Pembahasan 1. Pengaruh Cadangan Devisa Terhadap Kurs Rupiah Periode 1986-2015

Tabel IV.9 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .917 a .841 .808 1764.474 a. Predictors: Constant, Rasio_Ekspor_Terhadap_Impor, Neraca_Pembayaran, Inflasi, Cadangan_Devisa, Suku_Bunga Sumber : data BI dan BPS, diolah 2016 Hasil perhitungan koefisien determinasi dengan menggunakan SPSS menunjukkan bahwa nilai R square sebesar 0,841. Hal ini berarti bahwa cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor secara bersama-sama memiliki pengaruh sebesar 84,1 terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Sedangkan sisanya 15,9 dijelaskan oleh variabel lain, misalnya jumlah uang beredar dan pendapatan nasional.

C. Pembahasan 1. Pengaruh Cadangan Devisa Terhadap Kurs Rupiah Periode 1986-2015

Hasil pengujian hipotesis pertama tentang pengaruh cadangan devisa terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 menunjukkan bahwa cadangan devisa berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah. Berdasarkan uji hipotesis parsial yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, H ditolak dan H a diterima, yang berarti cadangan devisa berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Cadangan devisa merupakan simpanan mata uang asing yang dikelola oleh Bank Indonesia untuk memenuhi kewajiban keuangan karena adanya transaksi internasional reserve currency. Persoalan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana otoritas moneter bisa mengelola cadangan devisa dengan baik dan aman. Salah satu tujuan pengelolaan cadangan devisa adalah untuk memastikan ketersediaan kecukupan devisa untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Sesuai dengan konstitusi, Bank Indonesia mengelola cadangan devisa dan dalam pengelolaan cadangan devisa, Bank Indonesia melakukan berbagai jenis transaksi devisa. Banyaknya cadangan devisa yang dimiliki oleh Bank Indonesia tetapi tidak dapat membuat kurs menguat secara signifikan dikarenakan adanya mis manajemen pemerintah, artinya pemerintah punya banyak cadangan devisa, tetapi tidak bisa mengelola cadangan tersebut, sehingga kurs tidak menguat secara signifikan. Jika cadangan devisa yang dimiliki oleh Bank Indonesia lebih banyak digunakan hanya untuk membiayai transaksi internasional, dalam hal ini digunakan untuk pembiayaan impor dan melakukan pembayaran utang ke luar negeri, dan tidak banyak digunakan untuk meredam gejolak nilai tukar rupiah atau menstabilkan nilai tukar rupiah, maka kurs atau nilai tukar rupiah akan terdepresiasi atau melemah. Hal ini dikarenakan, banyaknya cadangan devisa yang dimiliki oleh Indonesia tidak dapat dikelola dengan baik dan aman, di mana cadangan devisa tersebut seharusnya digunakan untuk berbagai transaksi devisa, yang tidak hanya untuk keperluan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tetapi juga berbagai transaksi lainnya, salah satunya adalah menstabilkan nilai tukar rupiah, sehingga tidak hanya mampu membiayai kewajiban luar negeri, tetapi juga nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dapat menguat atau lebih stabil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika cadangan devisa yang dimiliki oleh Indonesia lebih banyak digunakan untuk pembayaran kewajiban luar negeri tanpa diimbangi dengan upaya untuk menstabilkan kurs rupiah, maka cadangan devisa yang banyak tersebut tidak dapat membuat kurs atau nilai tukar rupiah dapat terapresiasi atau menguat secara signifikan. Dengan kata lain, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat akan melemah.

2. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Kurs Rupiah Periode 1986-2015

Hasil pengujian hipotesis kedua tentang pengaruh suku bunga terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 menunjukkan bahwa suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah. Berdasarkan uji hipotesis parsial yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi 0,186 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, H diterima dan H a ditolak, yang berarti suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Suku bunga yang tinggi dapat digunakan sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan dan juga sebagai kontrol yang dilakukan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar. Akan tetapi, suku bunga yang tinggi tidak cocok bagi iklim usaha. Hal ini dikarenakan, hampir semua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI usaha di sektor riil tidak terlepas dari kredit perbankan, di mana para pengusaha tersebut membutuhkan dana tambahan untuk usahanya. Dengan demikian, suku bunga yang tinggi mengakibatkan pinjaman menjadi lebih mahal sehingga memperlambat perkembangan dunia usaha. Suku bunga yang tinggi juga dapat menjadi ancaman bagi perekonomian Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi menjadi tidak berkualitas, dikarenakan investasi dari sektor riil sangat rendah. Suku bunga yang tinggi tidak cukup menjadi daya tarik bagi investor asing, dikarenakan adanya berbagai faktor nonekonomi yang mempengaruhinya, diantaranya iklim usaha yang tidak kondusif, biaya yang harus dikeluarkan, biaya ijin, dan lain sebagainya. Dengan demikian, walaupun tingkat suku bunga tinggi tidak cukup menjadi daya tarik bagi investor asing untuk menginvestasikan dananya ke dalam negeri, sehingga suku bunga yang tinggi tidak menyebabkan kurs rupiah menguat atau terapresiasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Noor, 2011 yang berjudul pengaruh inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap nilai tukar. Penelitian ini menganalisis pengaruh ketiga faktor ekonomi, yaitu inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta untuk mengetahui hubungan kausalitasnya. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, semua variabel bebas, yaitu suku bunga, inflasi, dan jumlah uang beredar tidak signifikan terhadap variabel tak bebas, dalam hal ini perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika secara parsial atau terpisah.

3. Pengaruh Inflasi Terhadap Kurs Rupiah Periode 1986-2015

Hasil pengujian hipotesis ketiga tentang pengaruh inflasi terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah. Berdasarkan uji hipotesis parsial yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi 0,138 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, H diterima dan H a ditolak, yang berarti inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Inflasi tidak selamanya membawa dampak yang buruk bagi perekonomian suatu negara. Jika inflasi yang terjadi dalam suatu negara tergolong dalam jenis inflasi ringan, di mana laju inflasinya tiap tahun di bawah 10, justru dapat menggalang perkembangan ekonomi. Hal ini dikarenakan harga barang-barang lebih mudah mengalami kenaikan daripada tingkat upah. Keadaan seperti ini menyebabkan di dalam masa inflasi ringan tersebut, keuntungan para pengusaha menjadi bertambah besar karena penghasilannya bertambah lebih cepat dari kenaikan ongkos produksi. Dengan demikian, para pengusaha akan terdorong untuk meningkatkan kegiatan mereka dan lebih banyak melakukan penanaman modal. Langkah para pengusaha ini akan mengurangi pengangguran dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Inflasi yang ringan juga mempunyai pengaruh yang positif untuk mendorong perekonomian berkembang lebih baik, dengan meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang lebih bergairah untuk bekerja, menabung, maupun mengadakan investasi. Data inflasi Indonesia periode 1986-2015 menunjukkan bahwa 80 inflasi nasional berada dalam kategori inflasi ringan, sehingga orang tidak tertarik untuk membeli barang dari luar negeri. Kenaikan barang di dalam negeri tidak signifikan untuk membuat orang beralih mengimpor barang dalam negeri dari negara lain, sehingga nilai nilai tukar rupiah tidak melemah secara signifikan. Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015, dikarenakan saat inflasi yang melanda Indonesia tergolong dalam inflasi yang ringan, maka hal tersebut tidak berdampak buruk bagi kondisi perekonomian nasional tetapi berdampak positif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Noor, 2011 yang berjudul pengaruh inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap nilai tukar. Penelitian ini menganalisis pengaruh ketiga faktor ekonomi, yaitu inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta untuk mengetahui hubungan kausalitasnya. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, semua variabel bebas, yaitu suku bunga, inflasi, dan jumlah uang beredar tidak signifikan terhadap variabel tak bebas, dalam hal ini perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika secara parsial atau terpisah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Kurs Rupiah Periode 1986- 2015

Hasil pengujian hipotesis keempat tentang pengaruh neraca pembayaran terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 menunjukkan bahwa neraca pembayaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah. Berdasarkan uji hipotesis parsial yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi 0,033 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, H ditolak dan H a diterima, yang berarti neraca pembayaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Neraca pembayaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015, dikarenakan neraca pembayaran yang surplus menggambarkan keadaan ekspor yang lebih besar daripada impor, sehingga jika lebih banyak ekspor daripada impor berarti lebih banyak valuta asing yang masuk dalam negeri, sehingga bertambahnya valuta asing di dalam negeri mengakibatkan nilai tukar rupiah akan terapresiasi atau menguat. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa neraca pembayaran yang surplus mencerminkan adanya aliran valuta asing yang masuk dalam perekonomian negara tersebut, baik melalui transaksi barang dan jasa maupun aset, sehingga menyebabkan bertambahnya valuta asing di negara tersebut dan mengakibatkan terjadinya apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing.

5. Pengaruh Rasio Ekspor Terhadap Impor Terhadap Kurs Rupiah periode 1986-2015

Hasil pengujian hipotesis kelima tentang pengaruh rasio ekspor terhadap impor terhadap kurs rupiah periode 1986-2015 menunjukkan bahwa rasio ekspor terhadap impor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah. Berdasarkan uji hipotesis parsial yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, H ditolak dan H a diterima, yang berarti rasio ekspor terhadap impor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Rasio ekspor terhadap impor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015, di mana jika rasio ekspor terhadap impor meningkat, maka kurs akan melemah. Hal ini bertolak belakang atau tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa jika ekspor meningkat lebih cepat daripada impor, maka kurs akan menguat dikarenakan ekspor menyebabkan permintaan mata uang rupiah meningkat sehingga kurs rupiah akan menguat. Peningkatan ekspor tidak membuat kurs menguat secara signifikan atau dengan kata lain kurs akan terdepresiasi atau melemah, dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya tingginya nilai ekspor juga diikuti dengan tingginya nilai impor. Selain itu, ekspor yang banyak dilakukan oleh Indonesia merupakan ekspor barang mentah dan bukan dalam bentuk ekspor barang jadi. Tingginya nilai ekspor yang juga diikuti dengan tingginya nilai impor menyebabkan kurs tidak menguat secara signifikan atau dengan kata lain nilai tukar rupiah akan terdepresiasi atau melemah. Peningkatan ekspor menyebabkan permintaan akan mata uang rupiah juga meningkat. Akan tetapi, jika peningkatan ekspor tersebut juga diikuti dengan peningkatan impor menyebabkan permintaan akan mata uang asing juga tinggi, sehingga kurs rupiah akan melemah. Ekspor barang atau komoditas yang dilakukan oleh Indonesia lebih banyak pada ekspor barang mentah dan bukan barang jadi, di mana barang mentah tersebut memiliki nilai yang lebih rendah atau tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan ekspor barang jadi, sehingga peningkatan ekspor tersebut tidak membuat kurs rupiah menguat secara signifikan. Sedangkan di satu sisi, Indonesia banyak melakukan impor barang jadi, di mana barang jadi tersebut memiliki nilai yang tinggi dibandingkan barang mentah. Sehingga walaupun ekspor Indonesia meningkat, kurs rupiah akan melemah, di mana nilai ekspor barang mentah yang dilakukan oleh Indonesia tersebut tidak sebanding dengan tingginya nilai impor barang jadi yang dilakukan oleh Indonesia, sehingga kurs rupiah akan melemah. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa peningkatan ekspor tidak membuat kurs atau nilai tukar rupiah akan menguat secara signifikan, jika peningkatan ekspor tersebut juga diikuti dengan peningkatan impor yang dilakukan oleh Indonesia dan jika barang yang di ekspor tersebut berupa barang mentah dan bukan barang jadi, di mana barang tersebut memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan barang jadi. 6. Pengaruh Cadangan Devisa, Suku Bunga, Inflasi, Neraca Pembayaran, dan Rasio Ekspor Terhadap Impor Terhadap Kurs Rupiah Periode 1986-2015 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan pada kelima variabel, yaitu cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor periode 1986-2015 menunjukkan bahwa cadangan devisa, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Sedangkan suku bunga dan inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Hal tersebut didukung oleh hasil perhitungan F hitung sebsar 25,375 dan F tabel sebesar 2,62. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis, apabila F hitung lebih besar daripada F tabel, maka H ditolak dan H a diterima. Sebaliknya, jika F hitung lebih kecil daripada F tabel, maka H diterima dan H a ditolak. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, terlihat bahwa F hitung lebih besar dari F tabel 25,375 2,62. Dengan demikian, H ditolak dan H a diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cadangan devisa, suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, dan rasio ekspor terhadap impor secara bersama- sama berpengaruh terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. Walaupun, variabel suku bunga dan inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kurs rupiah periode 1986-2015. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN