Tabel Silang sikap dengan Keterampilan Heimlich Manuver Tabel Silang Sikap dengan Keterampilan Resusitasi Jantung Paru

sedang 62,5 terampil dan 37,5 tidak terampil, dari 6 responden yang berpengetahuan kurang 100 tidak terampil.

4.5.7. Tabel Silang Pengetahuan dengan Keterampilan Resusitasi Jantung Paru

Tabel 4.22 Tabel Silang Pengetahuan Perawat dengan Keterampilan Resusitasi Jantung Paru dalam Kesiapsiagaan Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan akibat Bencana Alam di Wilayah Dinkes Kab. Aceh Tamiang 2013 Pengetahuan Keterampilan RJP Total Tdk Terampil Terampil N n N Baik Sedang Kurang 10 5 6 38,5 62,5 100 16 3 61,5 37,5 26 8 6 100 100 100 Jumlah 21 52,5 19 47,5 40 100 Berdasarkan tabel 4.22 menunjukkan dari 26 responden yang berpengetahuan baik 61,5 terampil dan 38,5 tidak terampil, dari 8 responden yang berpengetahuan sedang 62,5 tidak terampil dan 37,5 terampil dan dari 6 responden yang berpengetahuan kurang 100 tidak terampil.

4.5.8. Tabel Silang sikap dengan Keterampilan Heimlich Manuver

Tabel 4.23 Tabel Silang Sikap Perawat dengan Keterampilan Heimlich Manuver dalam Kesiapsiagaan Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan akibat Bencana Alam di Wilayah Dinas Kesehatan Kab. Aceh Tamiang Tahun 2013 Sikap Keterampilan Heimlich M Total Tdk Terampil Terampil N n N a.Positif b.Negatif 12 6 36,4 85,7 21 1 63,6 14,3 33 7 100 100 Jumlah 18 45,0 22 55,0 40 100 Universita Sumatera Utara Berdasarkan tabel 4.23 menunjukkan dari 33 responden yang bersikap positif 63,6 terampil dan 36,4 tidak terampil, dan dari 7 responden yang bersikap negatif 85,7 tidak terampil dan 14,3 terampil.

4.5.9. Tabel Silang Sikap dengan Keterampilan Resusitasi Jantung Paru

Tabel 4.24 Tabel Silang Sikap Perawat dengan Keterampilan Resusitasi Jantung Paru dalam Kesiapsiagaan Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan akibat Bencana Alam di Wilayah Dinas Kesehatan Kab. Aceh Tamiang Tahun 2013 Sikap Keterampilan RJP Total Tdk Terampil Terampil N n N a. Positif b. Negatif 15 6 45,5 85,7 18 1 54,5 14,3 33 7 100 100 Jumlah 21 52,5 19 47,5 40 100 Berdarkan tabel 4.24 menunjukkan dari 33 responden yang bersikap positif 54,5 terampil dan 45,5 tidak terampil, dan dari 7 responden yang bersikap negatif 85,7 tidak terampil dan 14,3 terampil. Universita Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Kesiapsiagaan Perawat Berdasarkan Pengetahuan dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang terlibat dalam tim penanggulangan bencana di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Aceh Tamiang mayoritas memiliki pengetahuan yang baik yaitu 65,0, sedangkan yang memiliki pengetahuan sedang 20,0, hanya 15 responden yang memiliki pengetahuan kurang, berdasarkan skor jawaban responden manyoritas perawat pengetahuannya baik yaitu 78. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar Tim Penanggulangan Bencana di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Aceh Tamiang telah memiliki pengetahuan yang baik tentang konsep – konsep penanggulangan kasus kegawatdaratan sistem pernapasan yang merupakan elemen terpenting dalam kesiapsiagaan. Berdasarkan hasil tabel silang, umumnya yang berpegetahuan baik adalah berpendidikan tinggi dan pernah mengikuti pelatihan, dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa yang berpendidikan S1 Keperawatan 100 pengetahuannya baik dan yang berpendidikan D – III Keperawatan 63,6 pengetahuannya baik, sedangkan yang mengikuti pelatihan BTCLS 100 pengetetahuannya baik, Sedang pada katagori umur, jenis kelamin, dan masa kerja tidak ada perbedaan persentasi yang signifikan dari masing – masing katagori tersebut, hasil penelitian menunjukkan umumnya semua karakteristik responden berdasarkan katagori umur, jenis kelamin 88 Universita Sumatera Utara dan masa kerja berpengetahuan baik. Sedangkan hasil penelitian tentang pendidikan dan pelatihan diatas menunjukkan bahwa pendidikan tinggi dan mengikuti pelatihan dapat mendukung meningkat pengetahuan perawat, ini artinya semangkin tinggi pendidikan dan adanya pelatihan akan semangkin baik pula pengetahuan seseorang. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Gultom 2012 tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru dalam menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun, bahwa manyoritas responden yang berpendidikan tinggi dan pernah mengikuti pelatihan pengetahuannya baik tentang kesiapsiagaan. Hasil penelitian ini tentunya sangat selaras dengan kompetensi yang diharapkan kepada perawat gawat darurat yang bekerja di Puskesmas, dimana seorang perawat gawat darurat harus memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang baik sehingga mampu melaksanakan pelayanan kegawatdarutan dengan baik pula. Pengetahuan merupakan dasar utama dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan yang sifatnya teoritis dan patofisiologis. Seorang perawat pelaksana penanggulangan kegawatdaruratan sistem pernapasan harus benar – benar paham tentang teori bagaimana cara penilaian jalan napas, membuka dan membebaskan jalan napas, membersihkan jalan napas dan bagaimana memberikan napas buatan. Dalam penanggulangan kegawatdarutan, kesiapan pengetahuan merupakan hal yang utama sebagai parameter pertama faktor kritis kesiapsiagaan. Pengetahuan teoritis dan patofisiologis berbagai gangguan sistem pernapasan sangat membantu dalam melakukan prosedur tindakan keperawatan. Seorang perawat gawat darurat Universita Sumatera Utara bukan sekedar tahu tentang kasus – kasus kegawatdaruratan, tapi juga harus memahami dan menjelaskan secara benar terhadap prosedur tindakan yang akan dilakukan. Pengetahuan menjadi fokus utama terkait dengan persiapan menghadapi tanggap darurat bencana alam, non alam maupun bencana campuran. Kesiapan pengetahuan sangat diperlukan guna untuk membantu memperbaiki perilaku sikap dan tindakan keterampilan seseorang, dan kesiapan pengetahuan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan menjadi hal yang sangat utama bagi seorang petugas yang memberikan pelayanan kegawatdaruratan, agar senantiasa pengetahuan yang dimiliki meningkat dan teruji. Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan menempuh pendidikan yang lebih tinggi dan sesuai linier, artinya seorang perawat SPK harus melanjutkan pendidikan ke D – III Keperawatan, S1 Keperawatan dan seterusnya, begitu juga halnya dengan pelatihan, harus sesuai dengan kompetensi yang diharapkan sebagai seorang perawat gawat darurat, pelatihan yang sesuai seperti : pelatihan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu SPGDT, pelatihan Satuan Penanggulangan Bencana SATGANA, pelatihan Basic Life Support BLS dan pelatihan Basic TraumaCardio Life Support BTCLS. 5.2 Kesiapsiagaan Perawat Berdasarkan Sikap dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap perawat tentang kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Aceh Tamiang mayoritas memiliki sikap yang positif yaitu 82,5, hanya 17,5 Universita Sumatera Utara yang masih memiliki sikap yang negatif, berdasarkan skor jawaban responden umumnya perawat bersikap positif yaitu 77,5, ini artinya sebagian besar perawat yang tergabung dalam tim penanggulangan bencana di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Aceh Tamiang telah memiliki keyakinan, kepercayaan, emosional dan tindakan yang benar dan bersikap positif tentang prinsip – prinsip penanggulangan kasus kegawatdaratan sistem pernapasan. Hasil tabel silang menggambarkan manyoritas responden yang bersikap positif adalah berumur 30 – 39 tahun yaitu 94,1, usia 20 – 29 tahun 84,6, ini menunjukkan bahwa perawat yang bersikap positif lebih banyak pada usia produktif yaitu 20 – 39 tahun, berdasarkan jenis kelamin manyoritas yang bersikap positif adalah perempuan yaitu 92,9 sedangkan laki – laki 76,9. Hasil penelitian ini sejalan dengan studi – studi psikologis yang menyatakan bahawa perempuan lebih peka dan mematuhi wewenang serta memiliki pengharapan untuk sukses yang lebih tinggi dibandingkan laki – laki, tetapi perbedaan itu kecil, kita mengamsumsikan bahwa tidak ada perbedaan berarti dalam kesiapsiagaan antara laki – laki dan perempuan. Hasil penelitian juga menunjukkan, berpendidikan tinggi, mengikuti pelatihan sikapnya lebih positif dibandikan dengan responden yang berpendidikan rendah dan tidak mengikuti pelatihan, dari hasil penelitian terlihat bahwa 100 responden yang berpendidikan S1 Keperawatan bersikap positif dan 81,8 yang berpendidikan D – III Keperawatan bersikap positif, begitu juga dengan pelatihan 100 responden yang mengikuti pelatihan BTCLS bersikap positif dan 91,7 yang mengikuti pelatihan Universita Sumatera Utara BLS bersikap positif. Sedangkan responden yang berpengetahuan baik bersikap positif bersikap positif adalah 92,3. Pengetahuan yang baik dan pendidikan tinggi, serta mengikuti pelatihan cenderung akan membuat seseorang bersikap positif. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Gultom 2012 tentang pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru dalam menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun, bahwa manyoritas responden yang berpendidikan tinggi, mengikuti pelatihan dan pengetahuan yang baik sikapnya positif . Dalam kesiapsiagaan bencana sikap merupakan domain yang sangat penting bagi setiap perawat pelaksana terutama dalam melaksanakan tugas sabagai tim penanggulangan bencana. Sikap yang positif dalam melaksanakan tugas cenderung akan meningkatkan kualitas pelayanan kegawatdarutan di lokasi bencana, dan begitu juga sebaliknya sikap negatif cenderung akan menurunkan kualitas pelayanan, dalam dalam penanganan kasus – kasus kegawatdaruratan tentunya sangat berbahaya dan dapat menyebabkan korban meninggal yang seharusnya bisa diselamatkan. Sikap secara nyata menunjukkan reaksi terhadap stimulasi tertentu dalam kehidupan sehari – hari. Meningkatkan pengetahuan dan sikap dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, kursus, seminar dan lain sebagainya, dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan memegang peranan yang sangat penting, pengetahuan yang baik akan membuat sesorang lebih bersikap positif dalam melakukan suatu pekerjaan dan mengambil suatu keputusan.Menumbuhkan sikap positif merupakan hal terpenting dalam kesiapsiagaan bencana, seseorang yang bersikap positif akan merespon dengan Universita Sumatera Utara cepat dan mengerjakan tugas dengan baik serta bertanggung jawab terhadap apa yang diamanahkan kepadanya.

5.3 Kesiapsiagaan Perawat Berdasarkan Keterampilan Heimlich Manuver dan

Dokumen yang terkait

Analisis Kesiapsiagaan Dinas Kesehatan Terhadap Penanggulangan Bencana Di Kota Medan

0 0 17

Analisis Kesiapsiagaan Dinas Kesehatan Terhadap Penanggulangan Bencana Di Kota Medan

0 0 2

Analisis Kesiapsiagaan Dinas Kesehatan Terhadap Penanggulangan Bencana Di Kota Medan

0 0 11

Analisis Kesiapsiagaan Dinas Kesehatan Terhadap Penanggulangan Bencana Di Kota Medan

0 0 22

ANALISIS KESIAPSIAGAAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEGAWATDARURATAN SISTEM PERNAFASAN AKIBAT BENCANA ALAM DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG Nagoklan Simbolon

0 0 10

PENGARUH PENERAPAN COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING TERHADAP KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO

0 1 9

Analisis Kesiapsiagaan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan Akibat Bencana Alam di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 41

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bencana Alam 2.1.1. Defensi Bencana Alam - Analisis Kesiapsiagaan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan Akibat Bencana Alam di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang

0 1 38

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Kesiapsiagaan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan Akibat Bencana Alam di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 13

Analisis Kesiapsiagaan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan Akibat Bencana Alam di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 21