Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

(1)

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT (STUDI

EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

TESIS

Oleh

OK. SOFYAN HIDAYAT

067017039/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT (STUDI

EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

OK. SOFYAN HIDAYAT

067017039/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DISCLOSURE TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIEN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA) Nama Mahasiswa : OK. Sofyan Hidayat

Nomor Pokok : 067017039

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ak) Ketua

(Drs. Rasdianto, MA, Ak) Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS., MBA., Ak)

Direktur

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 7 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ak

Anggota : 1. Drs. Rasdianto, MA., Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, SE., MAFIS., MBA., Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas dalam daftar pustaka.

Medan, September 2009 Yang membuat pernyataan


(6)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menguji secara empiris apakah pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response Coefficient dimoderasi oleh BETA dan Price to Book Value pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yakni 393 perusahaan dengan sampel yang ditentukan secara purposive yaitu perusahaan yang mengungkapkan laporan Corporate Social Responsibility dalam laporan keuangan selama tahun 2006 dan 2007. Hipotesis pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response Coefficient dengan BETA dan Price to Book Value sebagai variabel moderating diuji dengan menggunakan uji F dan Uji t.

Hasil penelitian secara simultan pengungkapan Corporate Social

Responsibility berpengaruh negatif terhadap Earning Response Coefficient secara signifikan dimoderasi oleh BETA dan Price to Book Value tetapi secara parsial uji t menunjukkan bahwa tidak terbukti pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response Coefficient dimoderasi oleh BETA dan tidak terbukti pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response Coefficient dimoderasi oleh Price to Book Value.

Kata Kunci: Corporate Social Responsibility, Earning Response Coefficient, BETA dan Price to Book Value.


(7)

ABSTRACT

The Purpose of the research to test the influence disclosure of Corporate Social Responsibility toward Earning Response Coefficient was moderated by BETA and Price to Book Value at the company listed on Indonesia Stock Exchange.

The population was all off the company listed on Indonesia Stock Excange about 393 companies. The sample was purposive sampling that disclouse Corporate Social Responsibility in the annual report for 2006 and 2007. The hypothesis was the influeance of corporate social responsibility disclouser to Earning Response Coefficient was moderate by BETA and Price to Book Value tested by F - test.

The result was Corporate Social Responsibility disclouser negativly effect to Earning Response Coefficient Significantly was moderate BETA and Price to Book Value.

Keywords: Corporate Social Responsibility, Earning Response Coefficient, UFOs and Price to Book Value.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas berkah dan karunia dari Allah SWT yang telah memberikan karunia, rezeki dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul Pengaruh Corporate Social Responsibility

Disclosure terhadap Earning Response Coefficient (Studi Empiris pada

Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.

Penulisan tesis ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan Program Magister Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Tesis ini dapat selesai atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dan dalam kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan arahan, bimbingan, koreksi, dan saran kepada penulis dalam proses penelitian sehingga selesainya tesis ini.

4. Bapak Drs. Rasdianto, MA., Ak sebagai Dosen Pembimbing yang telah

memberikan arahan, saran dan bimbingan sehingga selesainya tesis ini.

5. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, SE., MAFIS., MBA., Ak selaku Ketua Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan bertindak sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak membantu memberikan kritik dan saran serta motivasi pada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan bertindak


(9)

sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan saran guna penyempurnaan tesis ini.

7. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB., MM., Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah

banyak memberikan kritik dan saran guna perbaikan dalam penyelesaian tesis ini. 8. Ibu Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak, yang telah banyak memberikan kritik, saran dan

masukan guna perbaikan tesis serta Bapak/Ibu para Staf Pengajar Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah mencurahkan pengetahuannya kepada penulis serta seluruh staf akademik yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama mengikuti pendidikan.

9. Rekan-rekan angkatan 11 atas kekompakan dan dukungannya serta rekan-rekan staf pengajar JA FE Unimed yang telah banyak memberikan dukungan moril kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

10.Kedua Orang tuaku Ayahanda H. OK. Usman (alm) dan ibunda Hj. Djadidah yang menjadi inspirasi bagi penulis dalam menjalani pendidikan ini. Tak lupa terutama kepada istri dan anakku tercinta, Etty Ramadhani Hasibuan, SE., Ak dan OK. Muhammad Shaladin Al Kautsar atas kesabaran, doa, kekuatan dan kasih sayang serta dorongan kepada penulis serta seluruh keluarga yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna

namun besar sekali harapan penulis tesis ini dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan yang menggunakannya.

Medan, September 2009 Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : OK SOFYAN HIDAYAT

2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan/19 Januari 1979

3. Agama : Islam

4. Pekerjaan : Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Medan

5. Alamat Kantor : Jl. Willem Iskandar Pasar V. Medan Estate

6. Alamat Rumah : Jl. Asrama Perumahan Bumi Asri Blok G No. 248

7. No Telepon : 08126584690

8. Pendidikan :

a. SD Swasta Pertiwi Medan, Lulus Tahun 1991

b. SMP Negeri IX Medan, Lulus Tahun 1994

c. SMU Negeri I Medan, Lulus Tahun 1997

d. Sarjana (S-1) Lulus Tahun 2002 pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

e. Pascasarjana (S-2) Lulus Tahun 2009 pada Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Originalitas ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Landasan Teori ... 7

2.1.1. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility - CSR) ... 7

2.1.2. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial ………. 9

2.1.3 Pengungkapan ……… 10

2.1.3.1. Definisi pengungkapan ………. 10

2.1.3.2. Tujuan pengungkapan ……….. 11

2.1.3.3. Luas pengungkapan ……….. 11

2.1.3.4. Kategori pengungkapan ……… 12

2.1.4. Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan. ……. 13 2.1.5. Koefisien Respon Laba (Earning Response Coefficient (ERC)) 14


(12)

2.1.6. BETA ……… 16

2.1.7. Price to Book Value ……… 17

2.2. Review Peneliti Terdahulu ... 18

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 23

3.1. Kerangka Konsep ... 23

3.2. Hipotesis ... 26

BAB IV METODE PENELITIAN ... 27

4.1. Jenis Penelitian ... 27

4.2. Lokasi Penelitian ... 27

4.3. Populasi dan Sampel ... 28

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 29

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 29

4.5.1. Klasifikasi Variabel ……….. 29

4.5.2. Operasionalisasi Variabel. ……… 29

4.6. Metode Analisis Data... 35

4.6.1. Perumusan Model ………. 35

4.6.2. Pengujian Kualitas Data ……… 36

4.6.3. Uji Asumsi Klasik ……… 36

4.6.3.1. Uji multikolinearitas ……… 36

4.6.3.2. Uji heteroskedastisitas……….. 37

4.6.3.3. Uji autokorelasi. ……….. 38

4.6.4. Pengujian Hipotesa ……….. 39

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……….. 41

5.1. Deskriptif Data ……….. 41

5.1.1. Nilai Cumulative Abnormal Return (CAR) ……….. 41

5.1.2. Perhitungan Nilai Unexpected Earning (UE) ……….. 43

5.1.3. Hasil Perhitungan CSR ………. 45

5.1.4. Perhitungan BETA ……… 47


(13)

5.1.6. Deskripsi Statistik ……… 51

5.2. Analisis Data ………. 52

5.2.1. Uji Normalitas Hipotesis I ……… 52

5.2.2. Uji Asumsi Klasik Hipotesis I ... 54

5.2.2.1. Uji multikolinearitas ……… 54

5.2.2.2. Uji heteroskedastisitas ………. 55

5.2.2.3. Uji autokorelasi ……… 57

5.2.3. Uji Normalitas Data Hipotesis II ……….. 57

5.2.4. Uji Asumsi Klasik Hipotesis II ………. 58

5.2.4.1. Uji multikolinearitas ……… 58

5.2.4.2. Uji heterokedastisitas ……… 59

5.2.4.3. Uji autokorelasi ……… 60

5.3. Hasil Analisis ... 60

5.3.1 Pengujian Hipotesis I ……… 60

5.3.2 Pengujian Hipotesis II ……….. 64

5.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

6.1. Kesimpulan ……… 70

6.2. Saran ……….. 71

6.2.1. Keterbatasan Penelitian ……… 71

6.2.2. Saran untuk Penelitian Selanjutnya ... 71


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu... 21

4.1 Definisi Operasional ... 34

5.1 Perhitungan Cumulative Abnormal Return (CAR)... 42

5.2 Perhitungan Unexpected Earning Perusahaan... 43

5.3 Hasil Perhitungan CSR Indeks Perusahaan... 46

5.4 Nilai BETA Perusahaan... 48

5.5 Nilai Price-Book-Value Perusahaan ... 50

5.6 Descriptive Statistics ... 51

5.7 One Sample Kolmogorof-Smirnov Test N=82 ... 52

5.8 One Sample Kolmogorof-Smirnov Test N=69 ... 53

5.9 Coefficient (CAR , UE, CSR, CSR*BETA)... 54

5.10 Coefficient (CAR, CSR, CSR*BETA) ... 55

5.11 Model Summary(b) ... 57

5.12 One Sample Kolmogorof-Smirnov Test... 58

5.13 Coefficient (CAR, CSR, PBV,CSR*PBV)... 58

5.14 Coefficient (CAR, CSR, CSR*PBV) ... 59

5.15 Model Summary(b)... 60

5.16 Model Summary ... 61

5.17 Coefficient(a) ... 61

5.18 Anova (b)... 61

5.19 Model Summary (b)... 62

5.20 Coefficient(a) ... 62

5.21 Anova (b) ... 63

5.22 Model Summary ... 64

5.23 Coefficient(a) ... 64


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Tingkat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 8

3.1 Kerangka Konseptual Teoritis ... 24

4.1 Ilustrasi Daerah Pengambilan Keputusan Tes Durbin-Watson ... 39

5.1 Scatterpot Uji Heteroskedastisitas ... 56


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

I. Data... 75

II. Descriptive Statistics... 77

III. Uji Normalitas Hipotesis I... 78

IV. Uji Asumsi Klasik Hipotesis I... 79

V. Uji Normalitas Data Hipotesis II... 81

VI. Uji Asumsi Klasik Hipotesis II... 82

VII. Pengujian Hipotesis I... 84


(17)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menguji secara empiris apakah pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response Coefficient dimoderasi oleh BETA dan Price to Book Value pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yakni 393 perusahaan dengan sampel yang ditentukan secara purposive yaitu perusahaan yang mengungkapkan laporan Corporate Social Responsibility dalam laporan keuangan selama tahun 2006 dan 2007. Hipotesis pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response Coefficient dengan BETA dan Price to Book Value sebagai variabel moderating diuji dengan menggunakan uji F dan Uji t.

Hasil penelitian secara simultan pengungkapan Corporate Social

Responsibility berpengaruh negatif terhadap Earning Response Coefficient secara signifikan dimoderasi oleh BETA dan Price to Book Value tetapi secara parsial uji t menunjukkan bahwa tidak terbukti pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response Coefficient dimoderasi oleh BETA dan tidak terbukti pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response Coefficient dimoderasi oleh Price to Book Value.

Kata Kunci: Corporate Social Responsibility, Earning Response Coefficient, BETA dan Price to Book Value.


(18)

ABSTRACT

The Purpose of the research to test the influence disclosure of Corporate Social Responsibility toward Earning Response Coefficient was moderated by BETA and Price to Book Value at the company listed on Indonesia Stock Exchange.

The population was all off the company listed on Indonesia Stock Excange about 393 companies. The sample was purposive sampling that disclouse Corporate Social Responsibility in the annual report for 2006 and 2007. The hypothesis was the influeance of corporate social responsibility disclouser to Earning Response Coefficient was moderate by BETA and Price to Book Value tested by F - test.

The result was Corporate Social Responsibility disclouser negativly effect to Earning Response Coefficient Significantly was moderate BETA and Price to Book Value.

Keywords: Corporate Social Responsibility, Earning Response Coefficient, UFOs and Price to Book Value.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.6. Latar Belakang

Perusahaan sebagai lembaga yang berada dalam tatanan kemasyarakatan dituntut untuk memberikan kontribusi sosial bagi lingkungannya. Hal ini didasarkan kepada pendapat bahwa kegiatan perusahaan selain memberikan dampak positif juga memberikan dampak negatif bagi lingkungannya, sehingga diperlukan sebuah mekanisme untuk memberikan manfaat balik bagi lingkungan tempat perusahaan itu beraktivitas. Pemahaman inilah yang mendasari adanya pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility selanjutnya disingkat CSR). Berbagai perusahaan telah melakukan CSR secara sukarela, namun wacana ini semakin mengemuka ketika timbul desakan dari pemerintah untuk mengatur hal tersebut dalam suatu undang-undang. Terlepas dari perlunya sebuah undang-undang untuk mengatur hal tersebut pengungkapan CSR dalam laporan keuangan mengalami peningkatan yang cukup pesat (Sayekti dan Wondabio, 2007).

Dalam era keterbukaan informasi dewasa ini, perusahaan harus dapat lebih memberikan informasi kepada para stakeholder, seperti halnya informasi CSR yang telah disinggung di atas. Banyak perusahaan yang memiliki kemajuan dalam teknologi maupun ekonomi dikritik karena menciptakan permasalahan sosial. Sebagai akibatnya citra perusahaan dapat mengalami kemunduran. Dalam jangka panjang hal ini dapat mengganggu kelangsungan hidup perusahaan yang telah berjalan (Nurdiono,


(20)

2007). Friedman (1962) dalam Sembiring (2003) menyatakan bahwa satu-satunya tanggung jawab sosial bisnis adalah untuk memaksimalkan laba, tidak lagi diterima secara universal.

Dalam perspektif ekonomi perusahaan akan mengungkapkan informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. Pada pandangan yang sangat tradisional informasi tersebut hanya terbatas pada laba, namun sesuai dengan uraian di atas informasi mengenai CSR menjadi suatu informasi yang perlu diungkapkan dalam laporan keuangan. Hal ini akan memberikan legitimasi sosial yang kuat untuk meningkatkan nilai perusahaan jangka panjang.

Penelitian terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) termasuk penelitian terhadap CSR sudah sering dilakukan tetapi hasil penelitian yang diperoleh tidak memberikan kesimpulan yang konsisten. Sayekti dan Wondabio (2007) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa jenis informasi CSR yang diungkapkan semakin bervariasi. Informasi yang ada dalam laporan tahunan merupakan salah satu media komunikasi antara perusahaan dan investor. Healy et al, (2001) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan pengungkapan informasi dalam laporan tahunan yang dilakukan oleh perusahaan dapat mengurangi asimetri informasi dan juga mengurang agency problem. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dapat digambarkan sebagai pengungkapan informasi keuangan dan non-keuangan berhubungan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan sosialnya, yang dinyatakan dalam laporan tahunan perusahaan atau dalam laporan sosial yang terpisah Guthrie dan Mathews (1985) dalam Sembiring (2003).


(21)

Seperti yang telah diungkapkan di atas laba akuntansi berhubungan sangat erat dengan penilaian perusahaan yang dipresentasikan dengan harga saham. Hal ini sesuai penelitian Ball dan Brown (1964) yang sering dijadikan rujukan penelitian keuangan. Penelitian ini merupakan event study respon pasar terhadap penerbitan laporan keuangan di mana informasi utamanya adalah laba. Penelitian dilakukan dengan melihat pergerakan harga saham beberapa hari sebelum dan sesudah penerbitan laporan keuangan. Hasil penelitian ini menunjukkan fluktuasi harga saham yang berbeda antara hari di sekitar penerbitan laporan keuangan dengan hari-hari lain sebelum periode tersebut. Fluktuasi ini merupakan representasi dari respon pasar terhadap harga saham sebagai dasar dari pemahaman Earning Response Coefficient (ERC). ERC didefinisikan sebagai variasi hubungan antara return saham dan laba saham (Dewi, 2003). Nilai ERC ini mengalami penurunan seiring dengan penurunan perhatian orang terhadap nilai laba dan semakin memperhatikan faktor-faktor lain di luar laba termasuk CSR. Secara sederhana penurunan nilai ERC merupakan peralihan perhatian investor dari angka laba kepada informasi lainnya.

Hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa informasi mengenai laba akuntansi direspon secara berbeda oleh pasar (Setiati, 2004). Kualitas laba dipengaruhi oleh berbagai faktor yang antara lain persistensi, pertumbuhan dan prediktabilitas laba akuntansi, risiko beta, struktur modal, ukuran perusahaan, dan pengaruh industri. Sayekti dan Wondabio (2007) meneliti perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk menganalisis pengaruh pengungkapan informasi CSR terhadap ERC. Penelitian ini menyimpulkan tingkat pengungkapan CSR berpengaruh


(22)

negatif terhadap ERC. Sebenarnya hasil ini telah diprediksi oleh Widyastuti (2002) sesuai dengan hipotesa penelitian tersebut namun hasil penelitian empirisnya yang justru menunjukkan pengaruh positif yang signifikan. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat pengaruh pengungkapan CSR terhadap ERC dengan memasukkan BETA dan price to book value (PBV) sebagai variabel moderasi. BETA yang menurut penelitian sebelumnya berpengaruh negatif terhadap ERC dan PBV yang menurut penelitian sebelumnya berpengaruh positif terhadap ERC, digunakan sebagai variabel moderating dalam penelitian ini untuk melihat apakah variabel tersebut mempengaruhi hubungan pengaruh CSR terhadap ERC.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure terhadap

Earning Response Coefficient (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia)”.

1.7. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure terhadap Earning Response Coefficient (ERC) dimoderasi oleh BETA dan Price to Book Value (PBV).


(23)

1.8. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh pengungkapan informasi Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Earning Response Coefficient (ERC) dimoderasi oleh BETA dan Price to Book Value (PBV).

1.9. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:

1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Earning Response Coefficient (ERC). 2. Bagi kalangan akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat memberikan

kontribusi untuk kajian akademik apakah informasi Corporate Social Responsibility (CSR) sudah waktunya diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan atau tidak.

3. Bagi peneliti lanjutan, sebagai referensi dan sebagai bahan perbandingan khususnya dalam mengembangkan penelitian fokus kajian yang sama.

1.10. Originalitas

Penelitian mengenai hubungan ERC dengan CSR masih sangat terbatas dan belum menghasilkan bukti empiris yang konsisten, sehingga dibutuhkan lebih banyak


(24)

lagi penelitian baik dengan perbedaan metode penelitian, perbedaan periode penelitian maupun penyempurnaan dalam hal-hal lainnya. Penelitian ini mereplikasi model penelitian Sayekti dan Wondabio (2007). Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada periode penelitian, di mana pada penelitian Sayekti dan Wondabio (2007) periode yang digunakan adalah tahun 2005. sedangkan pada penelitian ini, periode yang digunakan adalah tahun 2007.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Landasan Teori

2.1.1. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility -

CSR)

Kumalahadi (2000: 59) menyatakan pertanggungjawaban sosial bukan merupakan fenomena yang baru, tetapi merupakan akibat dari semakin meningkatnya isu lingkungan di akhir tahun 1980-an. Pertanggungjawaban sosial merupakan manisfestasi kepedulian terhadap tanggung jawab sosial dari perusahaan. Sejarah telah mencatat perkembangan hubungan organisasi dengan masyarakat yang merupakan dasar pemikiran akuntansi untuk pertanggungjawaban sosial. Pada sisi lain ikatan profesi belum menetapkan standar-standar yang berkaitan dengan akuntansi pertanggungjawaban sosial. Namun demikian, akuntansi untuk pertanggungjawaban sosial telah mengarah pada proses komunikasi pengaruh sosial dan lingkungan kegiatan ekonomi organisasi kepada kelompok kepentingan tertentu dalam masyarakat dan kepada masyarakat luas (Gray, et al dalam Kumalahadi, 2000: 59).

Akuntansi untuk pertanggungjawaban sosial merupakan perluasan

pertanggungjawaban organisasi (perusahaan) di luar batas-batas akuntansi keuangan tradisional, yaitu menyediakan laporan keuangan tidak hanya kepada pemilik modal khususnya pemegang saham. Perluasan ini didasarkan pada anggapan bahwa


(26)

perusahaan memiliki tanggung jawab yang yang lebih luas dan tidak sekedar mencari uang untuk para pemegang saham.

Menurut Darwin (2004) dalam Hasibuan (2001) pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Dengan konsep ini, kendati secara moral tujuan perusahaan untuk mengejar keuntungan adalah sesuatu yang baik, tetapi tidak dengan sendirinya perusahaan dibenarkan untuk mencapai keuntungan itu dengan mengorbankan kepentingan pihak-pihak lain.

Dauman dan Hargreaves (1992) dalam Hasibuan (2001) membagi areal tanggung jawab perusahaan dalam tiga level yang digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Dauman dan Hargreaves (1992, dalam Hasibuan (2001)

Gambar 2.1. Tingkat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Basic Responsibility

Organizational Responsibility


(27)

a. Basic Responsibility

Level ini menghubungkan tanggung jawab awal dari suatu perusahaan yang muncul karena keberadaan perusahaan tersebut, seperti: membayar pajak, mematuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan dan memuaskan pemegang saham. Bila pada level ini tanggung jawab tidak terpenuhi maka akan timbul dampak yang sangat serius.

b. Organizational Responsibility

Level ini menunjukkan tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan stakeholder seperti pekerja, konsumen, pemegang saham dan masyarakat sekitar.

c. Societal Responses

Level ini menjelaskan tahap ketika interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam lingkungannya secara keseluruhan.

2.1.3. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial

Akuntansi adalah bahasa bisnis karena akuntansi memberikan informasi mengenai suatu entitas. Akuntansi memungkinkan terjadi komunikasi antara pihak-pihak yang berkepentingan dalam entitas tersebut. Pihak-pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) menggunakan laporan akuntansi sebagai sumber informasi utama untuk pengambilan keputusan karena pihak-pihak yang berkepentingan juga menggunakan informasi lain untuk pengambilan keputusan mengenai perusahaan.


(28)

Dari uraian di atas jelaslah bahwa dunia bisnis mempunyai hubungan erat dengan akuntansi, sedangkan akuntansi mempunyai hubungan erat dengan lingkungannya yang dapat menyebabkan nilai positif atau nilai negatif tergantung pada individunya bagaimana cara menggunakan akuntansi tersebut. Jadi jelaslah bahwa dunia bisnis merupakan lingkungan sosial yang membentuk akuntansi, dan akuntansi tersebut dibentuk dan tergantung pada lingkungan sosialnya dari sebagian berinteraksi sebagai faktor dan pembentukan lingkungan sosial yang berdampak dari kegiatannya terhadap lingkungan sosial dan orang lain (Hidayat, 2002).

Tidak ada kesepakatan di antara para ahli mengenai definisi yang tepat untuk menggambarkan akuntansi pertanggungjawaban sosial. Bahkan dalam penggunaan istilah pun belum ada keseragaman. Sebagian menyebut akuntansi pertanggung-jawaban sosial dan sebagian lagi menggunakan istilah akuntansi sosial.

2.1.4. Pengungkapan

2.1.3.5. Definisi pengungkapan

Menurut Hendriksen (1996) dalam Zuhroh dan Pande (2003) pengungkapan (disclosure) didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal efisien. Wolk dan Tearney (1980) dalam Marwata (2000: 7) menyatakan ungkapan mencakup penyediaan informasi yang diwajibkan oleh badan berwenang maupun yang secara sukarela dilakukan perusahaan, yang berupa laporan keuangan, informasi tentang kejadian setelah tanggal laporan, analisis manajemen atas operasi perusahaan yang akan datang, prakiraan keuangan dan operasi pada tahun yang akan datang, dan laporan keuangan


(29)

tambahan yang mencakup ungkapan menurut segmen dan informasi lainnya di luar harga perolehan.

2.1.3.6. Tujuan pengungkapan

Tujuan pengungkapan menurut Belkaoui (2000: 219) adalah:

1. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keuangan. 2. Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk menyediakan

ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut.

3. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditor dalam menentukan resiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui.

4. Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk membandingkan antarperusahaan dan antartahun.

5. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa

mendatang.

6. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya.

2.1.3.7. Luas pengungkapan

Keluasan pengungkapan adalah salah satu bentuk kualitas pengungkapan. Hendriksen (1997: 204) menyatakan bahwa tingginya kualitas informasi akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan pengungkapan. Ada tiga konsep mengenai luas pengungkapan yaitu adequate, fair dan full disclosure. Konsep yang paling sering dipraktekkan adalah pengungkapan yang cukup (adequate disclosure),


(30)

yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, di mana pada tingkat pengungkapan ini investor dapat menginterpretasikan angka-angka dalam laporan keuangan dengan benar. Pengungkapan yang fair (fair disclosure) mengandung sasaran etis dengan menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca (investor) potensial. Pengungkapan penuh (full disclosure) merupakan pengungkapan atas semua informasi yang relevan.

Menurut Meek, Roberts dan Gray (1950) dalam Suripto (1998) ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar. Pertama adalah pengungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkap informasi secara sukarela, pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya. Kedua adalah pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pembuatan keputusan oleh pemakai laporan tahunannya.

2.1.3.8. Kategori pengungkapan

Kategori pengungkapan yang dikembangkan dalam wacana akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah kategori yang terkait dengan stakeholders. Menurut Hackston dan Milne (1996) dalam Sembiring (2003) kategori pengungkapan pertanggungjawaban sosial dibagi menjadi tujuh kategori yang meliputi lingkungan, energi, produk/konsumen, masyarakat, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja dan umum. Ketujuh kategori pada awalnya ini terdiri dari 90 item


(31)

pengungkapan (sub kategori). Setelah melakukan penyesuaian dengan kondisi di Indonesia, 12 item dihapuskan sehingga tersisa 78 item pengungkapan.

2.1.8. Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan

Guthrie dan Parker (1990) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis. Banyak teori yang menjelaskan mengapa perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut. Ada tiga teori yang mendukung pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan, yaitu teori agensi, teori legitimasi dan teori stakeholder (Sembiring, 2003: 2).

a. Agency Theory (Teori Agensi), menganalogikan manajemen sebagai agen dari suatu principal, dan pada umumnya principal diartikan sebagai pemegang saham atau traditional users lain. Namun pengertian principal tersebut meluas menjadi seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan. Teori ini menjelaskan agen (manajemen) bekerja untuk stakeholder, dan salah satu pekerjaan mereka adalah memberikan informasi yang terkait dengan usaha yang dijalankan.

b. Legitimacy Theory (Teori Legitimasi), dengan melakukan social disclosure, perusahaan merasa keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi. Dalam perspektif ini, perusahaan akan menghindarkan adanya peregulasian suatu


(32)

aspek, yang dirasakan akan lebih berat dari sisi cost karena mereka melakukan secara sukarela.

c. Stakeholders Theory (Teori Stakeholder), mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholders. Perusahaan berusaha mencari

pembenaran dari para stakeholders dalam menjalankan operasi

perusahaannya. Semakin kuat posisi stakeholders, semakin besar pula kecendrungan perusahaan mengadaptasi diri terhadap keinginan para stakeholdersnya.

Deegan dan Blomquist (2001) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan berbagai alasan perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR secara sukarela, diantaranya adalah karena untuk menaati peraturan yang ada, untuk memperoleh keunggulan kompetitif melalui penerapan CSR, untuk memenuhi ketentuan kontrak pinjaman dan untuk memenuhi ekspektasi masyarakat, untuk melegitimasi tindakan perusahaan, dan untuk menarik investor (Marwata, 1999) pengungkapan sosial yang diungkapkan perusahaan merupakan informasi yang sifatnya sukarela, karenanya perusahaan memiliki kebebasan untuk mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan oleh badan penyelenggara pasar modal. Keluasan tersebut menyebabkan terjadinya keragaman dalam kualitas pengungkapan di antara perusahaan publik.

2.1.9. Koefisien Respon Laba (Earning Response Coefficient (ERC))

Lev (1989) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan laba diyakini sebagai informasi utama yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Palupi


(33)

(2007) menyatakan, laba merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang mendapat banyak perhatian dan banyak penelitian yang membuktikan adanya hubungan yang sangat erat antara laba dengan tingkat return saham perusahaan. Besaran yang menunjukkan hubungan antara laba dan return saham ini yang disebut dengan koefisien respon laba (Earning Response Coefficient- ERC), yang merupakan besarnya koefisien slope dalam regresi yang menghubungkan laba sebagai salah satu variabel bebas dan return saham sebagai variabel terikat.

Menurut Cho dan Jung (1991) dalam Suaryana (2005) ERC mengukur pengaruh dari satu dolar laba kejutan terhadap return saham, dan diukur sebagai slope dalam regresi return abnormal saham dan unexpected earnings. Penman (1992) dalam Palupi (2007) mendeskripsikan koefisien respon laba sebagai koefisien respon laba dalam regresi return terhadap laba. Lev (1989) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan banyak model equity valuation yang hanya menggunakan expected earnings sebagai variabel eksplanatori. Namun demikian, earning itu sendiri memiliki keterbatasan yang mungkin dipengaruhi oleh asumsi perhitungan dan juga kemungkinan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, sehingga dibutuhkan informasi lain selain laba untuk memprediksi return saham perusahaan.

Menurut Scott (2007) dalam Sayekti dan Wondabio, (2007) Earning Response Coefficient (ERC) merupakan koefisien yang mengukur respon abnormal returns sekuritas terhadap unexpected accounting earnings perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Widiastuti, 2006 (dalam Sayekti dan Wondabio, 2007) menyatakan berbagai penelitian telah menguji perbedaan Earning Response


(34)

Coefficient (ERC) terhadap pengumuman laba dengan didasarkan pada premis bahwa tingkat keinformasian laba (informativenes of earnings) akan semakin besar ketika terdapat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan di masa datang. Scott (2000) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan beberapa hal yang menyebabkan respon pasar yang berbeda-beda terhadap laba, yaitu persistensi laba, beta, struktur permodalan perusahaan, kualitas laba, peluang pertumbuhan (growth opportunities), dan informasi harga (informativeness of price).

2.1.10.BETA

Sebelum melakukan investasi seorang investor pasti akan menghitung dahulu tingkat pengembalian yang akan diterima berdasarkan tingkat risiko yang ada dalam investasi tersebut. Setiap orang mempunyai definisi untuk risiko menurut pengertian masing-masing. Menurut Jogiyanto (2003: 266) “Risiko merupakan penyimpangan yang terjadi antara actual return dari yang telah diperkirakan sebelumnya yaitu imbal hasil yang diharapkan sebelumnya (expected return). Jenis-jenis resiko pada umumnya hanya dibagi menjadi dua yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis (Tandelilin, 2003).

Risiko sistematis adalah risiko yang tidak bisa dihilangkan. Dengan kata lain risiko yang pasti terjadi pada semua portofolio. Risiko sistematis biasanya terkait dengan kondisi yang terjadi dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum, misalnya perubahan dalam perekonomian secara makro, risiko tingkat bunga, risiko politik, risiko inflasi, risiko nilai tukar dan risiko pasar. Beta adalah parameter yang digunakan dalam mengukur risiko sistematis. Menurut Suharli (2005) beta dapat


(35)

disimpulkan sebagai pengukur volatilitas suatu risiko sistematis pada sekuritas. Sedangkan menurut Tandelilin (2001: 102) beta merupakan indeks risiko sistematis suatu aktiva atau suatu portofolio aktiva.

Penelitian Collins dan Kothari (1989) dalam Palupi (2007) menunjukkan bahwa risiko berhubungan secara negatif dengan koefisien respon laba. Palupi (2007) menyatakan investor akan mengurangi tingkat risiko yang diterimanya dengan mempertimbangkan risiko spesifik suatu perusahaan dalam keputusan investasinya. Sensivitas investor terhadap informasi mengenai perusahaan beresiko kecil akan lebih besar karena perusahaan dengan risiko kecil lebih dipercaya.

Menurut Scott (2000) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) investor akan menilai laba sekarang untuk memprediksi laba dan return di masa yang akan datang. Jika future return tersebut semakin berisiko, maka reaksi investor terhadap unexpected earnings perusahaan juga semakin rendah. Dengan kata lain jika beta semakin tinggi, maka Earning Response Coefficient (ERC) akan semakin rendah.

2.1.11.Price to Book Value

Darmadji (2001: 141) Price to Book Value atau PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Price to Book Value adalah rasio yang menunjukkan apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Istilah teknisnya apakah saham tersebut overvalued atau undervalued. Makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini Price to Book Value digunakan untuk memproksi growth opportunities (kesempatan bertumbuh).


(36)

Penelitian Collins dan Kothari (1989) dalam Palupi (2007) menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang positif antara kesempatan bertumbuh dan koefisien respon laba. Scott (2000) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan ERC akan lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki growth opportunities. Foster (1986) dalam Setiati (2004) menyatakan, perusahaan bertumbuh mempunyai aliran laba atau kas masa depan yang dinilai sekarang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang tidak bertumbuh. Hal ini menunjukkan bahwa investor yang melakukan investasi pada perusahaan yang bertumbuh mendapatkan return lebih besar. Palupi, (2007) menyatakan penilaian pasar (investor/pemegang saham) terhadap kemungkinan bertumbuh suatu perusahaan nampak dari harga saham yang akan diperolehnya. Pemegang saham akan memberi respon yang lebih besar kepada perusahaan dengan kemungkinan bertumbuh lebih tinggi. Hal ini terjadi karena perusahaan yang mempunyai kemungkinan bertumbuh lebih tinggi akan memberikan manfaat yang lebih tinggi di masa depan investor.

2.4. Review Peneliti Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ERC perusahaan sangat banyak dilakukan. Berbagai penelitian yang melihat faktor-faktor yang mempengaruhi ERC dapat kita lihat dalam review terhadap penelitian-penelitian terdahulu berikut.

Dalam penelitian yang dilakukan Palupi (2007), Koefisien respon laba dipengaruhi oleh resiko sistematik dan persistensi laba berpengaruh positif.


(37)

Sedangkan prediksi laba, kesempatan bertumbuh, ukuran perusahaan dan resiko kegagalan memberikan pengaruh negatif. Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda.

Dalam penelitian yang dilakukan Suryana (2005), perbedaan koefisien respon laba perusahaan yang membentuk komite audit dan perusahaan yang tidak membentuk komite audit. Pengujian yang dilakukan menggunakan metode FSCM dan CRSM menunjukkan hasil yang sama bahwa koefisien respon laba perusahaan yang membentuk komite audit secara statistik lebih besar daripada perusahaan yang tidak membentuk komite audit.

Dalam penelitian yang dilakukan Riyanto (2007), peneliti mengukur apakah ukuran kantor akuntan publik sebagai proxy kualitas audit berpengaruh terhadap koefisien respon laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap koefisien respon laba di mana kantor akuntan publik besar memberikan keyakinan lebih kepada investor. Nilai koefisien respon laba perusahaan yang diaudit kantor akuntan publik besar tidak berbeda secara signifikan dengan nilai koefisien respon laba perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik kecil.

Penelitian ini menggunakan metode uji beda dengan model regresi pooled cross-section model (CRSM).

Penelitian yang dilakukan Suryana (2008) berikutnya coba melihat apakah perusahaan yang menerapkan prinsip akuntansi konservatif memiliki daya prediksi laba dan ERC yang lebih rendah dari pada perusahaan yang tidak menerapkan prinsip


(38)

akuntansi konservatif. Dan hasil penelitian mendukung hipotesis penelitian tersebut. Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda dena uji beda.

Penelitian terakhir yang menjadi acuan dalam penelitian ini ditulis oleh Sayekti dan Wondobio (2007), menuliskan bahwa CSR disclosure berpengaruh negatif terhadap ERC. Penelitian ini menggunakan model regresi ordinary least square (OLS) cross sectional dengan memasukkan varibel control untuk mengontrol variabel pencemar yakni BETA dan Price to Book Value. Penelitian yang akan dilakukan mereplikasi penelitian ini dengan menggunakan data dari tahun yang berbeda dan variabel BETA dan Price to Book Value sebagai variabel moderating.


(39)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.3. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual merupakan penjelasan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pengungkapan informasi dalam laporan tahunan yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat mengurangi asimetri informasi dan juga mengurangi agency problems, sehingga investor diharapkan mempertimbangkan informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan dan proses pengambilan keputusan investor tidak semata-mata didasarkan pada informasi laba saja.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa laba diyakini sebagai informasi utama yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Pada penelitian ini digunakan koefisien respon laba (ERC) sebagai ukuran kualitas laba. Berbagai penelitian telah menguji perbedaan ERC terhadap pengumuman laba dengan didasarkan pada premis bahwa informativeness of earnings akan semakin besar ketika terdapat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan di masa datang. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi ketidakpastian prospek perusahaan di masa datang, maka ERC semakin tinggi. Hal ini secara nyata dapat dilihat bagi perusahaan yang relatif kurang memiliki kepastian, maka respon investor yang digambarkan dengan pergerakan harga saham akan tinggi (ERC tinggi). Pada sisi lain diharapkan jika tingkat pengungkapan tinggi maka tingkat ketidakpastian tersebut akan mengalami


(40)

penurunan, sehingga ERC akan menurun. Salah satu informasi yang diungkapkan tersebut adalah Corporate Social Responsibility (CSR).

Secara ringkas kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini yang menunjukkan hubungan antarvariabel dapat dilihat dalam Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Teoritis

Koefisien respon laba atau ERC didefinisikan sebagai ukuran atas tingkat return abnormal saham dalam merespon komponen unexpected earnings. Respon pasar dalam bentuk harga saham terhadap informasi akuntansi dapat diproksi dengan CAR (Cummulative Abnormal Return). Sedangkan UE (Unexpected Earning) merupakan proksi laba akuntansi yang menunjukkan hasil kinerja perusahaan selama periode tertentu. Earning Response Coefficient (ERC) adalah variabel dependent dalam penelitian ini merupakan koefisien yang diperoleh dari regresi antara proksi

Variabel Dependen

Earning Response Coefficient (ERC)

Variabel Independen

Corporate Social Resonsibility (CSR)

Disclosure

Variabel Moderating

Price to Book Value (PBV)

Variabel Moderating


(41)

harga saham yang (CAR) dan laba akuntansi (UE) sedangkan variabel independen adalah corporate social responsibility (CSR).

CAR = a0 + b1 UE

ERC

Beberapa penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ERC meliputi persistensi laba akuntansi, pertumbuhan laba akuntansi, prediktabilitas laba akuntansi, risiko beta, struktur modal, ukuran perusahaan dan pengaruh industri (Setiati, 2004) serta pengungkapan informasi di dalam laporan keuangan.

Informasi mengenai pertanggungjawaban sosial akan mempengaruhi ERC, di mana semakin lengkap pertanggungjawaban sosial tersebut maka nilai ERC akan semakin kecil. Variabel Corporate Social Responsibility Indeks (CSRI) akan menurunkan nilai ERC. Secara matematis jika CSRI dimasukkan ke dalam regresi sebagai variabel interaksi dengan UE maka nilai koefisien variabel tersebut mengecil, yang berarti ERC menurun. Hasil regresi antara beberapa variabel termasuk regresi antara CAR, UE, CSRI dalam memperoleh nilai ERC dapat mengalami nilai yang kurang tepat karena dipengaruhi variabel lain sehingga diperlukan variabel moderating untuk mempertinggi keakuratan hasil yang diperoleh. Variabel moderating yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Beta dan Price to Book Value.

Beta mencerminkan risiko sistematis investor akan menilai laba sekarang untuk memprediksi laba dan return di masa yang akan datang. Jika future return


(42)

tersebut semakin berisiko, maka reaksi investor terhadap unexpected earnings perusahaan juga semakin rendah. Beta diprediksi mempunyai pengaruh negatif.

Dalam penelitian ini digunakan rasio Price to Book Value untuk memproksi growth opportunities. Perusahaan yang memiliki growth opportunities diharapkan akan memberikan profitabilitas yang tinggi di masa datang, dan diharapkan laba lebih persisten. PBV diprediksi akan mempunyai pengaruh positif terhadap ERC.

3.4. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teoritis, penelitian terdahulu dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesa dalam penelitian ini adalah:

H1 : Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure terhadap Earning

Response Coefficient (ERC) dimoderasi oleh BETA.

H2 : Pengaruh Corporate Sosial Responsibility (CSR) Disclosure terhadap Earning


(43)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.7. Jenis Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan dalam tahapan penelitian yang terstruktur dengan melalui tahapan penelitian yang baik. Tahap awal dimulai dari populasi, identifikasi variabel, definisi operasional, sumber dan teknik pengumpulan data serta selanjutnya penentuan model analisis. Model analisis ini akan digunakan sebagai alat dalam pengujian hipotesa yang diajukan dalam penelitian untuk menarik kesimpulan penelitian.

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh corporate social responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Earning Response coefficient, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian penjelasan (explanotory research) yaitu memberikan penjelasan sebab akibat l atau hubungan antara variabel-variabel serta untuk menganalisis pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya dan untuk menguji hubungan antarvariabel yang dihipotesiskan.

4.8. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terhadap seluruh perusahaan manufaktur yang sudah go public dari tahun 2006 sampai 2007. Data diambil dari beberapa website seperti http://www.jsx.co.id, http://www.e-bursa.com,


(44)

http://www.bapepam.go.id dan website perusahaan yang bersangkutan serta database yang diperoleh terutama Indonesia Capital Market Directory (ICMD).

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan November 2008 sampai bulan Februari 2009, dimulai dari identifikasi masalah, pengumpulan data, analisis data dan penyusunan laporan.

4.9. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok keseluruhan orang, peristiwa atau sesuatu yang ingin diselidiki oleh peneliti. Sedangkan sampel adalah beberapa anggota atau bagian yang dipilih dari populasi (Sularso, 2003: 67).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan dan pengumpulan data sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan purposive sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (Indriantoro dan Supomo, 1993: 130).

Adapun kriteria-kriteria pengambilan sampel adalah:

1. Perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia dan menyajikan pengungkapan pertanggungjawaban sosial dalam laporan tahunan tahun 2006 dan 2007.

2. Laporan tahunan dapat diperoleh/diakses dari internet.


(45)

4.10. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian lapangan ini dikumpulkan data sekunder yaitu laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit oleh auditor independent pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sumber data tersebut diperoleh dari Jakarta Stock Exchange, JSX Statistic, Capital Market Directory 2008, www.yahoo-finance.com serta homepage setiap perusahaan yang terpilih sebagai sampel.

4.11. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

4.5.3. Klasifikasi Variabel

Ada beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini, variabel yang akan diuji adalah:

Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel independen yaitu: Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure. b. Variabel dependen yaitu: Earning Response Coefficient (ERC).

c. Variabel moderating yaitu: BETA dan Price to Book Value (PBV).

4.5.4. Operasionalisasi Variabel

a. Variabel Independen.

1. Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure

Pengungkapan informasi CSR adalah data kualitatif yang diungkapkan perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Content analysis digunakan untuk mengukur pengungkapan informasi CSR. Content


(46)

analysis adalah suatu metoda pengumpulan data melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi yang objektif dan sistematik, seperti kategori isi, telaah, pemberian kode berdasarkan karakteristik kejadian atau transaksi yang terdapat dalam dokumen Supomo (1999, dalam Nurdiono, 2007). Berdasarkan kode tersebut, skala kuantitatif dibuat untuk dapat dianalisa lebih lanjut.

Instrumen pengukuran CSR yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada instrumen yang digunakan oleh Sembiring (2003), yang mengelompokkan informasi CSR ke dalam kategori lingkungan, energi, tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Total item CSR tergantung dari jenis industri perusahaan. Pendekatan untuk menghitung CSR pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan Haniffa et al, 2005 (dalam Sayekti dan Wondabio, 2007). Selanjutnya skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSR adalah sebagai berikut. Haniffa et al, 2005 (dalam Sayekti dan Wondabio, 2007).

CSR =

j ij

n X

Keterangan:

CSR : Corporate Social Resonsibility Disclosure Index perusahaan j nj : Jumlah item untuk perusahaan j, nj  119


(47)

b. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ERC (Earning Response Coefficient). Earning Response Coefficient (ERC) merupakan koefisien yang diperoleh dari regresi antara proksi harga saham dan laba akuntansi. Untuk mendapatkan nilai ERC maka terlebih dahulu dihitung nilai return ekspektasi. Return ekspektasi dihitung dengan cara mengurangkan return sesungguhnya dengan return ekspektasian sebagai berikut:

ARit = Rit – E[Rit]

Keterangan:

ARit = Return tidak normal sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Rit = Return sesungguhnya sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

E[Rit] = Return ekspektasian sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Kemudian dicari nilai CAR (Cummulative Abnormal Return). CAR dihitung secara harian untuk periode 15 bulan, yaitu dari tanggal 1 Januari 2006 sampai 31 Maret 2007. Pengukuran abnormal return dalam penelitian ini menggunakan market adjusted model yang mengasumsikan bahwa pengukuran expected return saham perusahaan yang terbaik adalah return indeks pasar (Pincus, 1993 dalam Sayekti dan Wondabio, 2007). Berikut adalah rumus untuk menghitung abnormal return:

Rit = 1 1    it it it P P P

Rmt =

1 1    t t t IHSG IHSG IHSG


(48)

Keterangan:

ARit = Abnormal return untuk perusahaan pada periode t

Rit = Return harian perusahaan i pada periode t

Rmt = Return indeks pasar pada periode t

Pit = Harga saham perusahaan i pada waktu t

Pit-1 = Harga saham perusahaan i pada waktu t-1

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t

IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t-1

Selanjutnya perhitungan CAR untuk masing-masing perusahaan adalah merupakan kumulasi abnormal return dari masing-masing perusahaan tersebut selama periode 15 bulan.

Unexpected earnings (UE) atau laba kejutan adalah selisih antara laba sesungguhnya dengan laba ekspektasian. Laba ekspektasian diestimasi dengan model acak (random walk model). Model langkah acak mengestimasi laba periode berjalan sama dengan laba periode sebelumnya (Suryana, 2005).

UEit =

1

1 ,    it t i it E E E Keterangan:

UEit = Laba kejutan perusahaan i pada periode t

Eit = Laba akuntansi perusahaan i pada periode t

Eit-1 = Laba akuntansi perusahaan i pada periode t-1

Sesuai dengan Teets dan Wasley, (1996) dan Suwardjono, (1997) dalam Suryana, (2005) menyatakan koefisien respon laba diestimasi dengan model regresi sebagai berikut:


(49)

Keterangan:

CAR = Return tidak normal perusahaan i yang disebabkan oleh peristiwa pengumuman laba.

UEit = Laba kejutan untuk perusahaan i pada pengumuman laba

Y1 = Koefisien respon laba (ERC)

åi = Komponen error dalam model atas perusahaan i

c. Variabel Moderating

Variabel Moderating adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan langsung antarvariabel independen dengan variabel dependen. Variabel moderating yang digunakan dalam penelitian untuk melihat pengaruh sesungguhnya dari variabel yang hendak diuji dalam penelitian.

1. Beta

Beta merupakan parameter yang digunakan dalam mengukur risiko sistematis. Beta diperoleh dengan regresi sederhana dengan mengestimasi model pasar yang menggunakan rumus CAPM (Fitria, 2004):

Rit = ái + âiRmt + åi

Keterangan:

Rit = Return perusahaan i periode t

âi = Beta

Rmt = Return pasar pada periode t

åi = Komponen error dalam model atas perusahaan i

2. Price to Book Value

Menurut Darmadji (2001), Price to Book Value atau PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Price to Book Value dihitung dengan rumus:


(50)

PBV = (BV)) Value (Book Saham Buku Nilai Saham Harga

BV =

Beredar Saham

Jumlah

Ekuitas Total

Tabel 4.1. Definisi Operasional

No Variabel Simbol Definisi Operasional Pengukuran Skala

Earning Response

Coefficient ERC

Koefisien yang diperoleh dari regresi antara proksi harga

saham dan laba akuntansi. UE

Y CAR

ERC  0 Rasio

1

Cummulative Abnormal Return sebagai proksi

dari Earning Response

Coeffisient (ERC)

CAR

Merupakan kumulasi

abnormal return dari

masing-masing perusahaan.

CAR = Y0 + Y1UEit

+ åi Rasio

2

Unexpected Earning

sebagai proksi dari

Earning Response Coeffisient (ERC)

UE

Adalah selisih antara laba sesungguhnya dengan laba ekspektasian.

UEit =

1

1 ,    it t i it E E E Rasio

3 Corporate Social

Responsibility CSR

CSR merupakan data kualitatif perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosial yang

dilakukan. Pengukuran CSR menggunakan content

analyisis dan pendekatan

untuk menghitung CSR pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak.

j ij n X  Rasio 4

BETA BETA

Parameter yang digunakan dalam mengukur risiko sistematis.

Rit = ái + âiRmt + å Rasio

5

Price to Book Value PBV

Menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan.

Harga saham


(51)

4.12. Metode Analisis Data

4.6.5. Perumusan Model

Untuk melihat pengaruh dari pengungkapan informasi corporate social responsibility (CSR) terhadap Earning Response Coefficient (ERC) dimoderasi oleh BETA dan Price to Book Value (PBV), maka variabel independen corporate social responsibility (CSR) akan diinteraksikan dengan variabel moderating BETA dan Price to Book Value (PBV) dalam persamaan regresi dengan model interaksi. Model penelitian dalam penelitian ini terdiri dari dua model persamaan regresi dengan menggunakan analisis linear berganda (Multiple Linear Regression Method).

Model tersebut terdiri dari: Model I:

CAR = b0 + b1UE + b2 (CSR) + b3 (BETA) + b4 (CSR*BETA)

Keterangan:

CAR = Cummulative Abnormal Return

b0 = Konstanta

b1 b2 b3 b4 = Koefisien regresi

UE = Unexpected earningss

CSR = Corporate social responsibility

BETA = BETA

CSR*BETA = Interaksi CSR dan BETA

Model II:

CAR = b0 + b1UE + b2 (CSR) + b5 (PBV) + b6 (CSR*PBV)

Keterangan:

CAR = Cummulative Abnormal Return

b0 = Konstanta


(52)

UE = Unexpected earningss

CSR = Corporate social responsibility

PBV = Price to Book Value

CSR*PBV = Interaksi CSR dan PBV

4.6.6. Pengujian Kualitas Data

Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan model yang disampaikan di atas, maka sesuai dengan syarat metode Ordinary Least Square (OLS), terlebih dahulu akan dilakukan pengujian normalitas dan asumsi klasik yang menurut Gujarati, alih bahasa Sumarno Zain (1995) akan meliputi pengujian multicollinearity, heteroschedasticity, dan autocorrelation.

Asumsi distribusi normal diperiksa dengan menggunakan grafik Normal Probability Plot atau Histogram. Jika data mengikuti garis normal pada grafik Normal Probability Plot maka data diasumsikan berdistribusi normal. Cara lainnya adalah Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov. Pengujian dengan metode ini menyatakan jika nilai Kolmogorov-Smirnov memiliki probabilitas lebih besar dari 0.05 (Santoso, 2005), maka variabel penelitian tersebut dapat dinyatakan berdistribusi normal. Dalam penelitian ini cara yang digunakan adalah pengujian Kolmogorov – Smirnov.

4.6.7. Uji Asumsi Klasik

4.6.7.1.Uji multikolinearitas

Multikolinearitas dapat timbul jika variabel bebas saling berkorelasi satu sama lain, sehingga multikolinearitas hanya dapat terjadi pada regresi berganda. Hal ini mengakibatkan perubahan tanda koefisien regresi serta mengakibatkan fluktuasi yang


(53)

besar pada hasil regresi. Perubahan tanda koefisien regresi ini dapat mengakibatkan

kesalahan menafsirkan hubungan antara variabel sehingga keberadaan

multikolinearitas ini harus diuji (Levin, 1998) supaya dapat dijamin bahwa variabel independen di dalam penelitian tidak saling berkorelasi. Pengujian dapat dilakukan dengan Colinearity Diagnostic serta partial correlation. Indikator yang digunakan adalah melihat nilai collinearity statistics, yaitu nilai variance inflation factor (VIF) lebih besar dari 10 dan nilai tolerance lebih kecil dari 0,10.

4.6.7.2.Uji heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari variabel tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Jika angka signifikan yang diperoleh dari persamaan regresi yang baru lebih besar dari alpha 5%, maka dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika angka signifikan yang diperoleh lebih kecil dari alpha 5%, maka dapat dikatakan terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

Cara pengujian lain adalah dengan membuat diagram plot dari variabel yang digunakan dalam penelitian. Jika diagram plot yang dibentuk menunjukkan pola tertentu maka dapat dikatakan model tersebut mengandung gejala heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk menguji heteroskedastisitas adalah menggunakan diagram plot.


(54)

4.6.7.3.Uji autokorelasi

Autokorelasi adalah suatu kondisi di mana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode lain. Hal ini berarti bahwa variabel gangguan tidak random. Keadaan autokorelasi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam menentukan model, penggunaan lag pada model, tidak memasukkan variabel yang penting. Untuk pengujian ada tidaknya autokorelasi ini, penulis menggunakan uji Durbin Watson. Mekanisme uji Durbin Watson adalah sebagai berikut:

1. Melakukan regresi dengan Ordinary Least Square (OLS), kemudian kita menyimpan residualnya.

2. Menghitung nilai d dengan rumus:

   2 2 1) ( t t t hit e e e d

Apabila model menggunakan lag dari variabel dependen, maka test Durbin Watson yang dilakukan adalah:

p t N N H )] ( 1

[  2 1

 Di mana:

p = 1-1/2d

2t-1 = Varian variabel lag dari variabel dependen.


(55)

3. Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu, diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin Watson untuk berbagai nilai  (diambil langsung dari tabel).

4. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 = Tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif

d < dl = Tolak H0 (ada korelasi positif)

d > 4 - dl = Tolak H0 (ada korelasi negatif)

du < d < 4- du = Terima H0 (Tidak ada autokorelasi)

dl  d  du = Tidak dapat ditarik kesimpulan

(4-du)  d  (4-dl) = Pengujian tidak dapat disimpulkan

Gambar 4.1. Ilustrasi Daerah Pengambilan Keputusan Tes Durbin-Watson (Gujarati, 2003)

4.6.8. Pengujian Hipotesa

Untuk menentukan keputusan menerima atau menolak hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji regresi F-Test. F-test untuk menguji pengaruh simultan variabel independen serta variabel kontrol terhadap

4 - dL

4 - dU 4

dU

dL

0

Tidak tahu

Tidak ada korelasi Tidak tahu


(56)

variabel dependen. Hipotesis dalam penelitian ini diterima jika F-hitung > F-tabel, atau p-value pada kolom sig. < level of significant (á1) 5%.


(57)

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.3. Deskriptif Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa Effek Indonesia (www.idx.co.id). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling.

Sesuai dengan syarat pengambilan sampel bahwa perusahaan yang dijadikan sampel perusahaan adalah perusahaan yang menyajikan laporan keuangan tahun 2006 dan 2007, dan menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan pengungkapan informasi CSR, BETA, dan PBV. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 41 perusahaan dari 393 perusahaan.

5.1.7. Nilai Cumulative Abnormal Return (CAR)

Hasil perhitungan Cumulative Abnormal Return (CAR) dari setiap perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat dari Tabel 5.1. Cumulative Abnormal Return merupakan proksi dari market’s expected earnings. Perhitungan Tabel 5.1 merupakan perhitungan return dengan jangka waktu 15 bulan untuk setiap tahun, sehingga data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah pada periode 02 Januari 2006 sampai 31 Maret 2008. Hal ini berdasarkan temuan Lev (1989) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) bahwa perhitungan Cumulative Abnormal Return yang paling optimal adalah dalam jangka waktu 15 bulan. Berdasarkan Tabel 5.1 dapat


(58)

diketahui bahwa perusahaan yang memiliki nilai Cumulative Abnormal Return tertinggi tahun 2006 adalah PT. Mitra Adi Perkasa (MITI) yakni 9,074 dan yang nilainya terendah adalah PT. Astra Grapia (ASGR) -1,505 sedangkan untuk tahun 2007 yang memiliki nilai tertinggi adalah PT. Bank Bumi Putera Indonesia (BABP) yakni 10,257 dan nilai terendah adalah PT. Astra Grapia (ASGR) yakni -1,068.

Tabel 5.1. Perhitungan Cumulative Abnormal Return (CAR) CAR

No Kode Nama Perusahaan

2006 2007

1 ADMF PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE 0,362 0,654

2 ALFA PT ALFA RETAILINDO 3,188 2,410

3 ANTA PT ANTA EXPRESS TOUR 1,596 2,558

4 ASGR PT ASTRA GRAPIA -1,506 -1,069

5 BABP PT BANK BUMIPUTERA INDONESIA 8,489 10,257

6 BBCA PT BANK CENTRAL ASIA -0,035 -0,566

7 BBNI PT BANK NEGARA INDONESIA -0,081 -0,569

8 BBRI PT BANK RAKYAT INDONESIA 0,160 -0,076

9 BIPP PT BHUWANATALA INDAH PERMAI 0,454 0,328

10 BLTA PT BERLIAN LAJU TANKER 6,315 -0,674

11 BMRI PT BANK MANDIRI 0,055 -0,177

12 BMTR PT GLOBAL MEDIACOM 2,869 1,425

13 BNBR PT BAKRIE & BROTHERS 0,260 1,145

14 BNGA PT BANK NIAGA 0,395 -0,361

15 BNLI PT PERMATA BANK -1,130 -0,293

16 BTEL PT BAKRIE TELECOM 0,169 0,120

17 CMNP PT CITRA MARGA NUSAPHALA PERSADA 0,813 -0,769

18 DILD PT INTILAND DEVELOPMENT 0,121 1,135

19 FAST PT FASTFOOD INDONESIA 0,437 0,623

20 HEXA PT HEXINDO ADIPERKASA -0,388 -0,272

21 IDKM PT INDOSIAR KARYA MEDIA -0,111 0,110

22 ISAT PT INDOSAT -0,311 -0,216

23 JIHD

PT JAKARTA INTERNASIONAL HOTEL &

DEVELOPMENT 0,000 0,090

24 JSPT PT JAKARTA SETIABUDI INTERNASIONAL 0,391 1,279

25 KIJA PT JABABEKA 0,382 -0,487

26 KREN PT KRESNA GRAHA SEKURINDO -0,190 0,702

27 LPGI PT LIPPO GENERAL INSURANCE 4,203 2,360

28 MAPI PT MITRA ADI PERKASA 9,075 -0,680


(59)

CAR

No Kode Nama Perusahaan

2006 2007

30 MITI PT MITRA INVESTINDO (SIWANI TRIMITRA) -0,137 1,861

31 PANR PT PANORAMA SENTRAWISATA 0,345 0,980

32 PJAA PT PEMBANGUNAN JAYA ANCOL 0,794 -0,286

33 PNIN PT PANIN INSURANCE -0,338 -0,453

34 PNLF PT PANIN LIFE -0,070 -0,350

35 RIGS PT RIGS TENDERS INDONESIA 4,960 5,330

36 SCMA PT SURYA CITRA MEDIA 0,324 0,644

37 SIIP PT SURYAINTI PERMATA 0,752 0,005

38 SONA PT SONA TOPAS TOURISM INDUSTRY 1,254 3,301

39 TGKA PT TIGA RAKSA SATRIA 2,038 3,920

40 TKGA PT TOKO GUNUNG AGUNG 2,974 -0,150

41 TRIM PT TRIMEGAH SECURITIES -0,290 0,409

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2009.

5.1.8. Perhitungan Nilai Unexpected Earning (UE)

Hasil perhitungan Unexpected Earning masing-masing perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2. Perhitungan Unexpected Earning Perusahaan UE

No Kode Nama Perusahaan

2006 2007

1 ADMF PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE -0,168 -0,551

2 ALFA PT ALFA RETAILINDO -0,746 -0,893

3 ANTA PT ANTA EXPRESS TOUR -0,163 0,268

4 ASGR PT ASTRA GRAPIA -0,351 0,297

5 BABP PT BANK BUMIPUTERA INDONESIA -7,068 1,605

6 BBCA PT BANK CENTRAL ASIA 7,469 0,058

7 BBNI PT BANK NEGARA INDONESIA -0,265 -0,532

8 BBRI PT BANK RAKYAT INDONESIA -0,105 0,136

9 BIPP PT BHUWANATALA INDAH PERMAI -0,628 -0,872

10 BLTA PT BERLIAN LAJU TANKER -0,465 -0,370

11 BMRI PT BANK MANDIRI -0,751 0,832

12 BMTR PT GLOBAL MEDIACOM -0,695 2,292

13 BNBR PT BAKRIE & BROTHERS 0,353 0,036

14 BNGA PT BANK NIAGA -0,156 0,190

15 BNLI PT PERMATA BANK -0,074 0,598

16 BTEL PT BAKRIE TELECOM -2,986 0,985

17 CMNP PT CITRA MARGA NUSAPHALA PERSADA -0,333 -0,008


(60)

UE

No Kode Nama Perusahaan

2006 2007

19 FAST PT FASTFOOD INDONESIA -0,401 0,488

20 HEXA PT HEXINDO ADIPERKASA 1,480 0,256

21 IDKM PT INDOSIAR KARYA MEDIA -1,474 -0,566

22 ISAT PT INDOSAT 0,151 0,448

23 JIHD

PT JAKARTA INTERNASIONAL HOTEL &

DEVELOPMENT 1,416 2,743

24 JSPT PT JAKARTA SETIABUDI INTERNASIONAL 2,370 -1,748

25 KIJA PT JABABEKA 2,620 -0,167

26 KREN PT KRESNA GRAHA SEKURINDO -0,406 0,814

27 LPGI PT LIPPO GENERAL INSURANCE 9,587 6,781

28 MAPI PT MITRA ADI PERKASA 0,207 0,056

29 MEGA PT BANK MEGA 0,182 2,433

30 MITI PT MITRA INVESTINDO (SIWANI TRIMITRA) 0,263 -1,276

31 PANR PT PANORAMA SENTRAWISATA 90,505 1,857

32 PJAA PT PEMBANGUNAN JAYA ANCOL -0,014 0,116

33 PNIN PT PANIN INSURANCE -0,866 0,126

34 PNLF PT PANIN LIFE -0,392 0,381

35 RIGS PT RIGS TENDERS INDONESIA 2,491 0,822

36 SCMA PT SURYA CITRA MEDIA -0,095 0,756

37 SIIP PT SURYAINTI PERMATA -0,171 0,163

38 SONA PT SONA TOPAS TOURISM INDUSTRY -0,056 1,032

39 TGKA PT TIGA RAKSA SATRIA -0,261 0,784

40 TKGA PT TOKO GUNUNG AGUNG -36,082 -1,304

41 TRIM PT TRIMEGAH SECURITIES 0,002 0,335

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2009.

Untuk mengukur tingkat pengungkapan pertanggungjawaban sosial dalam penelitian ini menggunakan dua proksi. Salah satu proksi untuk mengukur tingkat pertanggungjawaban sosial adalah menghitung laba kejutan atau Unexpected Earning.

Dari Tabel 5.2 dapat dilihat dalam tahun 2006 di mana yang memiliki nilai UE tertinggi adalah PT. Panorama Sentrawisata (PANR) 90,505 dan nilai terendah adalah -36,082 PT. Toko Gunung Agung (TKGA). Untuk tahun 2007 yang memiliki nilai tertinggi adalah PT. Lippo General Insurance (LPGI) yakni 6,781 dan yang memiliki


(61)

nilai terendah di tahun 2007 adalah PT. Jakarta Setia Budi Internasional (JSPT) yakni -1,747

5.1.9. Hasil Perhitungan CSR

Keterikatan perusahaan terhadap lingkungan perusahaan mendorong perusahaan untuk mengoptimalkan terjadinya hubungan yang mendukung antara perusahaan dan lingkungan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya penyajian informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan pengungkapan pertanggungjawaban sosial dapat tersebar melalui:

a. Overview perusahaan (bagian pendahuluan laporan tahunan).

b. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance).

c. Pengembangan sumber daya manusia.

d. Laporan pertanggungjawaban sosial yang disajikan secara terpisah.

Penelitian ini menggunakan 7 kategori penilaian pengungkapan

pertanggungjawaban sosial yang diambil dengan menggunakan sub kategori sebanyak 84 sampai 119 item. Ini diambil dari Hackston dan Milne (1996) yang dimodifikasi oleh Nazli, dkk (2003). Penentuan penilaian pengungkapan CSR didasarkan pada jenis perusahaan, yang dimodifikasi berdasarkan penelitian Sembiring (2005). Checklist item pengungkapan CSR disajikan dalam Lampiran 1.

Nilai CSR Indeks masing-masing perusahaan dapat dilihat dalam Tabel 5.3 berukut ini.


(1)

perusahaan melakukan hal tersebut maka harga saham dari perusahaan tersebut tidak akan mengalami gejolak yang besar. Beberapa saham yang sering dikelompokkan dalam saham kecil yang gampang untuk dipermainkan harganya adalah perusahaan-perusahaan yang diterpa banyak isu. Isu tersebut hanya bisa muncul karena tidak ada pengunkapan informasi yang memadai dari manajemen perusahaan tersebut kepada publik sehingga investor tidak dapat melakukan valuasi saham yang memadai.


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh dari Corporate Social Responcibility (CSR) disclosure terhadap Earning Response Coefficient (ERC) adalah negatif dan signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa investor mengapresiasi laporan CSR yang diungkap dalam laporan tahunan perusahaan. 2. Berdasarkan hasil uji regresi berganda (F-test) dengan taraf signifikansi 5%

menunjukan signifikansi 0,025 < 0,05 tetapi jika dilihat nilai ajusted R2 menunjukkan penurunan dari 0,106 menjadi 0,093 dan secara parsial uji t menunjukkan interaksi CSR* BETA tidak signifikan, hal ini menunjukkan bahwa tidak terbukti bahwa pengaruh Corporate Social Responcibility (CSR) disclosure terhadap Earning Response Coefficient (ERC) dimoderasi oleh BETA.

3. Berdasarkan hasil uji regresi berganda (F-test) dengan taraf signifikansi 5% menunjukkan signifikansi 0,025 < 0,05 tetapi jika dilihat nilai ajusted R2 menunjukkan penurunan dari 0,106 menjadi 0,093 dan secara parsial uji t menunjukkan interaksi CSR* PBV tidak signifikan, hal ini menunjukkan bahwa tidak terbukti bahwa pengaruh Corporate Social Responcibility (CSR) disclosure terhadap Earning Response Coefficient (ERC) dimoderasi oleh PBV.


(3)

6.2. Saran

6.2.1. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu sebagai berikut:

a. Jumlah sampel yang terbatas yaitu hanya 41 laporan tahunan dari 393 perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2006 dan 2007, sehingga belum menggambarkan keadaan yang sesungguhnya dari populasi penelitian.

b. Untuk mengukur cumulative abnormal return dalam penelitian ini hanya dilakukan untuk periode 15 bulan.

c. Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel moderating yaitu BETA dan Price-Book-Value (PBV).

6.2.2. Saran untuk Penelitian Selanjutnya

Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang telah diuraikan, maka penelitian di masa mendatang diharapkan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Penelitian selanjutnya perlu menambah jumlah sampel penelitian agar dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya.

b. Periode penelitian dapat dilakukan dengan diperpanjang menjadi dua periode yaitu periode terpanjang untuk pengukuran Cumulative Abnormal Return (CAR) atau memperpendek periode perhitungan CAR menjadi 12 bulan (satu tahun). Atau sekaligus membandingkan hasil penelitian dengan menggunakan periode perhitungan CAR 12 bulan dan 15 bulan.


(4)

c. Untuk penelitian selanjutnya, dapat mempertimbangkan beberapa variabel-variabel yang berpengaruh terhadap ERC untuk dijadikan sebagai variabel-variabel moderating seperti Leverage, Persistensi, dan Kualitas Laba.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Darmadji, Tjiptono, Fakhruddin M, Hendy. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta:

Salemba Empat.

Dewi, A.A.A. Ratna. 2003. Pengaruh Konservatisme Laporan Keuangan terhadap Earnings Response Coefficient. Simposium Nasional Akuntansi VI, hal. 507-525.

Gozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Gujarati, D. 1995. Basic Econometrics. Third Edition. New York: Mc-Graw Hil, Inc. Hasibuan, Muhammad Rizal. 2001. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap

Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Tahunan Emiten di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Hendriksen, Eldon S. 1997. Teori Akuntansi. Edisi Keempat. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Invesatasi di Pasar Modal. Edisi Ketiga. Jakarta: BPFE.

Kumalahadi. 2000. Perspektif Pragmatik, Lingkungan dan Sosial dalam Laporan Keuangan: Peningkatan Kegunaan dan Pertanggungjawaban. Jurnal Akuntansi, Auditing dan Informasi, Volume 4 No. 1, Juni 2000, hal. 51-66. Marwata. 2000. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan

Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Nachrowi, D Nachrowi. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(6)

Sayekti, Yosefa dan Luovicus Sensi Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning Response Coefficient. Simposium Nasional Akuntansi X. hal. 01-35.

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.

Sembiring, Edi Rismanda. 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jurnal Telaah Akuntansi, Volume: 01 No. 01 Juni 2003, hal. 01-21.

Setiati, Fitria. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba pada Perusahaan Bertumbuh dan tidak Bertumbuh”. Simposium Nasional Akuntansi VII, hal. 914-930.

Suaryana, Agung. 2005. Pengaruh Komite Audit terhadap Kualitas Laba. Simposium Nasional Akuntansi VIII, hal. 147-158.

Suharli, Michell. 2005. Studi Empiris terhadap Dua Faktor yang Mempengaruhi Return Saham pada Industri Food and Beverages di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume: 7 No. 2 Nopember 2005, hal. 99-116.

Sularso, Sri. 2003. Metodologi Penelitian Akuntansi: Sebuah Pendekatan Replikasi. Yogyakarta: BPFE.

Suripto, Bambang. 1998. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Zuhroh, Diana dan I Putu Pande Heri Sukmawati. 2003. Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan terhadap Reaksi Investor (Studi Kasus pada Perusahaan-Perusahaan high-Profile di BEJ). Simposium Nasional Akuntansi VI, hal. 1314-1341.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility Terhadap Tindakan Pajak Agresif Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 -2013

48 518 89

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Csr), Firm Size, Dan Struktur Modal Terhadap Earning Response Coefficient (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013)

0 85 100

Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance, dan pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 179 88

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 38 122

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 68 88

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 71 72

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Struktur Kepemilikan Sebagai Variable Moderating: Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 56 121

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, LEVERAGE, PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN dan MANAJEMEN LABA terhadap NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indone

0 7 147

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY(CSR) TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT (ERC) PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 1 24

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISCLOSURE TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT (ERC) PADA PERUSAHAAN HIGH PROFILE (Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 16