Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang
Karakteristik Jumlah n
Persentase
Usia :
20 – 29 tahun 30 – 39 tahun
40 - 49 tahun 13
17 10
25.0 45.0
30.0
Total 40
100.0 Jenis Kelamin :
a. Laki – Laki b. Perempuan
26 14
65.0 35.0
Total 40
100.0
Pendidikan :
a. SPK b. D – III Keperawatan
c. S1 Keperawatan 4
33 3
10.0 85.0
5.0
Total 40
100.0 Masa Kerja :
a. 0 – 5 tahun b. 6 – 10 tahun
c. 11 – 15 tahun d. 16 – 20 tahun
10 22
4 4
25.0 45.0
10.0 20.0
Total 40
100.0 Mengikuti Pelatihan
a. BTCLS b. BLS
c. Tidak Pernah
5 12
23 12.5
30.0 57.5
Total 40
100.0
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui gambaran usia responden sebagian besar berusia 30 – 39 tahun yaitu 45.0, sedangkan responden yang paling sedikit berada
pada kelompok usia 20 – 29 tahun yaitu 25.0. Diketahui juga gambaran berdasarkan jenis kelamin responden bahwa mayoritas responden adalah berjenis
kelamin laki – laki yaitu 65,0. Dilihat dari pendidikan formal responden adalah mayoritas berpendidikan atau telah menamatkan Diploma III Keperawatan yaitu
Universita Sumatera Utara
85,0 sedangkan paling sedikit adalah berpendidikan S1 Keperawatan yaitu 5,0. Dari hasil pengukuran masa kerja respoden di Puskesmas sebagian besar telah bekerja
6 – 10 tahun adalah 45,0 dan masa kerja responden yang paling sedikit adalah 11 – 15 tahun yaitu 10,0. Ini artinya bahwa perawat yang memberikan pelayanan
kegawatdaruratanpada saat terjadinya bencana diwilayah kerja dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang umumnya adalah berusia 30 – 39 tahun, berjenis kelamin
laki – laki, berpendidikan Diploma III Keperawatan dan memiliki masa kerja antara 5 – 10 tahun.
Pada umumnya responden belum pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan yaitu 57,5, sementara sisanya telah mengikuti pelatihan BLS 30,0 dan BTCLS
12,5. Artinya bahwa perawat yang bertugas dalam tim penanggulangan bencana di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang dan yang akan memberikan
pelayanan kegawatdaruratan, sebagian besar belum pernah mengikuti pelatihan BLS dan BTCLS.
4.4. Analisis Univariat
4.4.1. Pengetahuan
Berdasarkan jawaban responden tentang pengetahuan perawat dalam kesiapsiagaan memberikan pelayanan kegawatdaruratan sistem pernapasan diperoleh
data sebagaimana diuraikan dalam tabel 4.2 dibawah ini.
Universita Sumatera Utara
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan Perawat dalam Kesiapsiaagaan Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan
Sistem Pernapasan di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013
N o
Pertanyaan
Bobot
Jumlah Total
Skor n
1
Kegiatan pelayanan keperawatan gawat darurat menunjukkan keahlian perawat dalam melakukan ?
a. Resusitasi Jantung Paru b. Tiage
c. Asuhan Keperawatan 1
5 4
31 12,5
10,0 77,5
31
2 Pelayanan gawat darurat bertujuan untuk ?
a. Mencegah kematian dan kecacatan korban b. Membantu korban dari bencana
c. Mengevakuasi korban ke PuskesmasRumah Sakit 1
35 4
1 87,5
10,0 2,50
35
3 Perawat gawat darurat yang bekerja di Puskesmas harus
memiliki kompetensi khusus yang diperoleh melalui pelatihan ?
a. BLS dan BTCLS b. APLS
c. ATCLS 1
36 1
3 90,0
2,50 7,50
36
4 Kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat dalam
penanggulangan kegawatdarutan sistem pernapasan ? a. Membuka jalan napas, memberikan napas buatan dan
melakukan Resusitasi Jatung Paru b. Melakukan triage dan mengevakuasi korban
c. Menghentikan perdarahan dan melakukan pembidaian 1
36 2
2 90,0
5,0 5,0
36
5 Salah satu persyaratan yang harus dimiliki oleh perawat
pelaksana gawat darurat ? a. Pengalaman 5 tahun
b. Pernah bekerja di IGD c. Memiliki sertifikat BLS dan BTCLS
1 6
3 31
15,0 7,50
77,5 31
6 Pelayanan gawat darurat tidak bisa menunggu,
keterlambatan dalam memberikan pertolongan akan menyebabkan korban meninggal, artinya perawat harus .....
dalam memberikan pertolongan. a. Bekerja sama
b. Sigap dan siap mental c. Meminta bantuan
1 6
33 1
15,0 82,5
2,5 33
7 Perawat harus mempunyai bekal pengetahuan teoritis dan
patofisiologi sistem pernapasan dan kemampuan untuk memberikan pertolongan pertama, artinya perawat harus ?
a. Siap jasmanis dan rohani b. Siap pengetahuan dan keterampilan
c. Siap alat dan obat 1
2 33
5 5,0
82,5 12,5
33
8 Sebelum melakulakan resusitasi jantung paru RJP, pertama
kali yang harus dinilai terlebih dahulu ? a. Tekanan darah
b. Airway, Breating, dan Circulation
c. Tingkat Kesadaran 1
1 11
28 2,5
27,5 70,0
28
Universita Sumatera Utara
Tabel 4.2 Lanjutan
9 Pada orang yang mengalami gangguan jalan napas
tersumbat total, warna kulitnya akan ? a. Memerah
b. Membiru c. Menghitam
1 32
8 80,0
20,0 32
10 Mendongakkan kepala hiperekstensi, head-tilt sambil
mengangkat dagu chin-lift adalah cara untuk membuka jalan napas pada penderita ?
a. Tidak Cedera b. Cedera
c. Koma 1
21 15
4 52,5
37,5 10,0
21
11 Untuk membersihkan jalan napas dari secret dapat dilakukan
dengan cara ? a. Mendorong rahang bawah ke depan dan melakukan
sapuan jari b. Heimlich Manuver
c. Memiringkan korban dan melakukan sapuan jari 1
10 30
25,0 75,0
30
12 Tindakan yang paling aman untuk membebaskan jalan
napas, pada penderita yang mengalami cedera adalah ? a. Mendorong rahang bawah ke depan Jaw Thrust
b. Mendongakkan kepala sambil mengangkat dagu head – tilt chin – lift
c. Mengangkat dagu chin – lift 1
34 5
1 85,0
12,5 2,5
34
13 Langkah pertama dalam melakukan sapuan jari pada korban
yang tidak sadar ? a. Memasukkan jari telunjuk kedalam mulut
b. Membuka mulut korban dan melihat kedalam c. Memiringkan kepala korban kearah penolong
1 1
6 33
2,5 15,0
82,5 33
14 Mengatasi sumbatan jalan napas total atau parsial dengan pernapasan yg lemah pada ps sadar dpt dilakukan dgn cara ?
a. Resusitasi Jatung Paru b. Heimlich Manuver Abdominal thrust
c. Sapuan lidah 1
2 28
10 5,0
70,0 25,0
28 15 Sebelum melakukan Resusitasi Jantung Paru, prinsip yang
harus kita jaga adalah ? a. 3A aman diri, aman lingkungan, dan aman pasien
b. 3B benar pasien, benar cara penanganan, dan benar obat
c. 3C cepat, cekatan, dan cakep 1
31 1
8 77,5
2,5 20,0
31 16 Langkah – langkah yang harus dilakukan sebelum Resusitasi
Jantung Paru dimulai adalah ? a. Memastikan ABCD baik atau tidak atau pastikan
kesadaran penderita b. Pindahkan korban ketempat yang aman
c. Minta tolong 1
28 10
2 70,0
25,0 5,0
28 17 Resusitasi Jantung Paru merupakan ?
a. Pemberian napas buatan b. Pemijatan jantung
1 7
2,5 17,5
32
Universita Sumatera Utara
Tabel 4.2 Lanjutan
c. Kombinasi pemijatan jantung dan pemberian napas buatan
1 32
80,0 18 Resusitasi Jantung Paru dengan seorang penolong dilakukan
dengan ? a. 30 kali kompresi dada, kemudian memberikan 2x
ventilasi b. 15 kali kompresi dada, kemudian memberikan 2x
ventilasi c. 15 kali kompresi dada, kemudian memberikan 5x
ventilasi 1
29 9
2 72,5
22,5 5,0
29
19 Tanda – tanda pernapasan buatan berhasil adalah ? a. Korban muntah spontan
b. Nadi teraba dan napas terdengar c. Respirasi kembali normal 16x – 24xmenit
1 4
34 2
10,0 85,0
5,0 34
20 Bantuan Hidup Dasar berhubungan erat dengan ? a. Airway
b. Breating dan Circulation c. Airway, Breating, dan Circulation
1 6
5 29
15,0 12,5
72,5 29
Jumlah Skor Jawaban yang Sesuai 624
Skor Jawaban yang Ideal : Skor tertinggi x Banyak Pertanyaan x Banyak Sampel = 1 x 20 x 40
800
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat total skor jawaban responden tentang pengetahuan perawat dalam kesiapsiagaan memberikan pelayanan Kegawatdaruratan Sistem
pernapasan yaitu 624, maka pengetahuan perawat diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang dalam katagori baik yaitu 624800x100 = 78.
Sedangkan berdasarkan katagori pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Katagori Pengetahuan Perawat tentang Kesiapsiaagaan dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan
Sistem Pernapasan di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013
Pengetahuan
Jumlah n Persentase
a. Baik b. Sedang
c. Kurang
26 8
6 65.0
20.0 15.0
Total 40
100.0
Universita Sumatera Utara
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa gambaran pengetahuan responden tentang kesiapsiagaan dalam memberikan pelayanan kegawatdarutan sistem pernapasan
mayoritas adalah baik yaitu 65,0.
4.4.2. Sikap
Berdasarkan jawaban responden tentang sikap perawat dalam kesiapsiagaan memberikan pelayanan kegawatdaruratan sistem pernapasan diperoleh data
sebagaimana diuraikan dalam tabel 4.4 dibawah ini.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Sikap Perawat dalam Kesiapsiaagaan Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem
Pernapasan di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013
N o
Pernyataan Bobo
t Jumlah
Total Skor
n 1
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berperan penting dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan
a. Setuju b. Tidak Setuju
1 35
5 87,7
12,5 35
2 Perawat yang tergabung dalam tim penanggulangan bencana
harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang Bantuan Hidup Dasar BHD
a. Setuju b. Tidak Setuju
1 32
8 80,0
20,0 32
3 Perawat yang tergabung dalam tim penanggungan bencana
harus memiliki sertifikat BTCLS atau BLS a. Setuju
b. Tidak Setuju 1
31 9
77,5 22,5
31
4 Perawat yang tergabung dalam tim penanggungan bencana
harus memiliki emergency kits a. Setuju
b. Tidak Setuju 1
31 9
77,5 22,5
31
5 Perawat yang tergabung dalam tim penanggungan bencana
harus sehat jasmani dan rohani a. Setuju
b. Tidak Setuju 1
37 3
92,5 7,5
37
6 Perawat harus siap mental dalam menghadapi korban
bencana, yang mengalami kasus kegawatdaruratan a. Setuju
b. Tidak Setuju 1
35 5
87,5 12,5
35
7 Perawat tidak perlu memakai alat pelidung diri pada saat
memberikan pertolongan napas buatan mulut ke mulut a.
Setuj 1
22 55,0
22
Universita Sumatera Utara
Tabel 4.4 Lanjutan
Tidak Setuju 18
45,0
8 Perawat yang telah terlatih bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan kegawatdarutan sistem pernapasan terhadap korban bencana alam.
a. Setuju b. Tidak Setuju
1 25
15 62,5
37,5 25
9 Perawat yang tergabung dalam tim penanggungan bencana
harus cepat merespon setiap kali terjadi bencana a. Setuju
b. Tidak Setuju 1
28 12
70,0 30,0
28
10 Perawat yang tergabung dalam tim penanggungan bencana
harus siap kapan saja turun kelapangan a. Setuju
b. Tidak Setuju 1
34 6
85,0 15,0
34
11 Perawat yang tergabung daalam penanggulangan bencana
harus tanggap dan cekatan terhadap masalah yang dihadapinya
a. Setuju b. Tidak Setuju
1 29
11 72,5
27,5 29
12 Dalam penanggulangan kegawatdarutan, perlu tindakan
yang cepat dan tepat, agar korban dapat diselamatkan a. Setuju
b. Tidak Setuju 1
39 1
97,5 2,5
39
13 Perawat yang terlibat dalam tim penanggulangan bencana
harus memiliki pengalaman kerja dilapangan, IGD, dan ICU dan pernah melakukan pertolongan kegawatdaruratan
a. Setuju b. Tidak Setuju
1 28
12 70,0
30,0 28
14 Perawat dapat berkerja secara independen dalam
memberikan pelayanan kegawatdarutan akibat bencana alam a. Setuju
b. Tidak Setuju 1
31 9
77,5 22,5
31
15 Sedikit banyak korban yang meninggal, sangat ditentukan
kesiapan perawat dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan
a. Setuju b. Tidak Setuju
1 28
12 70,0
30,0 28
Jumlah Skor Jawaban yang sesuai 465
Skor Jawaban yang Ideal : Skor tertinggi x Banyak Sampel = 1x15x40 600
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat total skor jawaban responden tentang sikap perawat dalam kesiapsiagaan memberikan pelayanan Kegawatdaruratan Sistem pernapasan
yaitu 465 skor, apabila semua responden menjawab setuju, skornya adalah 600, maka sikap perawat di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang dalam
Universita Sumatera Utara
katagori Positif yaitu 465600 x 100 = 77,5. Sedangkan berdasarkan katagori sikap dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Katagori Sikap Perawat tentang Kesiapsiaagaan dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem
Pernapasan di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013 Sikap
Jumlah n Persentase
a. Positif b. Negatif
33 7
82.5 17.5
Total 40
100.0
Berdasarkan tabel 4.5 terlihat gambaran distribusi frekuensi sikap responden tentang kesiapsiagaan, mayoritas menunjukkan sikap yang positif yaitu 82.5
sedangkan negatif hanya 17,5.
4.4.3. Keterampilan
4.4.3.1. Heimlich Manuver
Berdasarkan hasil observasi terhadap responden tentang prosedur ketempilan Heimlich Manuver perawat dalam kesiapsiagaan memberikan pelayanan
kegawatdaruratan sistem pernapasan diperoleh data sebagaimana diuraikan dalam 4.6 tabel dibawah ini.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Keterampilan Prosedur Heimlich Manuver
Perawat tentang Kesiapsiaagaan dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2013
No Pernyataan
Ya Tidak
Total skor n
N 1
2 3
Perawat berdiri dibelakang penderita, dan memeluknya dari belakang
Perawat menyelipkan salah satu lutut diantara kedua tungkai penderita
Perawat mengepalkan satu tangan dan meletakkanya di tengah perut diatas pusar tepat
39 26
37 97,5
65,0 92,5
1 14
3 2,5
35,0 7,5
39 26
37
Universita Sumatera Utara
Tabel 4.6 Lanjutan
4 5
dibawah xifoid Perawat meletakkan tangan yang lain diatas
kepalan tangan pertama Perawat melakukan pendorongan perut
37 27
92,5 67,5
3 13
7,5 32,5
37 27
Jumlah Skor Jawaban yang Sesuai 166
Skor Jawaban yang Ideal : Skor tertinggi x Banyak pertanyaan x Banyak Sampel = 1x5x40
200
Berdasarkan tabel 4.6 diatas total skor kemampuan responden melakukan
prosedur Heimlich Manuver dalam kesiapsiagaan memberikan pelayanan kegawatdaruratan sistem pernapasan dengan skor 166, jadi keterampilan Heimlich
Manuver perawat di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang tergolong terampil yaitu 166200 x 100 = 83. Berdasarkan urutan prosedur tindakan yang
benar dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Urutan Prosedur Tindakan
Heimlich Manuver yang dilakukan dengan Benar
No Prosedur Tindakan yang Dilakukan
Jumlah n Persertase
1 Yang melakukan prosedur 1,2,3,4,5
22 55,0
2 Yang melakukan prosedur 1,2,3,4
3 7,5
3 Yang melakukan prosedur 1,2,4,5
1 2,5
4 Yang melakukan prosedur 1,3,4,5
2 5,0
5 Yang melakukan prosedur 1,3,4
6 15,0
6 Yang melakukan prosedur 1,3,5
1 2,5
7 Yang melakukan prosedur 1,4,5
1 2,5
8 Yang melakukan prosedur 1,3
2 5,0
9 Yang melakukan prosedur 1,4
1 2,5
10 Yang melakukan prosedur 3,4
1 2,5
Jumlah 40
100
Berdasarkan tabel 4.7 diatas manyoritas responden melakukan prosedur
tindakan Heimlich Manuver uruatan 1,2,3,4,5 yaitu sebanyak 55,0. Sedangkan
Universita Sumatera Utara
berdasarkan katagori keterampilan Heimlich Manuver dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Katagori Keterampilan Heimlich
Manuver Perawat tentang Kesiapsiaagaan dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan di Wilayah Dinas Kesehatan Kab. Aceh
Tamiang Tahun 2013 Keterampilan
Heimlich Manuver Jumlah n
Persentase
a. Terampil b.
Tidak Terampil 22
18 55.0
45.0
Total 40
100.0
Berdasarkan tabel 4.8 terlihat gambaran distribusi frekuensi keterampilan responden dalam melakukan Heimlich Manuver manyoritas terampil yaitu 55,0,
dan tidak terampil 45,0.
4.4.3.2.Keterampilan Resusitasi Jantung Paru
Berdasarkan hasil observasi terhadap responden tentang prosedur keterampilan Resusitasi Jantung Paru dalam kesiapsiagaan perawat memberikan pelayanan
kegawatdaruratan sistem pernapasan diperoleh data sebagaimana diuraikan dalam tabel 4.9 dibawah ini.
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Prosedur Keterampilan Resusitasi Jantung Paru tentang Kesiapsiaagaan Perawat dalam Memberikan Pelayanan
Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013
No Pernyataan
Ya Tidak
Total Skor
n N
1 2
3 4
Perawat memastikan 3 A aman diri, aman lingkungan, dan aman pasien
Perawat mengecek kesadaran dengan cara menepuk dan berbicara dengan korban
Jika tidak ada reaksi, panggil bantuan perawat mencari pertolongan
Perawat membuka jalan napas dengan head tilt – chin lift bila terdapat trauma leher, hindari head
40 33
34 25
100 82,5
85,0 62,5
7 6
15 17,5
15,0 37,5
40 33
34 25
Universita Sumatera Utara
Tabel 4.9 Lanjutan
5 6
7 8
9 10
tilt. Melakukan chin lift dan jaw thrust Perawat memeriksa pernapasan
melihat, mendengar dan merasakan sampai 10 detik
Bila napas tidak terdengar, perawat melakukan ventilasi 2x
Memeriksa nadi karotis, menekan selama 5 – 10 detik
Bila napas tidak terdengar dan nadi tidak teraba, perawat melakukan RJP 2 ventilasi dan 30
kompresi Perawat melakukan RJP sampai napas korban
terdengar dan nadi teraba Perawat memiringkan pasien keposisi pemulihan
40 39
39 30
39 27
100 97,5
97,5 75,0
97,5 67,5
1 1
10 1
13 2,5
2,5 25,0
2,5 32,5
40 39
39 30
39 27
Jumlah Skor Jawaban yang Sesuai 346
Skor Jawaban yang Ideal : Skor tertinggi x Banyak pertanyaan x Banyak Sampel = 1x10x40
400
Berdasarkan tabel 4.9 diatas total skor kemampuan responden melakukan prosedur Resusitasi Jantung Paru dalam kesiapsiagaan memberikan pelayanan
kegawatdaruratan sistem pernapasan dengan skor 346, jadi keterampilan Resusitasi Jantung Paru perawat di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang
tergolong terampil yaitu 346400 x 100 = 86,5. Berdasarkan urutan prosedur tindakan yang benar dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.10
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Urutan Prosedur Tindakan Resusitasi Jantung Paru
yang Dilakukan dengan Benar
No Prosedur Tindakan yang dilakukan
Jumlah n Persertase
1 2
3 4
5 6
7 9
10 11
12 Yang melakukan Prosedur 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
Yang melakukan Prosedur 1,2,3,4,5,6,7,8,9 Yang melakukan Prosedur 1,2,3,4,5,6,7,8,10
Yang melakukan Prosedur 1,2,3,5,6,7,8,9,10 Yang melakukan Prosedur 1,2,4,5,6,7,8,9,10
Yang melakukan Prosedur 1,2,3,5,7,8,9,10 Yang melakukan Prosedur 1,3,4,5,6,7,8,9
Yang melakukan Prosedur 1,2,3,5,6,7,8,9 Yang melakukan Prosedur 1,2,3,5,6,7,9
Yang melakukan Prosedur 1,2,5,6,7,8,9 Yang melakukan Prosedur 1,3,5,6,7,9,10
18 1
1 4
1 1
2 2
1 1
1 45,0
2,5 2,5
10,0 2,5
2,5 5,0
5,0 2,5
2,5 2,5
Universita Sumatera Utara
Tabel 4.10 Lanjutan
13 14
15 16
17 Yang melakukan Prosedur 1,3,4,5,6,7,9
Yang melakukan Prosedur 1,2,5,6,7,9 Yang melakukan Prosedur 1,4,5,6,7,9
Yang melakukan Prosedur 1,3,5,6,7,9 Yang melakukan Prosedur 1,2,5,6,9
1 2
1 2
1 2,5
5,0 2,5
5,0 2,5
Jumlah 40
100
Berdasarkan tabel 4.10 diatas manyoritas responden melakukan prosedur tindakan Resusitasi Jantung Paru urutan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 yaitu sebanyak 45,0.
Sedangkan berdasarkan katagori keterampilan Resusitasi Jantung Paru dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut :
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Katagori Keterampilan Resusitasi Jantung Paru tentang Kesiapsiaagaan Perawat dalam Memberikan Pelayanan
Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013
Keterampilan RJP Jumlah n
Persentase
a. Terampil b. Tidak Terampil
18 22
45.0 55.0
Total 40
100.0
Berdasarkan tabel 4.11 terlihat distribusi frekuensi keterampilan responden dalam melakukan Resusitasi Jantung Paru tidak terampil yaitu 55,0 dan terampil
45,0. 4.4.4.
Kesiapsiagaan Perawat
Kesiapsiagaan Perawat diklasivikasi menjadi menjadi dua bagian, pertama merupakan gabungan dari variabel pengetahuan dan sikap, dan kedua merupakan
gabungan keterampilan Heimlich Manuver dan Resuitasi Jantung Paru. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebagaimana diuraikan dalam tabel dibawah ini.
Universita Sumatera Utara
4.4.4.1 Kesiapsiagaan Pengetahuan dan Sikap Perawat
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Kesiapsiagaan Pengetahuan dan Sikap Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan akibat
Bencana Alam di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013
Kesiapsiagaan
Jumlah n Persentase
a. Baik b. Cukup
c. Kurang 26
10 4
65.0 25.0
10.0
Total 40
100.0
Dari tabel 4.12 terlihat gambaran distribusi frekuensi kesiapsiagaan pengetahuan dan sikap responden dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan
sistem pernapasan umumnya memiliki kesiapsiagaan pengetahuan dan sikap baik yaitu 65,0.
4.4.4.2 Kesiapsiagaan Keterampilan Hemlich Manuver dan RJP
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Kesiapsiagaan Keterampilan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan akibat Bencana
Alam di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013 Kesiapsiagaan
Jumlah n Persentase
a. Baik b. Kurang
16 24
40.0 60.0
Total 40
100.0
Dari tabel 4.13 terlihat gambaran distribusi frekuensi kesiapsiagaan
keterampilan responden dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan sistem pernapasan manyoritas memiliki kesiapsiagaan keterampilan kurang yaitu 60,0.
Universita Sumatera Utara
4.5. Tabel Silang
4.5.1. Tabel Silang Karakteristik Responden dengan Pengetahuan Perawat Tabel 4.14 Tabel Silang Karateristik Responden dengan Pengetahuan Perawat
dalam Kesiapsiagaan Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan akibat Bencana Alam di Wilayah Dinas Kesehatan Kab. Aceh
Tamiang Tahun 2013
Variabel Pengetahuan
Total Kurang
Sedang Baik
n n
n n
Umur : 20 – 29 Tahun
30 – 39 Tahun 40 – 49 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Perempuan Pendidikan :
SPK D – III Kep
S1 Keperawatan Masa Kerja :
0 – 5 Tahun 6 – 10 Tahun
11 – 15 Tahun 16 – 20 Tahun
Mengikuti Pelatihan :
Tidak Pernah BLS
BTCLS 1
1 4
5 1
1 5
1 3
2
5 1
7,7 5,9
40,0 19,2
7,1 25,0
15,2
10,0 13,6
50,0 21,7
8,3 4
3 1
4 4
1 7
1 6
1
4 4
30,8 17,6
10,0
15,4 28,6
25,0 21,2
10,0 27,3
25,0
17,4 33,3
8 13
5 17
9 2
21 3
8 13
3 2
14 7
5 61,5
76,5 50,0
65,4 64,3
50,0 63,6
100 80,0
59,1 75,0
50,0
60,9 58,3
100 13
17 10
26 14
4 33
3 10
22 4
4 23
12 5
100 100
100
100 100
100 100
100
100 100
100 100
100 100
100
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat hasil analisis karakteristik responden tentang pengetahuan perawat dalam kesiapsiagaan memberikan pelayanan
kegawatdaruratan sistem pernapasan diperoleh bahwa dari 17 responden yang berumur 30 – 39 tahun 76,5 berpengetahuan baik. Dari 26 responden yang
berjenis kelamin laki – laki 65,4 berpengetahuan baik, dan dari 14 responden yang berjenis kelamin perempuan 64,3 berpengetahuan baik. Dari 3 responden yang
Universita Sumatera Utara
berpendidikan S1 Keperawatan 100 berpengetahuan baik. Dari 10 responden yang masa kerjanya 0 – 5 tahun 80,0 berpengetahuan baik, Dari 5 responden yang
mengikuti pelatihan BTCLS 100 berpengetahuan baik.
4.5.2. Tabel Silang Karakteristik Responden dengan Sikap Perawat Tabel 4.15 Tabel Silang Karateristik Responden dengan Sikap Perawat dalam
Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan akibat Bencana Alam di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013
Variabel Sikap
Total Negatif
Positif N
n n
Umur : 20 – 29 Tahun
30 – 39 Tahun 40 – 49 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Perempuan Pendidikan :
SPK D – III Keperawatan
S1 Keperawatan Masa Kerja :
0 – 5 Tahun 6 – 10 Tahun
11 – 15 Tahun 16 – 20 Tahun
Mengikuti Pelatihan : Tidak Pernah
BLS BTCLS
2 1
4
6 1
1 6
6 1
6 1
15,4 5,9
40,0 23,1
7,1 25,0
18,2
27,3 25,0
26,1 8,3
11 16
6 20
13 3
27 3
10 16
4 3
17 11
5 84,6
94,1 60,0
76,9 92,9
75,0 81,8
100 100
72,7 100
75,0 73,9
91,7 100
13 17
10
26 14
4 33
3 10
22 4
4 23
12 5
100 100
100
100 100
100 100
100
100 100
100 100
100 100
100
Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat hasil analisis karakteristik responden tentang sikap perawat dalam kesiapsiagaan memberikan pelayanan kegawatdaruratan
sistem pernapasan diperoleh bahwa dari 17 responden yang berumur 30 – 39 tahun 94,1 bersikap positif. Dari 14 responden berjenis kelamin perempuan 92,9
bersikap positif. Dari 3 responden yang berpendidikan S1 Keperawatan 100
Universita Sumatera Utara
bersikap positif. Dari 10 responden yang masa kerjanya 0 – 5 tahun dan 4 responden yang masa kerjanya 11 – 15 tahun 100 bersikap positif. Dari 5 responden
yang mengikuti pelatihan BTCLS 100 bersikap positif.
4.5.3 Tabel Silang Karakteristik Responden dengan Keterampilan Heimlich
Manuver Perawat Tabel 4.16 Tabel Silang Karateristik Responden dengan Keterampilan
Heimlich Manuver Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem
Pernapasan akibat Bencana Alam di Wilayah Dinas Kesehatan Kab. Aceh Tamiang Tahun 2013
Variabel Keterampilan Heimlich M
Total Tdk Terampil
Terampil N
n n
Umur : 20 – 29 Tahun
30 – 39 Tahun 40 – 49 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Perempuan Pendidikan :
SPK D – III Keperawatan
S1 Keperawatan Masa Kerja :
0 – 5 Tahun 6 – 10 Tahun
11 – 15 Tahun 16 – 20 Tahun
Mengikuti Pelatihan : Tidak Pernah
BLS BTCLS
8 3
7
11 7
2 16
7 7
1 3
15 2
1 61,5
17,6 70,0
42,3 50,0
50,0 48,5
70,0 31,8
25,0 75,0
65,2 16,7
20,0 5
14 3
15 7
2 17
3 3
15 3
1
8 10
4 38,5
82,4 30,0
57,7 50,0
50,0 51,5
100 30,0
68,2 75,0
25,0
34,8 83,3
80,0 13
17 10
26 14
4 33
3 10
22 4
4
23 12
5 100
100 100
100 100
100 100
100
100 100
100 100
100 100
100
Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat hasil analisis karakteristik responden tentang keterampilan Heimlich Manuver perawat dalam kesiapsiagaan memberikan
Universita Sumatera Utara
pelayanan kegawatdaruratan sistem pernapasan diperoleh bahwa dari 17 responden yang berumur 30 – 39 tahun 82,4 terampil. Dari 26 responden yang berjenis
kelamin laki – laki 57,7 terampil. Dari 3 responden yang berpendidikan S1 Keperawatan 100 terampil. Dari 4 responden yang masa kerjanya 11 – 15 tahun
dan dari 4 responden yang masa kerjanya 16 – 20 tahun 75,0 terampil. Dari 5 responden yang mengikuti pelatihan BTCLS 80,0 terampil.
4.5.4 Tabel Silang Karakteristik Responden dengan Keterampilan Resusitasi Jantung Paru Perawat
Tabel 4.17 Tabel Silang Karateristik Responden dengan Keterampilan Resusitasi Jantung Paru Perawat dalam Memberikan Pelayanan
Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan akibat Bencana Alam di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013
Variabel Keterampilan RJP
Total Tdk Terampil
Terampil N
n n
Umur : 20 – 29 Tahun
30 – 39 Tahun 40 – 49 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Perempuan Pendidikan :
SPK D – III Keperawatan
S1 Keperawatan Masa Kerja :
0 – 5 Tahun 6 – 10 Tahun
11 – 15 Tahun 16 – 20 Tahun
Mengikuti Pelatihan : Tidak Pernah
BLS BTCLS
9 4
8
14 7
3 18
7 9
2 3
17 3
1 69,2
23,5 80,0
53,8 50,0
75,0 54,5
70,0 40,9
50,0 75,0
73,9 25,0
20,0 4
13 2
12 7
1 15
3 3
13 2
1 6
9 4
30,8 76,5
20,0
46,2 50,0
25,0 45,5
100 30,0
59,1 50,0
25,0
26,1 75,0
80,0 13
17 10
26 14
4 33
3 10
22 4
4 23
12 5
100 100
100
100 100
100 100
100
100 100
100 100
100 100
100
Universita Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat hasil analisis karakteristik responden tentang keterampilan Resusitasi Jantung Paru perawat dalam kesiapsiagaan
memberikan pelayanan kegawatdaruratan sistem pernapasan diperoleh bahwa dari 10 responden yang berumur 40 – 49 tahun 80,0 tidak terampil. Dari 26 responden
yang berjenis kelamin laki – laki 53,8 tidak terampil. Dari 3 responden yang berpendidikan S1 Keperawatan 100 terampil. Dari 10 responden yang masa
kerjanya 0 – 5 tahun 70,0 tidak terampil, dari 4 responden yang masa kerjanya 16 – 20 tahun 75,0 tidak terampil. Dari 5 responden yang mengikuti pelatihan BTCLS
80,0 terampil, dari 12 responden yang mengikuti pelatihan BLS 75,0 terampil.
4.5.1. Tabel Silang Karakteristik Responden dengan Kesiapsiagaan Pengetahuan dan Sikap Perawat
Tabel 4.18 Tabel Silang Karateristik Responden dengan Kesiapsiagaan Penegetahuan dan Sikap Perawat dalam Memberikan Pelayanan
Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan akibat Bencana Alam di Wilayah Dinas Kesehatan Kab. Aceh Tamiang Tahun 2013
Variabel Kesiapsiagaan Pengetahuan dan Sikap
Total Kurang
Sedang Baik
n n
n n
Umur : 20 – 29 Tahun
30 – 39 Tahun 40 – 49 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Perempuan Pendidikan :
SPK D – III Kep
S1 Keperawatan Masa Kerja :
0 – 5 Tahun 6 – 10 Tahun
11 – 15 Tahun 2
2 2
4 2
6
5 15,4
11,8 20,0
15,4 14,3
18,2
22,7 2
2 4
6 2
2 6
2 5
15,4 11,8
40,0
23,1 14,3
50,0 18,2
20,0 22,7
9 13
4 16
10 2
21 3
8 12
4 69,2
76,5 40,0
61,5 71,4
50,0 63,6
100 80,0
54,5 100
13 17
10
26 14
4 33
3 10
22 4
100 100
100
100 100
100 100
100
100 100
100
Universita Sumatera Utara
Tabel 4.18 Lanjutan
16 – 20 Tahun
Mengikuti Pelatihan :
Tidak Pernah BLS
BTCLS 1
6 25,0
26,1 1
4 4
25,0 17,4
33,3 2
13 8
5 50,0
56,5 66,7
100 4
23 12
5 100
100 100
100
Berdasarkan tabel 4.18 dapat dilihat hasil analisis karakteristik responden tentang kesiapsiagaan pengetahuan dan sikap perawat dalam memberikan pelayanan
kegawatdaruratan sistem pernapasan diperoleh bahwa dari 17 responden yang berumur 30 – 39 tahun 76,5 kesiapsiagaannya baik. Dari 14 responden yang
berjenis kelamin perempuan 71,4 kesiapsiagaannya baik. Dari 3 responden yang berpendidikan S1 Keperawatan 100 kesiapsiagaannya baik. Dari 10 responden
yang masa kerjanya 0 – 5 tahun 80,0 kesiapsiagaannya baik, dan dari 12 responden yang mengikuti pelatihan BLS 66,7 dan dari 5 responden yang mengikuti pelatihan
BTCLS 100,0 kesiapsiagaannya baik.
4.5.1. Tabel Silang Karakteristik Responden dengan Kesiapsiagaan Keteranpilan Heimlich Manuver dan Resusitasi Jantung Paru
Tabel 4.19 Tabel Silang Karateristik Responden dengan Kesiapsiagaan Keterampilan HM dan RJP Perawat dalam Memberikan Pelayanan
Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan akibat Bencana Alam di Wilayah Dinas Kesehatan Kab. Aceh Tamiang Tahun 2013
Variabel Kesiapsiagaan Keteranpilan
HM dan RJP Total
Kurang Baik
N n
n
Umur : 20 – 29 Tahun
30 – 39 Tahun 40 – 49 Tahun
9 6
9 69,2
35,3 90,0
4 11
1 30,8
64,7 10,0
13 17
10 100
100 100
Universita Sumatera Utara
Tabel 4.19 Lanjutan Jenis Kelamin :
Laki – Laki Perempuan
Pendidikan : SPK
D – III Keperawatan S1 Keperawatan
Masa Kerja : 0 – 5 Tahun
6 – 10 Tahun 11 – 15 Tahun
16 – 20 Tahun Mengikuti Pelatihan :
Tidak Pernah BLS
BTCLS
15 9
3 12
8 10
3 3
19 4
1 57,7
64,3
75,0 36,4
80,0 45,5
75,0 75,0
82,6 33,3
20,0 11
5 1
21 3
2 12
1 1
4 8
4 42,3
35,7
25,0 63,6
100 20,0
54,5 25,0
25,0
17,4 66,7
80,0 26
14
4 33
3 10
22 4
4
23 12
5 100
100
100 100
100
100 100
100 100
100 100
100
Berdasarkan tabel 4.19 dapat dilihat hasil analisis karakteristik responden tentang kesiapsiagaan keterampilan Heimlich Manuver dan Resusitasi Jantung Paru
perawat dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan sistem pernapasan diperoleh bahwa dari 17 responden yang berumur 30 – 39 tahun 64,7
kesiapsiagaannya baik. Dari 26 responden yang berjenis kelamin laki – laki 42,3 kesiapsiagaannya baik. Dari 3 responden yang berpendidikan S1 Keperawatan 100
kesiapsiagaannya baik. Dari 22 responden yang masa kerjanya 6 – 10 tahun 54,5 kesiapsiagaannya baik, dan dari 12 responden mengikuti pelatihan BLS 66,7
kesiapsiagaannya baik dan dari 5 responden yang mengikuti pelatihan BTCLS 100,0 kesiapsiagaannya baik.
Universita Sumatera Utara
4.5.5. Tabel Silang Pengetahuan Perawat dengan Sikap
Tabel 4.20 Tabel Silang Pengetahuan Perawat dengan Sikap dalam Kesiapsiagaan Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan
akibat Bencana Alam di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013
Pengetahuan Sikap
Total Negatif
Positif N
n n
Baik Sedang
Kurang 2
2 3
7,7 25,0
50,0 24
6 3
92,3 75,0
50,0 26
8 6
100 100
100
Jumlah 7
17,5 33
82,5 40
100
Dari tabel 4.20 menunjukkan dari 26 responden yang berpengetahuan baik 92,3 bersikap positif dan 7,7 bersikap negatif, dari 8 responden yang
berpengetahuan sedang 75,0 bersikap positif, dan 25,0 bersikap negatif dan dari 6 responden berpengetahuan kurang 50,0 bersikap positif dan 50,0 negatif.
4.5.6. Tabel Silang Pengetahuan dengan Keterampilan Heimlich Manuver
Tabel 4.21 Tabel Silang Pengetahuan Perawat dengan Keterampilan Heimlich
Manuver dalam Kesiapsiagaan Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan akibat Bencana Alam di Wilayah Dinkes Kab. Aceh
Tamiang 2013
Pengetahuan Keterampilan Heimlich M
Total Tdk Terampil
Terampil
N n
N Baik
Sedang Kurang
9 3
6 34,6
37,5 100
17 5
65,4 62,5
26 8
6 100
100 100
Jumlah 18
45,0 22
55,0 40
100
Dari tabel 4.21 menunjukkan dari 26 responden yang berpengetahuan baik 65,4 terampil dan 34,6 tidak terampil, dari 8 responden yang berpengetahuan
Universita Sumatera Utara
sedang 62,5 terampil dan 37,5 tidak terampil, dari 6 responden yang berpengetahuan kurang 100 tidak terampil.
4.5.7. Tabel Silang Pengetahuan dengan Keterampilan Resusitasi Jantung Paru
Tabel 4.22 Tabel Silang Pengetahuan Perawat dengan Keterampilan Resusitasi Jantung Paru dalam Kesiapsiagaan Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan
Sistem Pernapasan akibat Bencana Alam di Wilayah Dinkes Kab. Aceh Tamiang 2013
Pengetahuan Keterampilan RJP
Total Tdk Terampil
Terampil N
n N
Baik Sedang
Kurang 10
5 6
38,5 62,5
100 16
3 61,5
37,5 26
8 6
100 100
100
Jumlah 21
52,5 19
47,5 40
100
Berdasarkan tabel 4.22 menunjukkan dari 26 responden yang berpengetahuan baik 61,5 terampil dan 38,5 tidak terampil, dari 8 responden yang
berpengetahuan sedang 62,5 tidak terampil dan 37,5 terampil dan dari 6 responden yang berpengetahuan kurang 100 tidak terampil.
4.5.8. Tabel Silang sikap dengan Keterampilan Heimlich Manuver
Tabel 4.23 Tabel Silang Sikap Perawat dengan Keterampilan Heimlich Manuver
dalam Kesiapsiagaan Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan akibat Bencana Alam di Wilayah Dinas Kesehatan Kab. Aceh
Tamiang Tahun 2013
Sikap Keterampilan Heimlich M
Total Tdk Terampil
Terampil N
n N
a.Positif b.Negatif
12 6
36,4 85,7
21 1
63,6 14,3
33 7
100 100
Jumlah 18
45,0 22
55,0 40
100
Universita Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.23 menunjukkan dari 33 responden yang bersikap positif 63,6 terampil dan 36,4 tidak terampil, dan dari 7 responden yang bersikap negatif
85,7 tidak terampil dan 14,3 terampil.
4.5.9. Tabel Silang Sikap dengan Keterampilan Resusitasi Jantung Paru
Tabel 4.24 Tabel Silang Sikap Perawat dengan Keterampilan Resusitasi Jantung Paru dalam Kesiapsiagaan Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem
Pernapasan akibat Bencana Alam di Wilayah Dinas Kesehatan Kab. Aceh Tamiang Tahun 2013
Sikap Keterampilan RJP
Total Tdk Terampil
Terampil N
n N
a. Positif b. Negatif
15 6
45,5 85,7
18 1
54,5 14,3
33 7
100 100
Jumlah 21
52,5 19
47,5 40
100
Berdarkan tabel 4.24 menunjukkan dari 33 responden yang bersikap positif
54,5 terampil dan 45,5 tidak terampil, dan dari 7 responden yang bersikap negatif 85,7 tidak terampil dan 14,3 terampil.
Universita Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Kesiapsiagaan Perawat Berdasarkan Pengetahuan dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang terlibat dalam tim penanggulangan bencana di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Aceh Tamiang
mayoritas memiliki pengetahuan yang baik yaitu 65,0, sedangkan yang memiliki pengetahuan sedang 20,0, hanya 15 responden yang memiliki pengetahuan
kurang, berdasarkan skor jawaban responden manyoritas perawat pengetahuannya baik yaitu 78. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar Tim Penanggulangan
Bencana di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Aceh Tamiang telah memiliki pengetahuan yang baik tentang konsep – konsep penanggulangan kasus
kegawatdaratan sistem pernapasan yang merupakan elemen terpenting dalam kesiapsiagaan.
Berdasarkan hasil tabel silang, umumnya yang berpegetahuan baik adalah berpendidikan tinggi dan pernah mengikuti pelatihan, dari hasil penelitian dapat
dilihat bahwa yang berpendidikan S1 Keperawatan 100 pengetahuannya baik dan yang berpendidikan D – III Keperawatan 63,6 pengetahuannya baik, sedangkan
yang mengikuti pelatihan BTCLS 100 pengetetahuannya baik, Sedang pada katagori umur, jenis kelamin, dan masa kerja tidak ada perbedaan persentasi yang
signifikan dari masing – masing katagori tersebut, hasil penelitian menunjukkan umumnya semua karakteristik responden berdasarkan katagori umur, jenis kelamin
88
Universita Sumatera Utara
dan masa kerja berpengetahuan baik. Sedangkan hasil penelitian tentang pendidikan dan pelatihan diatas menunjukkan bahwa pendidikan tinggi dan mengikuti pelatihan
dapat mendukung meningkat pengetahuan perawat, ini artinya semangkin tinggi pendidikan dan adanya pelatihan akan semangkin baik pula pengetahuan seseorang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Gultom 2012 tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan
Puskesmas Kampung Baru dalam menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun, bahwa manyoritas responden yang berpendidikan tinggi dan pernah
mengikuti pelatihan pengetahuannya baik tentang kesiapsiagaan. Hasil penelitian ini tentunya sangat selaras dengan kompetensi yang
diharapkan kepada perawat gawat darurat yang bekerja di Puskesmas, dimana seorang perawat gawat darurat harus memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang baik sehingga mampu melaksanakan pelayanan kegawatdarutan dengan baik pula. Pengetahuan merupakan dasar utama dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan
yang sifatnya teoritis dan patofisiologis. Seorang perawat pelaksana penanggulangan kegawatdaruratan sistem pernapasan harus benar – benar paham tentang teori
bagaimana cara penilaian jalan napas, membuka dan membebaskan jalan napas, membersihkan jalan napas dan bagaimana memberikan napas buatan.
Dalam penanggulangan kegawatdarutan, kesiapan pengetahuan merupakan hal yang utama sebagai parameter pertama faktor kritis kesiapsiagaan. Pengetahuan
teoritis dan patofisiologis berbagai gangguan sistem pernapasan sangat membantu dalam melakukan prosedur tindakan keperawatan. Seorang perawat gawat darurat
Universita Sumatera Utara
bukan sekedar tahu tentang kasus – kasus kegawatdaruratan, tapi juga harus memahami dan menjelaskan secara benar terhadap prosedur tindakan yang akan
dilakukan. Pengetahuan menjadi fokus utama terkait dengan persiapan menghadapi tanggap darurat bencana alam, non alam maupun bencana campuran. Kesiapan
pengetahuan sangat diperlukan guna untuk membantu memperbaiki perilaku sikap dan tindakan keterampilan seseorang, dan kesiapan pengetahuan tersebut dapat
dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan menjadi hal yang sangat utama bagi seorang petugas yang memberikan pelayanan
kegawatdaruratan, agar senantiasa pengetahuan yang dimiliki meningkat dan teruji. Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan menempuh pendidikan yang lebih
tinggi dan sesuai linier, artinya seorang perawat SPK harus melanjutkan pendidikan ke D – III Keperawatan, S1 Keperawatan dan seterusnya, begitu juga halnya dengan
pelatihan, harus sesuai dengan kompetensi yang diharapkan sebagai seorang perawat gawat darurat, pelatihan yang sesuai seperti : pelatihan Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu SPGDT, pelatihan Satuan Penanggulangan Bencana SATGANA, pelatihan Basic Life Support BLS dan pelatihan Basic
TraumaCardio Life Support BTCLS.
5.2 Kesiapsiagaan Perawat Berdasarkan Sikap dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap perawat tentang kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Aceh Tamiang mayoritas memiliki sikap yang positif yaitu 82,5, hanya 17,5
Universita Sumatera Utara
yang masih memiliki sikap yang negatif, berdasarkan skor jawaban responden umumnya perawat bersikap positif yaitu 77,5, ini artinya sebagian besar perawat
yang tergabung dalam tim penanggulangan bencana di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Aceh Tamiang telah memiliki keyakinan, kepercayaan, emosional dan
tindakan yang benar dan bersikap positif tentang prinsip – prinsip penanggulangan kasus kegawatdaratan sistem pernapasan.
Hasil tabel silang menggambarkan manyoritas responden yang bersikap positif adalah berumur 30 – 39 tahun yaitu 94,1, usia 20 – 29 tahun 84,6, ini
menunjukkan bahwa perawat yang bersikap positif lebih banyak pada usia produktif yaitu 20 – 39 tahun, berdasarkan jenis kelamin manyoritas yang bersikap positif
adalah perempuan yaitu 92,9 sedangkan laki – laki 76,9. Hasil penelitian ini sejalan dengan studi – studi psikologis yang menyatakan bahawa perempuan lebih
peka dan mematuhi wewenang serta memiliki pengharapan untuk sukses yang lebih tinggi dibandingkan laki – laki, tetapi perbedaan itu kecil, kita mengamsumsikan
bahwa tidak ada perbedaan berarti dalam kesiapsiagaan antara laki – laki dan perempuan.
Hasil penelitian juga menunjukkan, berpendidikan tinggi, mengikuti pelatihan sikapnya lebih positif dibandikan dengan responden yang berpendidikan rendah dan
tidak mengikuti pelatihan, dari hasil penelitian terlihat bahwa 100 responden yang berpendidikan S1 Keperawatan bersikap positif dan 81,8 yang berpendidikan D –
III Keperawatan bersikap positif, begitu juga dengan pelatihan 100 responden yang mengikuti pelatihan BTCLS bersikap positif dan 91,7 yang mengikuti pelatihan
Universita Sumatera Utara
BLS bersikap positif. Sedangkan responden yang berpengetahuan baik bersikap positif bersikap positif adalah 92,3. Pengetahuan yang baik dan pendidikan tinggi,
serta mengikuti pelatihan cenderung akan membuat seseorang bersikap positif. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Gultom 2012 tentang
pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru dalam menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun,
bahwa manyoritas responden yang berpendidikan tinggi, mengikuti pelatihan dan pengetahuan yang baik sikapnya positif .
Dalam kesiapsiagaan bencana sikap merupakan domain yang sangat penting bagi setiap perawat pelaksana terutama dalam melaksanakan tugas sabagai tim
penanggulangan bencana. Sikap yang positif dalam melaksanakan tugas cenderung akan meningkatkan kualitas pelayanan kegawatdarutan di lokasi bencana, dan begitu
juga sebaliknya sikap negatif cenderung akan menurunkan kualitas pelayanan, dalam dalam penanganan kasus – kasus kegawatdaruratan tentunya sangat berbahaya dan
dapat menyebabkan korban meninggal yang seharusnya bisa diselamatkan. Sikap secara nyata menunjukkan reaksi terhadap stimulasi tertentu dalam kehidupan sehari
– hari. Meningkatkan pengetahuan dan sikap dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, kursus, seminar dan lain sebagainya, dalam penentuan sikap yang utuh,
pengetahuan memegang peranan yang sangat penting, pengetahuan yang baik akan membuat sesorang lebih bersikap positif dalam melakukan suatu pekerjaan dan
mengambil suatu keputusan.Menumbuhkan sikap positif merupakan hal terpenting dalam kesiapsiagaan bencana, seseorang yang bersikap positif akan merespon dengan
Universita Sumatera Utara
cepat dan mengerjakan tugas dengan baik serta bertanggung jawab terhadap apa yang diamanahkan kepadanya.
5.3 Kesiapsiagaan Perawat Berdasarkan Keterampilan Heimlich Manuver dan
Resusitasi Jantung Paru dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya perawat terampil dalam melakukan tindakan Heimlich Manuver yaitu 55,0 dan 45,0 terampil
melakukan Resusitasi Jantung Paru, berdasarkan skor jawaban responden manyoritas perawat terampil melakukan Heimlich Manuver yaitu 83, dan berdasarkan skor
jawaban responden untuk Resusitasi Jantung Paru manyoritas perawat juga terampil yaitu 86,5. Ini menggambarkan bahwa umumnya perawat yang terlibat dalam tim
penanggulangan bencana di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang terampil melakukan prosedur tindakan Heimlich Manuver dan Resusitasi Jantung
Paru yang merupakan elemen yang paling utama dalam memberikan pertolongan kepada korban yang mengalami gangguan sistem pernapasan.
Hasil penelitian pada tabel silang tergambar bahwa responden yang terampil melakukan Heimlich Manuver adalah usia 30 – 39 tahun yaitu 82,4 dan 75,5
untuk Resusitasi Jatung Paru, ini menunjukkan bahwa umumnya perawat yang terampil melakukan prosedur Heimlich Manuver dan Resusitasi Jantung paru berada
pada usia produktif, sedangkan pada katagori pendidikan yang terampil adalah berpendidikan S1 Keperawatan yaitu 100, sedangkan masa kerja yang dominan
terampil adalah 11 – 15 tahun yaitu 75,0 pada Heimlich Manuver dan 50,0 pada
Universita Sumatera Utara
RJP, sedangkan untuk pelatihan manyoritas yang terampil dalam melakukan kedua prosedur tindakan tersebut adalah yang mengikuti pelatihan BTCLS 80,0 dan BLS
83,3 yaitu terampil melakukan Heimlich Manuver sedangkan yang terampil melakukan RJP adalah yang mengikuti pelatihan BTCLS 80,0 dan BLS 75,0, ini
artinya perawat yang jarang mengasah keterampilannya dan tidak mengikuti pelatihan membuat perawat tersebut tidak terampil, berdasarkan pengetahuan dan sikap,
umumnya yang terampil adalah berpengetahuan baik dan bersikap positif. Keterampilan berhubungan erat dengan karakteristik individu itu sendiri,
berdasarkan umur yang lebih terampil adalah yang berusia produktif, usia yang produktif dapat meningkatkan semangat, motivasi dan kemampuan yang tinggi
dibandikangkan dengan usia tua atau muda, berdasarkan masa kerja yang lebih terampil adalah yang masa kerjanya 11 – 15 tahun, hal ini dapat terjadi mengingat
dapat masa kerja berhubungan dengan pengalaman kerja yang tentunya berperan secara dominan pada perawat tersebut dalam melakukan pekerjaannya sehari hari,
tetapi bukan berarti bahwa pengalaman yang dimiliki oleh perawat selalu dapat dipergunakan dalam melaksanakan tugas, hal ini selalu dipengaruhi oleh perubahan –
perubahan dan perkembangakan yang selalu terjadi. Perawat yang banyak pengalamannyapun tetap memerlukan tambahan pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan tinggi juga akan meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, bila pendidikan yang ditempuh sesuai dengan jalur atau kompetensi lulusan yang
diharapkan, maka seseorang akan terampil dibidang yang mereka pelajari, bila seseorang ingin memberikan pelayanan kegawatdaruratan secara professional,
Universita Sumatera Utara
tentunya orang tersebut harus kuliah di fakultas kedokteran atau fakultas keperawatankebidanan kerena hanya di fakultas tesebut mempelajari tentang materi
kegawatdaruratan. Peningkatan kemampuan dan keterampilan dapat dilakukan melalui pelatihan, pelatihan yang dilakukan secara kontinyu akan membuat seseorang
terampil. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Dewi 2010 tentang
kesiapsiagaan sumber daya manusia kesehatan dalam penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana banjir di provinsi DKI Jakarta yang hasil diperoleh bahwa
manyoritas yang memiliki kesiapan adalah yang berumur diatas 30 tahun, berpendidikan tinggi, masa kerja diatas 5 tahun serta sering mengikuti pelatihan.
Perawat yang memberikan pelayanan bencana, khusus kegawatdarutan dituntut terampil dan professional serta memiliki kompetensi khusus dalam hal penanganan
kasus – kasus kegawatdaruratan. Selain pengetahuan yang baik dan sikap yang positif, perawat gawat darurat juga dituntut harus memiliki keterampilan.
Keterampilan adalah suatu yang dimiliki oleh seseorang untuk melaksaksanakan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya Gordon, 1988. Bila seorang
perawat terampil dalam melakukan suatu prosedur tindakan, tentu akan dapat mengerjakan suatu pekerjaan dengan mudah, efektif, dan efesien, serta professional.
Peningkatan keterampilan dapat lakukan melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan sehingga seorang perawat pelaksana benar – benar terasah
kemampuannya dalam melakukan Heimlich Manuver dan Resusitasi Jantung Paru,
Universita Sumatera Utara
sesuai hasil penelitian bahwa orang berpendikan tinggi dan mengikuti pelatihan lebih terampil dibandingkan dengan yang tidak mengikuti pelatihan.
Peningkatan keterampilan merupakan strategi yang diarahkan untuk meningkatkan efesiensi, efektivitas dan sikap tanggap dalam menghadapi bencana.
5.4. Kesiapsiagaan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan