunawa ini menggunakan rangka batang
dengan material baja siku. Sedangkan untuk atap pada balai yang terdapat pada lantai dasar dekat parkir untuk kendaraan bermotor menggunakan pemakaian
konstruksi baja tarik dan setengah kuda-kuda. Untuk atap penutupnya masih menggunakan bahan yang sama yaitu asbes seperti yang terlihat pada gambar 2.9
berikut ini.
Gambar 2.9 sistem konstruksi pada atap balai Sumber data foto pribadi
Sementara sistem pencahayaan pada rusunawa ini cukup baik dengan menggabungkan pencahayaan alami dengan buatan. Pencahayaan alami diperoleh
dengan adanya jendela-jendela berukuran besar, sementara pencahayaan diperoleh dari beberapa lampu-lampu. Sementara sistem penghawaan pada rusunawa ini
20
cukup baik, karena bagian depan hunian langsung berhadapan dengan area luar. Untuk material dinding pembatas dari rusunawa ini menggunakan plesteran bata,
sementara untuk pembatas dinding yang bersifat temporer mayoritas menggunakan material papan dan kayu.
Suasana interior pada rusunawa ini kurang baik, hal tersebut terlihat dari cukup teraturnya penataan lampu serta kabel-kabel. Selain itu barang-barang dari
penghuni rusunawa terlihat cukup rapi dalam penempatannya. Penggunaan dinding sebagai pembatas ruangan rusunawa tidak terlalu banyak ditemui. hanya
pada tempat-tempat tertentu dinding digunakan, yaitu p
ada
toilet. Sementara pembatas ruang sebagai penggati dinding menggunakan papan yang sifatnya
temporer. Sementara sarana kelistrikan untuk pencahayaan, sikulasi udara, serta penempatan sampah masih belum tertata dengan baik. Hal itu terasa ketika kita
berada pada area tengah rusunawa, maka kita akan terasa pengap dan sesak. Pencahayaan mayoritas menggunakan lampu, meskipun ada beberapa titik pada
rusunawa yang menggunakan pencahayaan alami.
B. Aspek Kuantitas