2.1.6. Framing dan Proses Produksi Berita
Framing berhubungan dengan proses produksi berita, yang meliputi kerangka kerja dan rutinitas organisasi media. Suatu peristiwa yang dibingkai
daam kerangka tertentu dan bukan bingkai yang lain, bukan hanya disebabkan oleh struktur skema wartawan, tetapi juga rutinitas kerja dan institusi media, yang
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi pemaknaan terhadap suatu peristiwa. Intitusi media dapat mengontrol pola kerja tertentu yang mengharuskan
wartawan melihat peristiwa ke dalam kemasan tertentu, atau bisa juga wartawan menjadi bagian dari anggota komunitasnya. Jadi, wartawan hidup dan bekerja
dalam suatu instusi yang mempunya pola kerja, kebiasaan, aturan, norma, etika dan rutinitas tersendiri. Dimana semua elemen proses produksi berita tersebut
mempengaruhi cara pandang wartawan dalam memaknai peristiwa Eriyanto, 2005:99-100.
Wartawan adalah profesi yang dituntut untuk mengungkap kebernaran dan menginformasikan ke publik seluas mungkin temuan-temuan dari fakta-fakta yang
berhasil digalinya, apa adanya, tanpa rekayasa, dan tanpa tujuan subyektif tertentu. Selain semata-mata demi pembangunan kehidupan dan peradaban
manusia yang lebih baik. Sekalipun dampak dari pelaksanaan profesinya itu akan memakan korban seperti pejabat yang korupsi, dokter yang melanggar etika
profesi dan sebagainya. Peranan itu harus dilakukannya, karena pers bukanlah petugas hubungan masyarakat humas sebuah apartemen, yang hanya berbicara
pada sisi-sisi positif dan keberhasilan dari apartemennya serta menyimpan dalam- dalam keburukan dan kebobrokan lembaganya Djatmika, 2004:25.
Framing adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bagaimana awak media mengkonstruksi realitas. Framing berhubungan erat dengan proses editing
penyuntingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian. Reporter di lapangan menentukan siapa yang akan diwawancarainya, serta pertanyaan apa
yang akan diajukan. Redaktur yang bertugas di desk yang bersangkutan, dengan maupun tanpa berkonsultasi dengan redaktur pelaksana atau redaktur umum,
menentukan judul apa yang akan diberikan. Petugas tatap mata dengan atau tanpa berkonsultasi dengan para redaktur-redaktur apakah teks berita itu perlu diberi
eksentuasi foto, karikatur, atau bahkan ilustrasi mana yang akan dipilih Eriyanto, 2006:165.
2.1.7. Analisis Framing Termasuk Paradigma Konstruktifis