Teknik Analisis Data Variabel Penelitian

a. Menghitung nilai outer model Analisa outer model dilakukan untuk memastikan bahwa measurement yang digunakan layak untuk dijadikan pengukuran valid dan reliabel. Analisa outer model ini menspesifikasikan hubungan antar variabel laten dengan indikator-indikatornya. Atau dapat dikatakan bahwa outer model mendefinisikan bagaimana setiap indikator berhubungan dengan variabel latennya. Uji yang dilakukan pada outer model , yaitu: 1 Validitas konvergen Convergent validity Nilai convergen validity adalah nilai loading faktor pada variabel laten dengan indikator-indikatornya. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur, jika terdapat indikator dengan nilai convergent validity , composite realibility dan discriminant validity yang tidak memenuhi kriteria maka harus di drop dari model karena dianggap tidak valid Ghozali, 2008. 2 Validitas Diskriminan Discriminant Validity Nilai ini merupakan nilai cross loading faktor yang berguna untuk mengetahui apakah konstruk memiliki diskriminan yang memadai yaitu dengan cara membandingkan nilai loading pada konstruk yang dituju harus lebih besar dibandingkan dengan nilai loading dengan konstruk yang lain mencapai 0,5 atau lebih. Menurut Hair et.al 2010, jika terdapat loading factor yang bernilai di bawah 0,50 maka dihilangkan agar didapatkan model yang spesifik. 3 Average Variance Extracted AVE, metode lain untuk mengukur discriminant validity adalah membandingkan nilai akar kuadrat dari average variance extracted AVE setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka memiliki nilai discriminant validity yang baik. Mengutip Fornell dan Larcker, Ghozali, 2008 Nilai AVE yang diharapkan harus lebih besar dari 0,50. 4 Chin dalam Ghozali, 2008 menyatakan suatu variabel laten memiliki reliabilitas yang tinggi apabila nilai composite reliability dan cronbach alpha berada diatas 0,70. Nunnally 1978, batas minimum untuk reliabilitas yang cukup di penelitian-penelitiam yang masih awal. b. Menghitung nilai inner model Pengujian inner model model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel laten, yanga dapat dilihat dari nilai R- square . Hasil R-square untuk variabel laten endogen dalam model struktural sebesar 0,67 mengindikasikan bahwa model baik, 0,33 mengindikasikan bahwa model moderat, dan 0,19 mengindikasikan bahwa model lemah. Evaluasi Goodness-of Fit Inner model dapat dievaluasi dengan melihat stabilitas dari estimasi yang dinilai dengan menggunakan uji T-Statistik dan pengaruh positif dan negatif dilihat dari original sample O yang didapat lewat prosedur bootstrapping Ghozali, 2008. Evaluasi goodness of Fit inner model juga dapat dievaluasi dengan menggunakan R- Square . R- Square mengartikan keragaman konstruk endogen yang mampu dijelaskan oleh konstruk-konstruk eksogen secara serentak. Q- Square dapat mengukur seberapa baik nilai observasi yang dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya: Q 2 = 1-1- R 2 1- R 2 ........ 1- Rp 2 . c. Pengujian Hipotesis Menguji hipotesis dapat dilihat dari nilai t-statistik dan nilai probabilitas. Untuk pengujian hipotesis menggunakan nilai statistik maka untuk alpha 5 nilai t-statistik yang digunakan adalah 1,96. Sehingga kriteria penerimaan penolakan hipotesa adalah Ha diterima dan Ho ditolak ketika t-statistik 1,96. Untuk menolakmenerima Hipotesis menggunakan probabilitas maka Ha diterima jika nilai p 0,05. Setelah diketahui hasilnya didapatkan kesimpulan apakah Ha diterima atau Ho ditolak. Analisa tersebut menggunakan fungsi bootstrapping . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI d. Menarik Kesimpulan Setelah melakukan semua langkah-langkah pengujian terhadap semua indikator, langkah terakhir yaitu menarik kesimpulan. Kesimpulan diambil dengan melihat hasil pengujian hipotesis yang telah diuji untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh pada model kesuksesan sistem informasi akuntansi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76

BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Panti Rapih

Sejarah berdirinya RS Panti Rapih tidak terlepas dari sejarah perkembangan gereja Katolik di Yogyakarta. Pada tahun 1914 warta gembira Kerajaan Allah mulai dikenal oleh warga Yogyakarta dengan dimulainya pelajaran agama Katolik di rumah Bp. R.P. Himawidjaja ayah Mgr. A. Djajasepoetro, SJ. Para misionaris bersama murid-murid dari Xaverius College Muntilan dengan semangat merasulnya yang tinggi mampu membuat Yogyakarta sebagai daerah yang menarik untuk dikembangkan. Tahun 1917 berdirilah Standaart-School sebagai lembaga pendidikan Katolik pertama di Yogyakarta. Seiring perjalanan waktu, lembaga pendidikan Katolik di Yogyakarta semakin berkembang. Dari perkembangan yang menggembirakan tersebut, para misionaris berkeinginan mengembangkan karyanya bagi masyarakat pribumi dengan membangun rumah sakit. Untuk merealisasikan hal tersebut, maka pengurus Gereja Yogyakarta menjalin hubungan dengan para Suster Fransiskanes agar bersedia mengelola rumah sakit. Namun karena pilihan para suster Fransiskanes untuk berkonsentrasi dibidang pendidikan, maka tawaran tersebut terpaksa ditolak. Tahun 1921 pengurus Gereja Yogyakarta memutuskan untuk meminta bantuan kepada Suster-Suster Carolus Borromeus yang berpusat di Maastricht Belanda untuk mengelola rumah sakit. Keputusan ini kemungkinan besar karena keberatan Ir. Julius Robert PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Anton Marie Schmutzer seorang tokoh awam dan administratur onderneming Gondang Lipoero Ganjuran Bantul yang memiliki hubungan erat dengan Kongregasi Suster CB karena istrinya, Ny. C.T.M. Schmutzer murid sekolah perawat yang dikelola Suster CB di Belanda. Titik awal berdirinya RS Panti Rapih adalah dibentuknya yayasan “Onder de Bogen” atau dalam bahasa Belanda Onder de Bogen Stichting . Oleh pengurus Gereja Yogyakarta pada tanggal 22 Februari 1927. Sebagai tanda pembangunan fisik rumah sakit, maka dimulai dengan peletakan batu pertama oleh Ny. C.T.M. Schmutzer van Rijckevorsel pada tanggal 14 September 1928. Pada bulan Januari 1929, tibalah lima orang Suster Cinta Kasih St. Carolus Borromeus dari Belanda. Mereka adalah Moeder Gaudentia Brand, Sr. Yudith de Laat. Sr. Ignatia Lemmens, Sr. Simonia, dan Sr. Ludolpha de Groot. Karena bangunan belum selesai, maka kelima suster tersebut dititipkan di biara Suster OSF Yogyakarta. Pembangunan rumah sakit akhirnya dapat diselesaikan pada pertengahan Agustus 1929 dan pada tanggal 24 Agustus 1929 Mgr. A.P.F. van Velsen, SJ berkenan memberkati bangunan baru tersebut. Pada tanggal 14 September 1929 secara resmi rumah sakit ini dibuka oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII den gan nama Rumah Sakit “Onder de Bogen”. Beberapa tahun kemudian Sri Sultan Hamengku Buwono VIII berkenan menghadiahkan sebuah mobil ambulance kepada Rumah Sakit Onder de Bogen sebagai ungkapan penghargaan atas pelayanan bagi masyarakat pribumi. Bangunan yang dihiasi dengan lengkungan-lengkungan dan nama Onder de Bogen menjadikan kelengkapan nostalgia bagi para Suster CB yang berdinas di rumah sakit ini akan induk biara Suster-Suster CB di Maastricht Belanda. Para suster melayani dan merawat orang sakit, meringankan penderitaan sesama sesuai dengan ajaran Injil tanpa memandang agama maupun bangsa. Sedikit demi sedikit penderita datang untuk dilayani dan dirawat. Semakin lama semakin bertambah dan meningkat jumlahnya. Diantara para penderita tersebut sebagian besar adalah para pejabat Belanda dan kerabat Kraton. Sementara itu rakyat miskin dan lemah belum bisa menikmati pelayanan rumah sakit. Para suster menjadi prihatin dan merasa tidak puas akan hal ini, karena untuk orang kecil, yang miskin dan lemahlah mereka datang mengabdi di bumi Nusantara ini. Oleh karena itu pimpinan Suster-Suster CB di Maastricht mendesak Pengurus Yayasan Onder de Bogen untuk menyediakan fasilitas guna melayani rakyat kecil, miskin, dan lemah. Namun apa daya, Yayasan Onder de Bogen belum mempunyai dana yang cukup untuk itu. Melalui uluran tangan Kongregasi Bruder FIC yang berkenan membantu membangunkan bangsal khusus untuk orang yang tidak mampu yang kemudian diberi nama Bangsal Theresia. Hari berganti hari, jumlah penderita yang datang semakin meningkat. Fasilitas pun harus ditambah dan dikembangkan untuk mengimbangi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI