gejolak yang berlebihan, di mana nilai tukar rupiah berfluktuasi amat cepat. Banyak faktor yang akhirnya menyebabkan nilai tukar rupiah
merosot tajam, mulai dari aksi ambil untung oleh para pelaku pasar uang serta tingginya permintaan dollar Amerika Serikat oleh
perusahaan domestik untuk membayar hutang-hutang luar negeri mereka yang telah jatuh tempo.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah
1. Cadangan Devisa Posisi cadangan devisa suatu negara biasanya dinyatakan aman
apabila mencukupi kebutuhan impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan. Jika cadangan devisa yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan
untuk tiga bulan impor, maka hal itu dianggap rawan. Tipisnya persediaan valuta asing suatu negara dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi
negara yang bersangkutan. Bukan saja negara tersebut akan kesulitan mengimpor barang-barang yang dibutuhkan dari luar negeri, tetapi juga
memerosotkan kredibilitas mata uangnya. Kurs mata uangnya di pasar valuta asing akan melemah. Apabila posisi cadangan devisa itu terus
menipis dan semakin menipis, maka dapat terjadi “rush” terhadap valuta asing di dalam negeri. Menghadapi keadaan demikian, sering terjadi
pemerintah negara yang bersangkutan akhirnya terpaksa melakukan devaluasi Dumairy, 1996:107. Makin menipisnya cadangan devisa juga
merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kerentanan ekonomi Indonesia, yaitu makin memperburuk kondisi perekonomian nasional.
2. Suku Bunga Menurut Krugman 2000:73 dalam Oktavia, dkk 2013:154,
kenaikan suku bunga domestik akan menyebabkan apresiasi kurs suatu negara, sedangkan kenaikan suku bunga luar negeri akan menyebabkan
kurs domestik mengalami depresiasi terhadap kurs negara lain. Hal ini sesuai dengan Imamudin dalam Oktavia, dkk 2013:154 yang
mengemukakan bahwa peningkatan suku bunga domestik, maka akan menyebabkan mata uang domestik akan menguat. Sebaliknya, jika tingkat
suku bunga domestik turun, maka mata uang domestik atau kurs akan melemah.
Perubahan pada suku bunga relatif mempengaruhi investasi pada sekuritas asing, yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata
uang, sehingga akan mempengaruhi kursnilai tukar Perdana, dkk, 2014:3. Menurut Arifin 1998:4 dalam Triyono 2008:159, pengetatan
moneter yang mendorong peningkatan suku bunga akan mengakibatkan apresiasi nilai tukar karena adanya pemasukan modal dari luar negeri.
Hubungan antara suku bunga relatif dan nilai tukar antara dua negara dijelaskan oleh teori dampak fisher internasional international
fisher effect-IFE. Menurut Berlianta 2005:20 dalam Puspitaningrum, dkk 2014:4, teori international fisher effect menunjukkan pergerakan
nilai mata uang satu negara dibanding negara lain disebabkan oleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua negara tersebut. Implikasi international fisher effect adalah orang tidak bisa menikmati
keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana ke negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi, karena nilai mata uang
negara yang suku bunganya tinggi akan terdepresiasi sebesar selisih bunga nominal dengan negara yang memiki suku bunga nominal lebih rendah.
Perbedaan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan jumlah investasi di suatu negara, baik yang berasal dari investor domestik
maupun dari investor asing, khususnya pada jenis investasi portofolio yang umumnya berjangka pendek. Perubahan tingkat suku bunga ini akan
berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di pasar uang domestik. Apabila dalam suatu negara terjadi peningkatan aliran
modal masuk capital inflows dari luar negeri, hal ini meyebabkan terjadinya perubahan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata
uang asing di pasar valuta asing Madura, 2000 dalam Murdayanti 2012:120.
3. Inflasi Salah satu penyebab inflasi adalah karena jumlah uang yang
beredar meningkat. Jumlah uang beredar mengakibatkan meningkatnya inflasi domestik dan selanjutnya nilai tukar rupiah menurun, jika kebijakan
moneter bersifat ekspansif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Inflasi yang terjadi di suatu negara dapat menurunkan nilai mata uangnya. Kenaikan harga-harga inflasi menyebabkan penduduk negara
tersebut semakin banyak mengimpor dari negara lain, sehingga permintaan akan valuta asing bertambah. Di lain pihak, ekspor negara tersebut
bertambah mahal dan ini akan mengurangi permintaannya, sehingga akan menurunkan penawaran valuta asing Sukirno, 1981:295.
Tingkat inflasi yang tinggi dapat melemahkan nilai tukar mata uang suatu negara. Selain itu, tingkat inflasi yang tinggi dapat memicu
bertambahnya nilai impor. Menurut Madura 2006:299 dalam Puspitaningrum
2014:3, perubahan
dalam laju
inflasi dapat
mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional. Jika inflasi suatu negara meningkat, permintaan atas mata uang negara tersebut menurun,
dikarenakan ekspornya juga turun disebabkan harga yang lebih tinggi. Menurut Charles, et al dalam Oktavia, dkk 2013:154, hubungan
inflasi dengan nilai tukar adalah positif. Berdasarkan pendekatan purchasing power parity, bila terjadi peningkatan inflasi, maka untuk
mempertahankan keseimbangan law of one price, nilai tukar harus terdepresiasi. Teori purchasing power parity juga mengatakan bahwa
negara yang mata uangnya mengalami tingkat inflasi yang tinggi seharusnya mengurangi nilai mata uangnya relatif terhadap mata uang
dengan tingkat inflasi yang lebih rendah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Neraca Pembayaran Posisi Balance of Payment BOP atau neraca pembayaran sangat
berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Balance of Payment dan Balance of Trading
mencerminkan arus uang masuk dan keluar dari suatu negara. Neraca pembayaran yang surplus mencerminkan adanya aliran valuta asing yang
masuk dalam perekonomian negara tersebut, baik melalui transaksi barang dan jasa maupun aset, sehingga menyebabkan bertambahnya valuta asing
di negara tersebut dan mengakibatkan terjadinya apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing.
Neraca pembayaran yang defisit menandakan telah terjadinya aliran dana keluar neto ke luar negeri sehingga terjadi exess demand
terhadap valuta asing dan ini mengakibatkan melemahnya mata uang domestik. Neraca pembayaran yang surplus menggambarkan keadaan
ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan impor. Ketika ekspor meningkat, maka arus uang yang masuk dalam bentuk valuta asing ke
dalam negeri semakin besar Muchlas, 2015:78. 5. Rasio Ekspor terhadap Impor
Rasio ekspor terhadap impor menunjukkan perbandingan nilai ekspor terhadap impor. Jika ekspor meningkat lebih cepat dibandingkan
impor, maka nilai tukar mata uang suatu negara cenderung menguat atau apresiasi. Hal ini dikarenakan, semakin tinggi nilai ekspor akan berdampak
pada tingginya permintaan terhadap rupiah sehingga nilai tukar rupiah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akan menguat atau apresiasi. Sebaliknya, jika impor meningkat lebih cepat dibandingkan ekspor, maka nilai tukar mata uang suatu negara akan
melemah atau terdepresiasi. Hal ini dikarenakan, semakin tinggi nilai impor mengakibatkan permintaan terhadap mata uang asing meningkat,
yang pada akhirnya berdampak pada melemahnya nilai tukar rupiah. Menurut Sukirno 2013:402, perubahan dalam permintaan dan
penawaran suatu valuta, yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh banyak faktor, yaitu:
1. Perubahan Dalam Citarasa Masyarakat Perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi atas
barang-barang yang diproduksi di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan
mengimpor berkurang dan dapat meningkatkan ekspor. Perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk
mengimpor bertambah
besar. Perubahan-perubahan
ini akan
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. 2. Perubahan Harga Barang Ekspor dan Impor
Barang-barang dalam negeri yang dijual dengan harga yang relatif murah akan meningkatkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya
akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi
impor. Dengan demikian, perubahan harga barang ekspor dan impor akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan mata uang negara tersebut.
3. Kenaikan Harga Umum Inflasi Inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran valuta asing.
Inflasi cenderung menurunkan nilai suatu valuta asing. Inflasi menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di
luar negeri, sehingga inflasi akan menambah impor dan meningkatkan permintaan valuta asing. Selain itu, inflasi menyebabkan harga barang-
barang ekspor menjadi lebih mahal, sehingga inflasi akan mengurangi ekspor dan penawaran valuta asing akan berkurang.
4. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya
dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar
negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara tersebut. Apabila
lebih banyak modal mengalir ke suatu negara maka permintaan atas mata uangnya bertambah dan nilai mata uang tersebut bertambah. Sebaliknya,
nilai mata suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat pengembalian
investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Pertumbuhan Ekonomi Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai
mata uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan ekonomi tersebut diakibatkan oleh
perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang negara tersebut bertambah lebih cepat dari penawarannya dan nilai mata uang negara
tersebut akan naik. Sebaliknya, apabila kemajuan tersebut menyebabkan impor berkembang lebih cepat dari ekspor, maka penawaran mata uang
negara tersebut lebih cepat bertambah dari permintaannya dan nilai mata uang negara tersebut akan merosot.
Menurut Murdayanti 2012, faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang adalah:
1. Perbedaan Tingkat Inflasi Kenaikan tingkat inflasi yang mendadak dan besar di suatu negara
akan menyebabkan meningkatnya impor oleh negara tersebut terhadap berbagai barang dan jasa dari luar negeri, sehingga diperlukan banyak
valuta asing untuk membayar transaksi impor tersebut. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya permintaan valuta asing di pasar valuta
asing Madura, 2000:210. 2. Perbedaan Tingkat Suku Bunga
Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada jumlah investasi di suatu negara, baik yang berasl dari investor domestik maupun
investor asing, khususnya pada jenis-jenis investasi portofolio yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
umumnya berjangka pendek. Perubahan tingkat suku bunga ini akan berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di
pasar uang domestik. Apabila negara tersebut menganut rezim devisa bebas, maka dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan aliran modal
masuk capital flow dari luar negeri. Hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap
mata uang asing di pasar valuta asing Madura, 2000:222. 3. Perbedaan Tingkat Pendapatan Nasional
Dalam pendekatan moneter, perbedaan tingkat pendapatan nasional di dua negara akan dapat mempengaruhi transaksi ekspor dan impor
barang maupun transaksi aset lintas negara yang bersangkutan. Hal tersebut dapat mempengaruhi perubahan jumlah permintaan dan
penawaran valuta asing di negara-negara tersebut, yang juga akan berpengaruh terhadap nilai kurs yang berlaku pada sistem kurs
mengambang bebas. Dengan kata lain, jumlah pertumbuhan output riil di suatu negara sangat mempengaruhi jumlah permintaan uang
domestik dari luar negeri yang mengakibatkan jumlah penawaran uang semakin berharga dan menyebabkan apresiasi mata uang domestik.
4. Perbedaan Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar yang berlebihan dalam suatu negara akan
menyebabkan nilai tukar mata uangnya terdepresiasi karena tidak diimbangi dengan permintaan yang sesuai. Sebaliknya, jika permintaan
akan mata uang lebih besar daripada jumlah kenaikan penawaran uang, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maka nilai tukar mata uangnya akan menguat apresiasi Salvatore, 1997:323.
5. Posisi Neraca Pembayaran Surplus neraca pembayaran menunjukkan adanya aliran valuta asing
yang masuk netto di dalam perekonomian negara tersebut melalui transaksi financial dan assets, sehingga nilai tukar rupiah akan
menguat. Sebaliknya, neraca pembayaran yang defisit menunjukkan telah terjadinya aliran dana keluar netto ke luar negeri Krugman,
2000:23. Menurut Martin 2013, faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
tukar mata uang adalah: 1. Perbedaan Tingkat Inflasi Antara Dua Negara
Suatu negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih
tinggi. Daya beli purchasing power mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain. Pada akhir abad 20 lalu, negara-negara dengan
tingkat inflasi rendah adalah Jepang, Jerman dan Swiss, sementara Amerika Serikat dan Canada menyusul kemudian. Nilai tukar mata
uang negara-negara yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya.
2. Perbedaan Tingkat Suku Bunga Antara Dua Negara Suku bunga, inflasi, dan nilai tukar sangat berhubungan erat. Dengan
merubah tingkat suku bunga, Bank Sentral suatu negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang
lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan
return yang lebih besar. Akan tetapi, jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga Bank Sentral menaikkan suku bunganya
lagi. Sebaliknya, jika Bank Sentral menurunkan suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
3. Neraca Perdagangan Neraca perdagangan antara dua negara berisi semua pembayaran dari
hasil jual beli barang dan jasa. Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila negara tersebut membayar lebih banyak ke negara
partner dagangnya dibandingkan dengan pembayaran yang diperoleh dari negara partner dagang. Dalam hal ini, negara tersebut
membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap negara
partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus, di mana nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap negara partner
dagang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Hutang Publik Public Debt Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk
membiayai proyek-proyek
untuk kepentingan
publik dan
pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public debt membengkak. Public debt yang tinggi akan menyebabkan naiknya inflasi. Defisit
anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang. Keadaan bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan
negara tersebut default gagal bayar sehingga peringkat hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah
nilai tukar mata uang negara tersebut. 5. Rasio Harga Ekspor Dan Harga Impor
Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor, maka nilai tukar mata uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan
barang dan jasa dari negara tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga meningkat. Keadaan sebaliknya untuk harga impor yang
naik lebih cepat dari harga ekspor. 6. Kestabilan Politik Dan Ekonomi
Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya
tidak stabil akan cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan berdampak pada kinerja ekonomi
dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.
C. Cadangan Devisa