C. Hambatan dalam Penerapan Corporate Social Responsibility CSR
Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu “Apakah yang menjadi hambatan-hambatan dalam menerapkan Corporate Social Responsibility pada
UMKM batik di Giriloyo Imogiri Bantul Yogyakarta?” adalah sebagai berikut:
1. Tabulasi Ringkasan Hasil Penelitian
Data mengenai hambatan penerapan kegiatan CSR ini diperoleh melalui dua tahap pengumpulan data. Tahapan yang pertama, data mengenai hambatan
penerapan kegiatan CSR diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap ketua paguyuban. Tujuannya adalah memperoleh gambaran secara umum
hambatan-hambatan yang mungkin dapat timbul dalam penerapan kegiatan CSR. Adapun pokok serta inti dari pertanyaan yang digunakan untuk menggali
informasi mengenai hambatan-hambatan yang mungkin dapat timbul dalam penerapan kegiatan CSR adalah sebagai berikut:
1. Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi hambatan
dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang ekonomi? 2.
Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi hambatan dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang lingkungan?
3. Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi hambatan
dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang Sosial Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan Bekerja?
4. Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi hambatan
dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang Sosial Hak Asasi Manusia?
5. Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi hambatan
dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang Sosial Masyarakat? 6.
Berkaitan dengan tanggung jawab sosial, apa yang menjadi hambatan dalam menerapkan kegiatan CSR di bidang Sosial Tanggung Jawab
Produk? Melalui wawancara dengan menggunakan enam pokok pertanyaan di atas
dan dengan adanya perkembangan pertanyaan yang terjadi pada saat wawancara dengan ketua paguyuban batik di Giriloyo Bapak Nurahmadi, maka dapat
didiperoleh hambatan-hambatan secara umum yang ditemui oleh para UMKM batik saat menerapkan kegiatan CSR. Perkembangan pertanyaan terdapat pada
Lampiran B halaman 107 terkait dengan transkrip wawancara sangat penting dilakukan dengan maksud dan tujuannya untuk menggali informasi yang lebih
dalam berkaitan dengan berbagai macam bentuk hambatan dalam melaksanakan kegiatan CSR. Setelah melakukan wawancara dengan menggunakan 6
pertanyaan pokok serta adanya perkembangan pertanyaan, maka dapat diperoleh hambatan-hambatan dalam melaksanakan kegiatan CSR. Jumlah butir
hambatan-hambatan yang tersedia berdasarkan kategori CSR adalah sebagai berikut; Kategori Ekonomi 3, Kategori Lingkungan 5, dan Kategori Sosial 10.
Berikut ini pada halaman selanjutnya disajikan tabulasi hasil wawancara yang berisi hambatan-hambatan UMKM batik dalam menerapkan kegiatan CSR.
Tabel 5.11 Daftar Hambatan dalam Menerapkan Kegiatan CSR
Kategori Hambatan Dalam Menerapkan CSR
Kutipan Wawancara
Ekonomi 1.
Belum melakukan praktik pembukuan dengan baik.
“Tidak Mas, tidak semuanya. Masih banyak sekali UMKM yang belum pandai dalam membuat pembukuan. Tapi ada juga UMKM
yang sudah membuat pembukuan seperti mengenai data penjualan bulanan, pengeluaran bulanan dan pembayaran biaya-biaya
produksi batik Mas. Tapi tidak banyak Mas yang melakukan pembukuan seperti itu. Taunya mereka kan cuma membatik ya
membatik aja, tidak mau repot masalah pembukuan Mas”. 2.
Tidak pandai dalam mengalokasikan hasil yang diperoleh dari penjualan uang yang
menjadi keuntungan,
uang yang
digunakan sebagai produksi, dan modal ditahan
“Iya Mas. Penyebabnya tidak bisa mengelola keuangan dengan baik salah satunya juga karena tidak membuat pembukuan itu Mas.
Karena pada prinsipnya kebanyakan dari mereka hanya membuat membatik melalui modal seadanya yang dimiliki, lalu berproduksi
batik, dan menjual, seterusnya ya seperti itu Mas”. 3.
Perubahan Iklim yang tidak menentu membuat adanya inkonsistensi jumlah
produksi. “Jadi memang mereka itu kegiatan membatiknya di halaman seperti
itu. Karena memang membatik ini kan menggunakan lilin untuk membentuk pola gambar yang sudah dibentuk sebelumnya
menggunakan pencil Mas. Menggunakan lilin yang masih cair ini juga membutuhkan cuaca yang kering Mas, Agar dapat langsung
kering dikainnya itu Mas. Sudah pasti itu. Biasanya kalau musim-musim hujan terus ada angin
kencang ya pengrajin itu ya tidak melakukan aktivitas produksi membatik itu Mas. Jadi mau tidak mau ya nanti pengaruhnya dihasil
jumlah produk yang dihasilkan”. 80
Kategori Hambatan Dalam Menerapkan CSR
Kutipan Wawancara
Lingkungan 1.
Keterbatasan Sumber Daya Alam sebagai bahan dasar pewarna alami.
“Ya pasti mas. Mahoni itu sekarang udah mulai jarang Mas, apalagi di Imogiri ini Mas. sudah banyak lahan hutan jadi permukiman Mas.
kalau ada lahannya yang nanam dan merawat yang tidak ada. makanya pewarna alaminya itu mahal mas. dan imbasnya ya ke
produk Mas. Tentu harga batik yang menggunakan pewarna alami jau
h lebih mahal dari pada batik warna sistetis Mas”. 2.
Kurangnya kesadaran dalam tindakan pemulihan lingkungan yang rusak.
“Tindakan, saya rasa tidak ada Mas. nyatanya dari dulu sampai sekarang juga seperti itu Mas.
Tidak ada Mas. mereka tidak mau repot masalah limbah dibuangnya kemana mas, apalagi ngurusi sungai itu supaya jadi bening lagi
Mas”. 3.
Kurangnya kesadaran terhadap bahaya limbah hasil produksi.
“Ya kalau dibilang tau itu pasti tau Mas, Cuma kan memang tidak mau repot-repot Mas orang itu, jadi ya asal buang aja ke sungai.
Tindakan, saya rasa tidak ada Mas. nyatanya dari dulu sampai
sekarang juga seperti itu Mas”. 4.
Penggunaan Bahan pewarna kimia yang dapat mencemari lingkungan.
“Ya kalau dibilang berbahaya, ya berbahaya Mas kalau tidak ditampung dan dinetralkan Mas. berbahayanya itu ketika pengrajin
membuang langsung kesaluran-saluran air Mas. Untuk penggunaan pewarna kimia tapi yang masih ditoleransi ya sejenis naptol Mas.
Naptol itu kan pewarna pakaian yang bisa dibilang tidak mencemari lingkungan Mas. itu juga sering digunakan Mas dimana-
mana”. 81
Kategori Hambatan Dalam Menerapkan CSR
Kutipan Wawancara
Lingkungan 5.
Masih terjadi pembuangan limbah hasil produksi kesungai secara langsung tanpa
adanya netralisasi terlebih dulu. “Itu memang kalau pengrajinnya yang susah diberi tau Mas.
beberapa orang ada yang langsung buang sisa pewarnaan ke sungai dan saluran-saluran air Mas dan baunya yang tidak enak itu memang
dari pewarna kimia Mas”. Sosial
1. Tidak ada pemberian penghargaan bagi
karyawan yang bekerja dengan baik. “Tidak ada Mas. disini masih tradisional Mas, tidak ada pemberian
hadiah-hadiahan atau semacamnya kepada karyawan yang bekerja dengan baik. Mereka semua diberi gaji atau upah ya sebesar
pekerjaan yang diselesaikan Mas. Jadi misalnya karyawan tersebut menyelesaikan 2 potong kain batik, ya gajinya atau upahnya sebesar
itu dan biasanya memang masih dibawah UMR daerah bantul Mas”. 2.
Tidak adanya
pemberian jaminan
keselamatan dalam bekerja dan jaminan kesehatan bagi karyawan.
“Tidak ada. BPJS atau Jamkesda itu buat sendiri Mas. tidak ada jaminan kesehatan dari pemilik. Karna kalau biasanya itukan dari
perusahaan besar pasti karyawannya diberikan jaminan kesehatan, kalau di UMKM seperti di giriloyo belum ada mas. pemberian yang
dilakukan masih sebatas pemberian Gaji dan Upah ke
Karyawannya”. 3.
Tidak memberikan pelatihan kerja bagi karyawan baru.
“Tidak ada pelatihan Mas. disini semua yang bekerja membatik, awalnya karena sudah terbiasa untuk membatik.
Membatik disini sudah turun temurun Mas. biasanya dari usia SD atau SMP sudah belajar sendiri Mas untuk membatiknya. Dirumah
Ibu nya biasa membatik, awalnya anak bisa membatik ya dari itu”. 4.
UMKM belum mampu memikirkan dan memberikan
kesejahteraan bagi
karyawan. “Mereka semua diberi gaji atau upah ya sebesar pekerjaan yang
diselesaikan Mas. jadi misalnya karyawan tersebut menyelesaikan 2 potong kain batik, ya gajinya atau upahnya sebesar itu dan biasanya
memang masih dibawah UMR daerah bantul Mas. Soalnya kan
82
Kategori Hambatan Dalam Menerapkan CSR
Kutipan Wawancara
Sosial Lanjutan...
memang jenisnya borongan mas. Karena memang batik disini juga tidak langsung laku Mas. terkadang kita buat selesai itu bulan ini,
bulan 2, nanti laku terjualnya itu bisa bulan mei ata u juni Mas”.
5. UMKM tidak memiliki pengetahuan yang
cukup seputar ketenagakerjaan. “Ya tentu dengan sadar pasti melanggar mas, apalagi anaknya kan
masih SMP mas, umurnya pasti masih 12-14 tahun Mas. Ya tanggapannya susah mas, karena memang anaknya sendiri juga mau
dan dirasa mampu juga, jadi sulit mas untuk tidak menerimanya, apalagi itu masih punya hubungan saudara to Mas. Ya ini kan salah
satunya juga untuk membantu perekonomian warga masyarakat
sekitar Mas. Ya memeang susah Mas”. 6.
Kurangnya UMKM dalam melibatkan organisasi masyarakat dalam proses
bisnis. “Untuk organisasi masyarakatnya itu belum banyak ikut terlibat
dalam proses bisnis Mas, karena ya memang masih menggunakan pengrajinnya semua Mas, mulai dari awal proses produksi sampai
menjadi kain batik yang siap diproduksi dan sampai pada tahap
pemasarannya juga dilakukan sendiri Mas”. 7.
Masih terdapat kecacatan produk akibat ketidaksempurnaan proses pewarnaan.
“Ya kalau dibilang cacat atau rusak atau gagal produk ya tentu ada Mas. namanya juga manusia tentu ada salahnya juga Mas
walaupun udah sering ngelakuin itu.
Seringnya itu pada proses pewarnaan Mas, kalau pewarnaan itu butuh ketelitian Mas, supaya hasil pewarnaannya merata dan tidak
beda warnanya Mas dalam satu kain batik. terus dari racikan pewarnanya juga Mas, itu harus sama, karena nanti kalau beda, ya
hasil warnanya nggak akan sama mas, nah itu sering terjadi
dipengrajin di giriloyo”. 83
Kategori Hambatan Dalam Menerapkan CSR
Kutipan Wawancara
Sosial 8.
Tidak menerapkan syarat kualitas produk yang dihasilkan.
“Tidak ada Mas, untuk standarnya mereka ya kira-kira mas, tidak ada aturan atau takaran pewarnaannya. Karna sudah bertahun tahun
Mas, jadi mereka Cuma kira-kira. Tidak ada mas, untuk syarat hasil produk tidak ada, Cuma untuk
prosedur pembuatan yang ada Mas, seperti langkah-langkah atau
tahapan membatik itu Mas”. 9.
Tidak mengetahui dampak bahaya dari produk yang menggunakan pewarna
kimia. “Ya kalau dibilang berbahaya, ya berbahaya Mas kalau tidak
ditampung dan dinetralkan Mas. Berbahayanya itu ketika pengrajin membuang langsung kesaluran-saluran air Mas. Untuk penggunaan
pewarna kimia tapi yang masih ditoleransi ya sejenis naptol Mas. Naptol itu kan pewarna pakaian yang bisa dibilang tidak mencemari
lingkungan Mas. itu juga sering digunakan Mas dimana-
mana”. 10.
Tidak memberikan label berupa informasi pada produk.
“Untuk informasi mengenai produk belum ada Mas. Biasanya dishowroom itu mereka memberi informasi tersebut secara lisan
Mas. jadi kalau yang beli tidak menanyakan ya tidak tau Mas. Tidak ada Mas, label itu sekedar merek saja Mas, informasi yang
ada dilabel tersebut ya Cuma merek dan tulisan alamat batik seperti itu Mas, untuk bahan-bahan yang digunakan ya seperti itu Mas,
melalui tanya jawab lisan ketika pembeli datang lalu dishowroom
menanyakan”.
84
Setelah tahap pertama selesai selanjutnya adalah tahapan kedua. Ditahap kedua ini hambatan-hambatan secara umum yang ditemui oleh para UMKM saat
melaksanakan kegiatan CSR dalam tabel 5.8 di atas selanjutnya diberikan ke dalam bentuk checklist. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hambatan mana saja
yang sering muncul ketika UMKM melaksanakan kegiatan CSR. Checklist hasil penelitian yang berkaitan dengan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan CSR ini
dapat dilihat pada lampiran C halaman 123. Kedua tahap ini bertujuan untuk memperoleh hambatan yang sering
dihadapi oleh UMKM Batik di Giriloyo dalam melaksanakan program CSR. Pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui hambatan yang sering muncul
adalah dengan menggunakan pemeringkatanrangking terhadap hasil jawaban responden. Hasil dari checklist kuesionerangket terhadap UMKM batik yang
menjadi populasi sasaran dapat dilihat pada lampiran H halaman 144. 2.
Perhitungan Persentase Hambatan-hambatan Penerapan CSR
Variabel hambatan-hambatan penerapan program Corporate Social Responsibility
CSR dalam penelitian ini diukur dengan melakukan persentase jawaban “setuju” pada masing-masing hambatan yang tersedia lalu selanjutnya
melakukan pemeringkatanranking berdasarkan persentase hasil jawaban “setuju” yang diperoleh melalui checklist kuesionerangket. Berikut ini pada
halaman selanjutnya telah dinyatakan tabel persentase atas jawaban 24 UMKM Batik berkaitan dengan hambatan yang ditemui saat melaksanakan
kegiatan CSR.
Tabel 5.12 Persentase Hambatan dalam Menerapkan Kegiatan CSR
Kategori Hambatan Dalam Menerapkan CSR
Jumlah Jawaban Responden
Tidak Berpendapat
Tidak Setuju
Setuju
Ekonomi
1. Belum melakukan praktik pembukuan dengan baik.
4 16,7
9 37,5
11 45,8
2. Tidak pandai dalam mengalokasikan hasil yang
diperoleh dari penjualan uang yang menjadi keuntungan, uang yang digunakan sebagai produksi,
dan modal ditahan 5
20,8 4
16,7 15
62,5 3.
Perubahan Iklim yang tidak menentu membuat adanya inkonsistensi jumlah produksi.
- -
24 100
Lingkungan
1. Keterbatasan Sumber Daya Alam sebagai bahan
dasar pewarna alami. -
- 24
100 2.
Kurangnya kesadaran dalam tindakan pemulihan lingkungan yang rusak.
8 33,3
16 66,7
- 3.
Kurangnya kesadaran terhadap bahaya limbah hasil produksi.
5 20,8
19 79,2
- 4.
Penggunaan Bahan pewarna kimia yang dapat mencemari lingkungan.
7 29,2
17 70,8
-
5.
Masih terjadi pembuangan limbah hasil produksi kesungai secara langsung tanpa adanya netralisasi
terlebih dulu. 6
25 18
75 -
86
Kategori Hambatan Dalam Menerapkan CSR
Jumlah Jawaban Responden
Tidak Berpendapat
Tidak Setuju
Setuju
Sosial
1. Tidak ada pemberian penghargaan bagi karyawan
yang bekerja dengan baik. 4
16,7 -
20 83,3
2. Tidak adanya pemberian jaminan keselamatan
dalam bekerja dan jaminan kesehatan bagi karyawan.
3 12,5
- 21
87,5 3.
Tidak memberikan pelatihan kerja bagi karyawan baru.
7 29,2
2 8,3
15 62,5
4. UMKM
belum mampu
memikirkan dan
memberikan kesejahteraan bagi karyawan. 9
37,5 15
62,5 -
5. UMKM tidak memiliki pengetahuan yang cukup
seputar ketenagakerjaan. 8
33,3 14
58,3 2
8,3 6.
Kurangnya UMKM dalam melibatkan organisasi masyarakat dalam proses bisnis.
4 16,7
20 83,3
- 7.
Masih terdapat
kecacatan produk
akibat ketidaksempurnaan proses pewarnaan.
8 33,3
3 12,5
13 54,2
8. Tidak menerapkan syarat kualitas produk yang
dihasilkan. 9
37,5 9
37,5 6
25 9.
Tidak mengetahui dampak bahaya dari produk yang menggunakan pewarna kimia.
5 20,8
17 70,8
2 8,3
10. Tidak memberikan label berupa informasi pada
produk. 10
41,7 8
33,3 6
25
87
Melalui tabel 5.12 pada halaman sebelumnya dapat diketahui pada persentase jawaban “setuju” menunjukkan bahwa, semakin besar persentase
mendekati atau sama dengan 100 maka hambatan tersebut semakin sering ditemui oleh UMKM batik dalam melaksanakan kegiatan CSR. Begitu pula
sebaliknya, apabila persentase jawaban “setuju” pada hambatan tertentu
semakin mendekati 0, maka hambatan tersebut semakin jarang atau tidak ditemui UMKM batik dalam melaksanakan kegiatan CSR. Sebagai contoh pada
kategori ekonomi, hambatan nomor 3; “
Perubahan Iklim yang tidak menentu membuat adanya inkonsistensi jumlah produksi” memiliki persentase jawaban “setuju”
100. Angka tersebut menunjukkan bahwa 24 UMKM batik merasakan iklim yang tidak menentu membuat hasil produksi menjadi tidak stabil. Pada kategori lingkungan
nomor 2; “Kurangnya kesadaran dalam tindakan pemulihan lingkungan yang rusak” memiliki persentase jawaban “setuju” 0, “tidak setuju” 66,7, “tidak berpendapat”
33,3 . Angka tersebut menunjukkan bahwa 16 UMKM tidak terhambat dalam melakukan pemuliham lingkungan yang rusak dan 8 UMKM batik tidak memberikan
pendapatnya atas hambatan ini.
Untuk menganalisis peringkat yang berkaitan dengan hambatan-hambatan UMKM batik dalam menerapkan program CSR, terlebih dahulu dilakukan
pemeringkatan atau pembuatan ranking. Peringkatranking dibuat berdasarkan persentase jawaban “setuju” yang sudah dihitung sebelumnya berkaitan dengan
hambatan-hambatan yang ditemui oleh UMKM batik dalam melaksanakan kegiatan CSR. Berikut ini adalah peringkatranking hambatan-hambatan dalam
melaksanakan kegiatan CSR berdasarkan tiga kategori CSR yang dinyatakan dalam bentuk tabel.
Tabel 5.13 Peringkat Hambatan-hambatan dalam Menerapkan Kegiatan CSR
Ranking
Pertanyaan Persentase
Setuju Kategori Ekonomi
I Perubahan Iklim yang tidak menentu membuat adanya
inkonsistensi jumlah produksi. 100
II Tidak pandai dalam mengalokasikan hasil yang diperoleh
dari penjualan uang yang menjadi keuntungan, uang yang digunakan sebagai produksi, dan modal ditahan
62,5 III
Belum melakukan praktik pembukuan dengan baik. 45,8
Kategori Lingkungan
I Keterbatasan Sumber Daya Alam sebagai bahan dasar
pewarna alami. 100
II Kurangnya
kesadaran dalam
tindakan pemulihan
lingkungan yang rusak. Kurangnya kesadaran terhadap bahaya limbah hasil
produksi. Penggunaan Bahan pewarna kimia yang dapat mencemari
lingkungan. Masih terjadi pembuangan limbah hasil produksi kesungai
secara langsung tanpa adanya netralisasi terlebih dulu.
Kategori Sosial
I Tidak adanya pemberian jaminan keselamatan dalam
bekerja dan jaminan kesehatan bagi karyawan. 87,5
II Tidak ada pemberian penghargaan bagi karyawan yang
bekerja dengan baik. 83,3
III Tidak memberikan pelatihan kerja bagi karyawan baru.
62,5 IV
Masih terdapat
kecacatan produk
akibat ketidaksempurnaan proses pewarnaan.
54,2 V
Tidak menerapkan syarat kualitas produk yang dihasilkan. 25
Tidak memberikan label berupa informasi pada produk. 25
VI UMKM tidak memiliki pengetahuan yang cukup seputar
ketenagakerjaan. 8,3
Tidak mengetahui dampak bahaya dari produk yang menggunakan pewarna kimia.
8,3 VII
UMKM belum mampu memikirkan dan memberikan kesejahteraan bagi karyawan.
Kurangnya UMKM
dalam melibatkan
organisasi masyarakat dalam proses bisnis.
3. Pembahasan