Pengertian Judul Proyek Tugas Akhir : Kesimpulan Hasil Studi

BAB II TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN

2.1 Tinjauan Umum

Dalam tinjauan umum rancangan Proyek Rusunawa di Surabaya ini berisi mengenai penjelasan tentang hal-hal yang bersifat umum seperti pengertian judul proyek, penjelasan umum dari literature dan studi banding yang hasil akhirnya merupakan gambaran secara umum dari judul proyek Rusunawa.

2.1.1 Pengertian Judul Proyek Tugas Akhir :

Judul dari proyek ini adalah “Rusunawa di Surabaya”. Dari judul tersebut memiliki pengertian masing-masing kata yaitu :  Rusunawa singkatan dari rumah susun sewa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1985  Dari John Hancock Callender; “Time saver Standarts” didapatkan pengertian rusunawa ini sama dengan pengertian apartemen atau flat yaitu semua jenis unit tempat tinggal keluarga multiple family dweling units, kecuali sebuah rumah tinggal yang berdiri sendiri bagi bagi satu keluarga single dweling unit.  Dari Tata cara penghunian, Pengelolaan dan Pemeliharaan Bangunan Rusunawa didapat pengertian bahwa rusunawa yaitu kelompok unit rumah tinggal yang tersusun secara vertical dan mendatar berikut tanah dimana bangunan itu berdiri.  Dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1985 didapatkan pengertian tentang rusunawa yaitu bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertical dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan 7  Dari kamus Bahasa Indonesia, Poerwadarminta didapatkan pengertian rusunawa sebagai berikut :Rumah atau hunian adalah tempat tinggal manusia dimana merupakan proses manusia dalam mencari tempat kediamannya untuk berlindung, melengkapi kebutuhannya, mempertahankan serta memperbaiki keadaannya dengan tujuan mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan keluarganya. Susun adalah sistem meletakkan dengan menumpuk ke atas atau vertikal sehingga mencapai ketinggian tertentu. Jadi pengertian judul proyek “Rusunawa di Surabaya” adalah pembangunan unit-unit rumah tinggal yang ada dalam satu massa bangunan sederhana dan tersusun secara vertical dan horizontal dengan sistim sewa untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi warga kota Surabaya.

2.1.2 Studi Literatur

Studi literatur pustaka digunakan sebagai studi penggalian referensi guna untuk memperjelas pemahaman, yang lebih mendalam tentang judul yang diangkat. Adapun Studi literatur pustaka yang dapat memberikan penjelasan mengenai obyek rancangan dalam hal ini adalah mengenai rusunawa di kota Surabaya, sebagai berikut:

2.1.2.1 Klasifikasi Dan Jenis Rusunawa.

Beberapa klasifikasi dan jenis rusunawa, yaitu : a. Jenis rusunawa berdasar pengguna :  Rumah susun mewah yang penghuninya sebagian besar tenaga kerja asing dan golongan atas. Untuk jenis ini lebih umum disebut dengan apartemen mewah. 8  Rumah susun yang dihuni oleh masyarakat berpenghasilan menengah ke atas, jenis ini juga masih sering disebut dengan apartemen.  Rumah susun sederhana yang dihuni oleh masyarakat golongan menengah ke bawah.  Rumah susun murah, yang dihuni oleh masyarakat rendah dengan cara pemilikan mengangsur atas bentuk sewa. b. Jenis rusunawa berdasarkan ketinggian bangunan  Maisonetto dengan jumlah lantai kurang dari 6 lantai  Low rise apartemen dengan jumlah lantai antara 4 sampai 6 lantai  Medium rise apartemen dengan jumlah lantai antara 6 sampai 9 lantai  High rise apartemen dengan jumlah lantai dapat mencapai 40 lantai Samuel , 1967 c. Jenis rusunawa berdasakan sistem kepemilikan  Rental sistem sewa, penghuni hanya menyewa rusunawa dengan membayar uang sewa tiap bulan.  Kooperatif jual beli, penghuni membeli rusunawa dan selanjutnya unit hunian tersebut menjadi milik penghuni.  Kondominium sewa beli, penghuni mula-mula membayar uang sewa perbulan yang selanjutnya sampai uang tersebut menjadi milik penghuni.  Beli cicil, penghuni membeli rusunawa dengan membayar secara cicilan atau kredit. sumber, ibid 9 d. Jenis rusunawa berdasarkan peruntukan  Rusunawa disewakan, dibangun oleh swasta atau pemerintah. Memiliki tujuan untuk menyediakan perumahan bagi masyarakat yang membutuhkan, ditambah dengan komersial.  Rusunawa untuk dijual, hampir sama dengan rusunawa sistem sewa tetapi berbeda pada sistem kepemilikannya.  Rusunawa untuk instansi pemerintah maupun swasta, dimana standart perencanaannya tergantung dari ketersediaan anggaran biaya dan standar sosial karyawan tersebut.  Rusunawa untuk karyawan dan buruh industry maupun instansi swasta, dimana standar perencanaannya menurut nilai ekonomis.

2.1.2.2 Persyaratan Teknis Pembangunan Rusunawa

Beberapa persyaratan teknis dalam pembangunan rusunawa guna menunjang segala kebutuhan dalam sebuah hunian. Berdasar dari peraturan menteri pekerjaan umum no 60PRT1992 didapatkan persyaratan untuk rusunawa, yaitu :  Ruang. Kelompok ruang dalam rusunawa menpunyai fungsi dan dimensi tertentu serta memenuhi persyaratan penhawaan, pencahayaan, suara dan bau untuk melindungi penghuni.  Struktur, komponen dan bahan bangunan. Rusunawa harus mengunakan struktur, komponen dan bahan bangunan dengan memperlihatkan prinsip-prinsip koordinasi modular dan memenuhi persyaratan konstruksi dengan memperhitungkan kekuatan dan ketahanan, baik arah vertical maupun horizontal terhadap beban 10 mati, beban bergerak beban hidup, beban gempa, beban angin, beban tambahan seperti hujan, banjr, kebakaran, daya dukung dan penggunaan atau perusak lainnya.  Kelengkapan rusunawa. Rusunawa harus dilengkapi dengan alat transportasi bangunan, pintu dan tangga darurat kebakaran, penangkal petir, jaringan air bersih, saluran pembuangan air limbah, tempat pewadahan sampah, tempat jemuran, kelengkapan pemeliharaan bangunan, generator listrik, jaringan listrik alat pemadam kebakaran dan sistem alarm kebakaran dan kemungkinan pemasangan jaringan telepon serta alat komunikasi lainnya yang sesuai dengan tingkat keperluan.  Satuan rusunawa. Satuan rusunawa harus mempunyai ukuran standar yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan kebutuhan ruang dan ketentuan satuan rusunawa sekurang-kurangnya 18 m 2 dengan lebar muka sekurang-kurangnya 3 m.  Bagian bersama dan benda bersama. Bagian bersama merupakan bagian rumah yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama dalam kesatuan dengan satuan- satuan rusunawa dan dapat berupa ruang umum, struktur, komponen kelengkapan rusunawa dan prasarana lingkungan yang menyatu dengan bangunan rusunawa.  Kepadatan dan tata letak bangunan. 11 Kepadatan bangunan suatu lingkungan rusunawa harus diperhitungkan koefisien dasar bangunan KDB, koefisien lantai bangunan KLB, ketinggian dan kedalamann bangunan serta penggunaan lahan yang bertujuan untuk mencapai optimasi daya guna dan hasil guna tanah.  Prasarana lingkungan. Lingkungan rusunawa harus dilengkapi dengan prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan yang berfungsi sebagai penghubung antara bangunan rusunawa atau keluar lingkungan rusunawa, tempat parkir dan tempat penyimpanan barang.  Fasilitas lingkungan. Lingkungan rusunawa harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas lingkungan yang diantaranya berupa ruangan atau bangunan yang terdiri dari fasilitas perniagaan atau perbelanjaan, lapangan terbuka, pendidikan, kesehatan, peribadatan, fasilitas pemerintah dan pelayanan umum serta pemakaman dan pertamanan.

2.1.3. Studi Kasus

Dalam pembahasan studi kasus atau studi banding bertujuan untuk lebih memahami proyek yang dirancang. Studi banding dapat diambil dari beberapa aspek yaitu, asa

A. Aspek kualitas

Aspek kualitas dari rancangan yang meliputi aspek tampilan, penyelesaian sistem struktur, bentukan massa dan lain-lain.

B. Aspek kuantitas

Aspek kuantitas meliputi fasilitas, kebutuhan ruang, jumlah massa bangunan, luas lahan, luas bangunan, kapasitas pelayanan dan lain-lain. 12 Pada studi kasus dibahas beberapa obyek yang juga memiliki fasilitas-fasilitas penunjang kebutuhan dan kegiatan perumahan. Obyek studi kasus pada perancangan Rusunawa di Surabaya ini yaitu, Rusunawa Sewa Siwalankerto dan Rusunawa Sewa Waru Gunung Surabaya.

2.1.3.1 Rusunawa Siwalankerto Data proyek

Lokasi : Siwalankerto, Surabaya Jumlah unit : 101 unit hunian Pemilik : Pemerintah Propinsi Jawa Timur Dinas Permukiman Pembangunan : Perumnas Regional VI Jawa Timur Luas lahan : ±20.000 m 2 Luas lantai per unit : 18 m 2 + luas tambahan yang dipakai untuk dapur dan . kmwc tiap 2 unit 12 m 2 Rusunawa sewa siwalankerto merupakan kerjasama antara pemerintah Proponsi jawa timur Dinas Permukiman dengan Perumnas Regional VI Jawa Timur. Rusunawa sewa Siwalankerto terdiri dari 7 blok. Dimana pada masing- masing blok berjumlah 5 lantai dan tiap pada 2 blok merupakan zona tersendiri yang masing-masing memiliki ruang terbuka berupa lapangan. Berikut akan dibahas selanjutnya didalam aspek kualitas dan aspek kuantitas.

A. Aspek Kualitas

Tampilan pada Rusunawa ini cukup sederhana namun berkesan bersih dengan pemakaian material yang sesuai dan cukup ekonomis. Fasade bangunan difinishing dengan dinding yang diplester dan dicat dengan warna putih, sehingga pemakaian bata tidak terlihat dan terkesan ”clean” atau bersih 13 Bentukan massa cenderung berupa kotak-kotak yang disusun secara bersilangan pada tapak. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pencahayaan dan penghawaan yang sama dan merata pada setiap blok massa. Dari bentukan yang kotak-kotak inilah ruangan yang terjadi di dalamnya menjadi sangat fungsional sehingga sangat menyadari dari teori Form Follow Function. Sementara pola sirkulasi pada rusunawa ini seperti halnya mayoritas rusunawa yang lain, yaitu menggunakan pola sirkulasi linear. Pola ini memudahkan untuk mengolah dan menempatkan hunian-hunian rusunawa dimana pola ini menempatkan hunian saling berhadapan dalam satu koridor saja. Pola sirkulasi linear dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini. Gambar 2.1 Bentuk trimatra rusunawa Siwalankerto Sumber foto pribadi, 2009 Pola ini mengikuti modul kolom pada rusunawa ini, sehingga tidak dijumpai kolom yang menghalangi jalur sirkulasi. Jalur sirkulasi pada rusunawa memanfaatkan koridor-koridor dalam rusunawa ini yang saling berhubungan. Lebar koridor pada rusunawa mencapai 2.5 m ini terasa cukup sesuai, hal tersebut terasa ketika satu jalur terdapat beberapa orang berpapasan seperti yang terlihat pada gambar 2.3 berikut ini. Gambar 2.2 pola tatanan hunian dalam rusunawa Siwalankerto Sumber data hasil survey, 2009 14 Area balkon yang terdapat di depan unit hunian juga berfungsi sebagai ruang jemur, dimana pakaian, celana, selimut serta jemuran yang lain terpampang menutup balkon. Kejadian seperti ini sering dijumpai dari beberapa rusunawa. Namun secara tidak disadari bahwa hal kecil seperti ini mampu menimbulkan tampilan yang kurang baik dan tampilan yang terkesan kumuh. Pada rusunawa Siwalankerto mencoba memberikan aplikasi untuk masalah jemuran seperti pada gambar 2.3 berikut ini. Gambar 2.3 keadaan koridor bagian dalam rusunawa Siwalankerto Sumber data foto pribadi Gambar 2.4 aplikasi jemran pada balkon rusunawa Siwalankerto Sumber data foto pribadi Pada gambar terlihat dimana tiang jemuran berada di balik dinding balkon sehingga pada balkon luar tidak tersentuh oleh jemuran. Aplikasi tiang jemuran juga tidak mengurangi bentang dari lebar balkon karena mengambil ruang pada sisi dinding balkon dimiringkan. Suasana interior pada rusunawa ini jauh dari kata baik, hal tersebut terlihat dari cukup teraturnya penataan lampu serta kabel-kabel. Selain itu barang-barang dari penghuni rusunawa terlihat cukup rapi dalam penempatannya. Penggunaan dinding sebagai pembatas ruangan rusunawa tidak terlalu banyak ditemui. hanya pada tempat-tempat tertentu dinding digunakan, yaitu pada toilet. Sementara pembatas ruang sebagai penggati dinding menggunakan papan yang sifatnya temporer. Sementara sarana kelistrikan untuk pencahayaan, sikulasi udara, serta penempatan sampah masih belum tertata dengan baik. Hal itu terasa 15 ketika kita berada pada area tengah rusunawa, maka kita akan terasa pengap dan sesak. Pencahayaan mayoritas menggunakan lampu, meskipun ada beberapa titik pada rusunawa yang menggunakan pencahayaan alami. Sistem struktur pada rusunawa ini menggunakan bahan beton, dimana sistem struktur balok dan kolom bekerja sebagai penyalur beban kepada pondasi tiang pancang pada rusunawa ini. Kolom dan balok pada rusunawa ini menggunakan material beton bertulang seperti yang terlihat pada gambar 2.5 berikut ini. Sementara struktur atap pada rusunawa ini menggunakan bahan beton dengan menggunakan material penutup atap Genteng Gambar 2.5 Balok pada langit-langit Sumber data foto pribadi

B. Aspek Kuantitas

Jumlah massa bangunan adalah 7 massa blok rusunawanya dengan pembagian zona pada tiap 2 blok zona A, zona B dan zona C, ditambah dengan massa berupa masjid yang terletak di zona C. Luas lahan ±20.000 m 2 dengan luas bangunan pada 1 blok rusun adalah ±4500 m 2 , sehingga luasan secara keseluruhan massa atau blok 7 buah blok adalah ±31300 m 2 . Fasilitas-fasilitas yang terdapat pada rusunawa Siwalankerto adalah :  Musholla pada tiap blok rusun dan terdapat pada lantai 2 dan 4. 16  Ruang pertemuan pada tiap blok rusun berada di lantai 1.  Parkir motor dan mobil.  Meter air di tiap unit rusunawa.  Kmwc pada tiap 2 unit.  Dapur dan ruang jemur pada tiap 2 unit.  Masjid yang terletak di dekat zona C.  Ruang terbuka dan lapangan sepak bola.  Tempat pembuangan sampah sementara berupa shaft sampah.  Sistem pencegahan kebakaran sederhana. Untuk kebutuhan ruang, pada masing-masing unit berukuran 3 x 6 m sebagai ruang utama. Sedangkan untuk kmwc, dapur dan ruang jemur menjadi satu bagian dari dua buah hunian seperti yang terlihat pada gambar 2.6 berikut ini. Gambar 2.6 denah hunian Sumber data analisa survei, 2009 Pada fasilitas kamar mandi, dapur dan ruang jemur pada rusunawa Siwalankerto masih harus berbagi dengan tetangga. Hal ini dapat mengurangi rasa memiliki rusunawa sehingga dapat mengakibatkan kumuh atau kotornya area tersebut. Pada 17 tiap blok terdapat ruang pertemuan pada lantai 1 dan musholla pada lantai 2 dan 4. Ruang pertemuan disini juga berfungsi sebagai ruang serbaguna bagi warga rusunawa Siwalankerto. Tiap bloknya memiliki tangga yang berjumlah dua buah dan terletak disisi yang berbeda.

2.1.3.2. Rusunawa Waru Gunung Data proyek

Lokasi : Jl. Mastrip IX, Waru Gunung-Karang Pilang, Surabaya Jumlah unit : 12 unit per lantai Pemilik : Pemerintah Propinsi Jawa Timur Dinas Permukiman Pembangunan : Perumnas Regional VI Jawa Timur Luas lahan : ±30.000 m 2 Luas lantai per unit : 21 m 2 Jumlah penghuni : 552 KK 100 telah dihuni Rusunawa Waru Gunung menggunakan sistem sewa dengan tata cara penarikan uang sewa setiap bulan yang dilakukan oleh Pemerintah Kotamadya Daerah ingkat II. Rusunawa Waru Gunung merupakan kerjasama antara pemerintah Proponsi jawa timur Dinas Permukiman dengan Perumnas Regional VI Jawa Timur. Rusunawa Waru Gunung merupakan rusunawa yang diperuntukkan bagi umum. Saat ini penghuni pada rusunawa ini mayoritas bekerja sebagai karyawan industri, namun ada yang bekerja sebagai pegawai swasta dan pegawai negeri. Berikut akan dibahas selanjutnya didalam aspek kualitas dan aspek kuantitas.

A. Aspek Kualitas

Tampilan pada Rusunawa ini cukup sederhana dengan penataan lingkungan yang cukup bagus. Rusunawa Waru Gunung menggunakan arsitektur tradisional jawa dengan bentuk atap limasan. Bentuk atap limasan yang 18 mendominasi seluruh penutup atap tanpa menggunakan atap dek seperti pada tampilan gambar 2.7 berikut ini. Dimana atap ini berfungsi sebagai Hal ini terlihat dengan adanya ruang terbuka di tiap masing-masing twin blok. Dinding bangunan menggunakan finishing plesteran dan cat sehingga pemakaian bata tidak terlihat sama halnya dengan rusunawa Siwalankerto. Pada tiap lantainya diberi sosoran untuk menghindari panas dan hujan secara langsung ke dalam bangunan. Aksen kolom diperlihatkan dengan pemberian warna cat yang berbeda dengan dinding. Sementara pola sirkulasi pada rusunawa ini seperti halnya mayoritas rusunawa yang lain, yaitu menggunakan pola sirkulasi linear. Pola ini memudahkan untuk mengolah dan menempatkan hunian rusunawa. Pola ini mengikuti modul kolom pada rusunawa ini, sehingga tidak dijumpai kolom yang menghalangi jalur sirkulasi. Rusunawa Waru Gunung memiliki balkon yang menerus berupa koridor. Koridor ini juga berfungsi sebagai penghubung dengan tetangga-tetangga sebelah, lebar koridor pada rusunawa ini terasa cukup sesuai karena hal tersebut terasa ketika satu jalur terdapat beberapa orang berpapasan seperti yang terlihat pada gambar 2.8 berikut ini. Gambar 2.7 tampilan Rusunawa Waru Gunung Sumber data foto pribadi 19 Gambar 2.8 denah lantai tipikal lantai 2-5 Sumber data dinas pengelolaan tanah dan bangunan Selain itu koridor ini juga digunakan sebagai jemuran para warga rusunawa yang menyebabkan keadaan tersebut menjadikan image rusunawa sebagai hunian yang kumuh. Sehingga pada rancangan nantinya perlu diperhatikan penempatan jemuran yang tidak mengganggu tampilan luar bangunan. Sistem struktur pada bangunan ini menggunakan struktur rangka, dimana kolom dan balok sebagai penyalur beban pada pondasi tiang pancang dari rusunawa ini. Kolom dan balok pada rusunawa ini menggunakan material beton bertulang. Sementara struktur atap pada rusunawa ini menggunakan rangka batang dengan material baja siku. Sedangkan untuk atap pada balai yang terdapat pada lantai dasar dekat parkir untuk kendaraan bermotor menggunakan pemakaian konstruksi baja tarik dan setengah kuda-kuda. Untuk atap penutupnya masih menggunakan bahan yang sama yaitu asbes seperti yang terlihat pada gambar 2.9 berikut ini. Gambar 2.9 sistem konstruksi pada atap balai Sumber data foto pribadi Sementara sistem pencahayaan pada rusunawa ini cukup baik dengan menggabungkan pencahayaan alami dengan buatan. Pencahayaan alami diperoleh dengan adanya jendela-jendela berukuran besar, sementara pencahayaan diperoleh dari beberapa lampu-lampu. Sementara sistem penghawaan pada rusunawa ini 20 cukup baik, karena bagian depan hunian langsung berhadapan dengan area luar. Untuk material dinding pembatas dari rusunawa ini menggunakan plesteran bata, sementara untuk pembatas dinding yang bersifat temporer mayoritas menggunakan material papan dan kayu. Suasana interior pada rusunawa ini kurang baik, hal tersebut terlihat dari cukup teraturnya penataan lampu serta kabel-kabel. Selain itu barang-barang dari penghuni rusunawa terlihat cukup rapi dalam penempatannya. Penggunaan dinding sebagai pembatas ruangan rusunawa tidak terlalu banyak ditemui. hanya pada tempat-tempat tertentu dinding digunakan, yaitu p ada toilet. Sementara pembatas ruang sebagai penggati dinding menggunakan papan yang sifatnya temporer. Sementara sarana kelistrikan untuk pencahayaan, sikulasi udara, serta penempatan sampah masih belum tertata dengan baik. Hal itu terasa ketika kita berada pada area tengah rusunawa, maka kita akan terasa pengap dan sesak. Pencahayaan mayoritas menggunakan lampu, meskipun ada beberapa titik pada rusunawa yang menggunakan pencahayaan alami.

B. Aspek Kuantitas

Jumlah massa bangunan adalah 10 massa blok atau 5 buah twin blok untuk rusunawanya dengan pembagian zona pada tiap 2 blok Nuri A-Nuri B, Podang A-Podang B, Jalak A-Jalak B, Manyar A-Manyar B, Kutilang A-Kutilang B, ditambah dengan massa berupa masjid yang terletak di zona C. Luas lahan ±30.000 m 2 dengan luas lanai per unit 21 m 2 . Fasilitas-fasilitas yang terdapat pada rusunawa Waru Gunung adalah:  Parkir motor dan mobil.  Meter air di tiap unit rusunawa.  Kmwc pada masing-masing unit hunian.  Dapur dan ruang jemur pada masing-masing unit hunian.  Masjid yang terletak di dekat zona C. 21  Ruang terbuka dan lapangan sepak bola.  Tempat pembuangan sampah sementara berupa shaft sampah.  Sistem pencegahan kebakaran sederhana.  Balai pada tiap blok rusun.  Musholla pada lantai 2 pada setiap blok Untuk kebutuhan ruang, pada masing-masing unit berukuran 7 x 3.8 m sebagai ruang utama. Sedangkan untuk kmwc, dapur dan ruang jemur terdapat pada masing-masing hunian yang terlihat pada gambar 2.10 berikut ini. Pada tiap 3 blok terdapat sebuah balai yang terletak pada lantai dasar dekat parkir kendaraan bermotor. Pada tiap blok terdapat 1 buah tangga yang masing- masing berhadapan dengan blok di depannya. Kekurangan dari rusunawa ini terletak pada tidak adanya shaft sampah, sehingga pembuangan sampah masih kurang terkontrol. Gambar 2.10 denah hunian Sumber data analisa survei, 2009

2.1.3.3. Rusunawa Urip Sumoharjo Data proyek

Lokasi : Jl. Urip Sumoharjo, Surabaya Jumlah unit : 12 unit per lantai Pemilik : Pemerintah Propinsi Jawa Timur Dinas Permukiman Pembangunan : Perumnas Regional VI Jawa Timur 22 Luas lahan : ±30.000 m 2 Luas hunian per unit : 21 m 2 Jumlah penghuni : 552 KK 100 telah dihuni Rusunawa Waru Gunung menggunakan sistem sewa dengan tata cara penarikan uang sewa setiap bulan yang dilakukan oleh Pemerintah Kotamadya Daerah ingkat II. Rusunawa Urip Sumoharjo merupakan kerjasama antara pemerintah Proponsi jawa timur Dinas Permukiman dengan Perumnas Regional VI Jawa Timur. Rusunawa Waru Gunung merupakan rusunawa yang diperuntukkan bagi umum. Saat ini penghuni pada rusunawa ini mayoritas bekerja sebagai karyawan swasta dan perdagangan, namun ada yang bekerja sebagai pegawai negeri. Berikut akan dibahas selanjutnya didalam aspek kualitas dan aspek kuantitas.

C. Aspek Kualitas

Tampilan pada Rusunawa ini cukup sederhana dengan penataan lingkungan yang cukup bagus. Untuk menunjukkan tampak ataupun tipologi dari sebuah bangunan rusunawa yang mengaplikasikan bangunan arsitektur tropis modern, dimana banyak bukaan-bukaan yang minimalis dan menggunakan sun shading sebagai pelindung bangunan dari silau matahari dan tampias hujan. Sun shading disini selain memiliki fungsi juga menambahkan nilai keindahan atau estetika dari tampilan. Bentuk atap pelana yang mendominasi seluruh penutup atap tanpa menggunakan atap dek seperti pada tampilan gambar berikut ini. Gambar 2.11 tampilan rusunawa Urip Sumoharjo Sumber data foto pribadi, 2009 23 Dimana atap ini berfungsi sebagai Hal ini terlihat dengan adanya ruang terbuka di tiap masing-masing blok. Dinding bangunan menggunakan finishing plesteran dan cat sehingga pemakaian bata tidak terlihat sama halnya dengan rusunawa Siwalankerto. Pada tiap lantainya diberi sosoran untuk menghindari panas dan hujan secara langsung ke dalam bangunan. Aksen kolom diperlihatkan dengan pemberian warna cat yang berbeda dengan dinding. Sementara pola sirkulasi pada rusunawa ini seperti halnya mayoritas rusunawa yang lain, yaitu menggunakan pola sirkulasi linear. Pola ini memudahkan untuk mengolah dan menempatkan hunian rusunawa seperti pada gambar 2.12 berikut ini. Pola ini mengikuti modul kolom pada rusunawa ini, sehingga tidak dijumpai kolom yang menghalangi jalur sirkulasi. Rusunawa Urip Sumoharjo memiliki balkon yang menerus berupa koridor. Koridor ini berfungsi sebagai penghubung dengan tetangga-tetangga sebelah, lebar koridor pada rusunawa ini terasa cukup sesuai karena hal tersebut terasa ketika satu jalur terdapat beberapa orang berpapasan. Sehingga pada rancangan nantinya perlu diperhatikan penempatan jemuran yang tidak mengganggu tampilan luar bangunan seperti pada gambar 2.13 berikut ini. Gambar 2.12 denah lantai tipikal lantai 2-5 Sumber data analisa survei, 2009 24 Gambar 2.13 tampilan koridor yang menjadi ruang social Sumber data foto pribadi, 2009 Keadaan koridor cukup bersih, disamping sejuk karena tidak langsung terkena matahari sevara langsung juga keadaan udara yang cukup sejuk. Selain itu, pada koridor rusunawa Urip Sumoharjo merupakan suatu ruang yang menjadi tempat bersosial sekaligus tempat bermain anak-anak. Sistem struktur pada bangunan ini menggunakan struktur rangka, dimana kolom dan balok sebagai penyalur beban pada pondasi tiang pancang dari rusunawa ini. Kolom dan balok pada rusunawa ini menggunakan material beton bertulang. Sementara struktur atap pada rusunawa ini menggunakan rangka batang dengan material baja siku. Sedangkan untuk atap pada balai yang terdapat pada lantai dasar dekat parkir untuk kendaraan bermotor menggunakan pemakaian konstruksi baja tarik dan setengah kuda-kuda. Untuk atap penutupnya masih menggunakan bahan yang sama yaitu asbes. Sementara sistem pencahayaan pada rusunawa ini cukup baik dengan menggabungkan pencahayaan alami dengan buatan. Pencahayaan alami diperoleh dengan adanya jendela-jendela berukuran besar, sementara pencahayaan diperoleh dari beberapa lampu-lampu. Sementara sistem penghawaan pada rusunawa ini cukup baik, karena sirkulasi udara yang bagian depan hunian langsung berhadapan dengan area luar. Untuk material dinding pembatas dari rusunawa ini menggunakan plesteran bata. Suasana interior pada rusunawa ini cukup baik, hal tersebut terlihat dari cukup teraturnya penataan lampu serta kabel-kabel. Selain itu barang-barang dari 25 penghuni rusunawa terlihat cukup rapi dalam penempatannya. Penggunaan dinding sebagai pembatas ruangan rusunawa tidak terlalu banyak ditemui. hanya pada tempat-tempat tertentu dinding digunakan, yaitu p ada toilet. Sementara pembatas ruang sebagai penggati dinding menggunakan lemari atau tirai yang sifatnya temporer. Sementara sarana kelistrikan untuk pencahayaan, sikulasi udara, serta penempatan sampah tertata dengan baik. Hal itu terasa ketika kita berada pada area tengah rusunawa, maka kita akan terasa cukup nyaman. Pencahayaan mayoritas menggunakan tidak menggunakan lampu pada siang hari, meskipun ada beberapa titik pada rusunawa yang menggunakan pencahayaan alami.

D. Aspek Kuantitas

Jumlah massa bangunan adalah 3 massa blok untuk rusunawanya dengan pembagian zona A, zona B dan zona C, ditambah dengan massa berupa musholla yang terletak di di tengah massa bangunan. Luas lahan ±30.000 m 2 dengan luas lantai per unit 21 m 2 . Untuk kebutuhan ruang, pada masing-masing unit berukuran 3 x 7 m sebagai ruang utama. Sedangkan untuk kmwc, dapur dan ruang jemur terdapat pada masing-masing hunian seperti pada gambar 2.14 berikut ini. Gambar 2.14 denah hunian Sumber data analisa survei, 2009 Pada bagian interior salah satu hunian pada rusunawa ini terlihat pengaturan ruangan serta penempatan perabotan-perabotan rumah tangga seperti 26 tempat tidur dan lemari tertata dengan baik dan rapi sehingga mencerminkan suatu hunian yang bersih dan nyaman seperti yang terlihat pada gambar 2.15 berikut ini. Gambar 2.15 tampilan salah satu hunian Sumber data analisa survei, 2009 Pada tiap 3 blok terdapat sebuah balai yang terletak pada lantai dasar dekat parkir kendaraan bermotor. Pada tiap blok terdapat 1 buah tangga yang masing- masing berhadapan dengan blok di depannya. Kekurangan dari rusunawa ini terletak pada tidak adanya shaft sampah, namun pembuangan sampah masih terkontrol yaitu dengan didukung oleh anggota setiap hunian yang mengumpulkan sampah dalam kantong plastik dan dibuang ketika berangkat bekerja. Fasilitas-fasilitas yang terdapat pada rusunawa Urip Sumoharjo adalah:  Parkir motor dan mobil.  Meter air di tiap unit rusunawa.  Kmwc pada masing-masing unit hunian.  Dapur dan ruang jemur pada masing-masing unit hunian.  Masjid yang terletak di dekat di tengah massa.  Ruang terbuka dan lapangan sepak bola.  Tempat pembuangan sampah sementara berupa shaft sampah.  Sistem pencegahan kebakaran sederhana. 27  Perpustakaan. Selain dari fasilitas-fasilitas tersebut diatas, pada Rusunawa Urip Sumoharjo memiliki suatu hal yang merupakan sumber pendapatan baru yaitu adanya food court yang letaknya tepat berada disamping rusunawa Urip Sumoharjo. Pada food court ini terdapat tujuh stan yang masing-masing menjajakan bermacam-macam makanan juga jenis minuman. Gambar 2.15 denah food court Sumber data analisa survei, 2009 Food court setiap malam mampu menarik perhatian masyarakat sekitar untuk datang dan menikmati segala hal yang ada. Dengan penataan stan yang berjajar dan bangku-bangku yang tertata rapi. Gambar 2.16 tampilan food court Sumber data foto pribadi, 2009 28 Pada food court ini, selain pengunjung dapat berkumpul dengan temen-teman dan menikmati makanan yang disediakan pada masing-masing stan juga terdapat hal yang tidak kalah menarik. Di bagian tengah area terdapat panggung kecil yang biasa digunakan sebagai tempat pertunjukkan baik nyanyian maupun acara hiburan lainnya, juga ditambah kolom kecil dengan air mancur di tengahnya sehinggga menimbulkan kesan yang nyaman dan damai. Gambar 2.17 tampilan panggung pada food court Sumber data foto pribadi, 2009

2.1.4. Kesimpulan Hasil Studi

Tampilan dari ketiga rusunawa memiliki bentuk dan tampilan yang sama. Tampilan baik dari rusunawa Siwalan kerto dan rusunawa Waru Gunung menggunakan atap jawa limasan sedangkan rusunawa Urip Sumoharjo yang mengggunakan atap pelana. Penggunaan bahan material pada kedua studi kasus tersebut, pada dinding menggunakan batu bata dengan finishing pengecatan. Selain untuk memberi warna dan kesan kepada setiap mata yang melihatnya, warna tersebut juga memberi nuansa atau ciri khas tersendiri. Hal ini terbukti bahwa pemakaian warna pada tiap-tiap sudut diruangan, warnanya sama atau satu kesatuan. Pencahayaan pada obyek studi kasus menggunakan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pada pencahayaan alami menggunakan jendela yang berfungsi sebagai sarana untuk memasukkan cahaya dan bukan sinar. Pada tiap- 29 tiap jendela terpasang sebuah kaca yang tebalnya sekitar 5mm. Penghawaan hanya menggunakan penghawaan alami. Seperti halnya pencahayaan, penghawaan juga menggunakan jendela ditiap-tiap dindingnya. Jendela dikedua obyek tersebut menggunakan daun pintu, agar dapat dibuka bila diperlukan. Strukturnya menggunakan sistem struktur rangka, bangunan berlantai satu karena lahan yang tersedia cukup luas. Pada bangunan di Indonesia umumnya menggunakan sistem struktur rangka. Dari hasil pengamatan studi kasus, untuk tampilan arsitektural pada bangunan rusunawa ini menggunakan tampilan arsitektur tropis modern yang menyesuaikan dengan kondisi serta kebudayaan dengan lingkungan setempat. Dengan kesimpulan bahwa sebuah karya arsitektur harus mampu berkomunikasi dengan lingkungan serta karakter bangunan dapat mewakili lingkungan dan lebih ramah serta dikenal oleh masyarakat. Untuk besar hunian sangat penting hubungannya dengan kenyamanan. Pada hasil survei ditemui masalah yang menyatakan bahwa ruang terlalu kecil, sehingga kesulitan saat ada penambahan jumlah keluarga. Jadi untuk masalah hunian besar mengikuti besar ruang seperti pada hunian rusunawa Urip Sumoharjo, namun juga disediakan perbaikan masalah tersebut dengan menyiapkan tambahan ruang. Sehingga disediakan bebrapa tipe hunian yang disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga. Sedangkan untuk koridor, merupakan salah satu terjadinya hubungan sosial selain sebagai sirkulasi. Hal ini sering dijumpai pada rusunawa Urip Sumoharjo, dimana koridor menjadi lahan berbincang-bincang dengan tetangga dan tempat bermain bagi anak-anak. Sehingga untuk koridor tidak difungsikan sebagai tempat jemuran karena dapat mengurangi ruang gerak untuk kegiatan sosial. Untuk menambah sisi menarik ini pada rusunawa, maka perencanaannya rusunawa nanti juga dibangun suatu food court seperti yang pada rusunawa Urip Sumoharjo

2.2 Tinjauan Khusus Perancangan

2.2.1 Lingkup Pelayanan

30