Pengertian Mati Klinis dan Mati Biologis Tanda Kematian Biologis Pemijatan Jantung Langkah-langkah sebelum Melakukan RJP

Jika korban masih bernapas, maka siberikan bantuan pernapasan bila : a. Pernapasan terlalu lambat b. Pernapasan yang terlalu dangkal c. Pernapasan yang sangat cepat 2. Beberapa cara pernapasan buatan yang harus dikuasai : a. Pernapasan mulut ke mulut b. Pernapasan mulut ke masker c. Pernapasan mulut ke Bag Valve Mask BVM

2.2.3.6. Resusitasi Jantung Paru RJP

Bila sel tubuh tidak mendapatkan oksigen, jaringan vital seperti otak dan jantung akan rusak. Hal ini dapat menyebabkan kematian

2.2.3.6.1. Pengertian Mati Klinis dan Mati Biologis

1. Mati Klinis Korban dinyatakan mati secara klinis apabila berhenti bernapas dan jantung berhenti berdenyut. Pada keadaan ini masih dapat diusahakan agar korban hidup kembali apabila dilakukan RJP. 2. Mati Biologis Kerusakan sel otak dimulai 4 – 6 menit setelah berhentinya pernapasan dan sirkulasi darah. Setelah 10 menit biasanya sudah terjadi kematian biologis. Pada keadaan ini korban tidak dapat ditolong lagi. Dengan demikian dalam keadaan mati klinis perlu dilakukan tindakan cepat agar tidak menjadi mati biologis. Tindakan yang dilakukan secara umum di sebut Universita Sumatera Utara bantuan hidup dasar yaitu segala hal yang bersangkutan dengan Airway, Breathing, dan Circulation.

2.2.3.6.2. Tanda Kematian Biologis

Walaupun korban belum menunjukkan tanda – tanda pembusukan, namun ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa korban sudah mati biologis, yaitu : 1. Kebiruan lembam mayat 2. Kekakuan rigor mortis 3. Pembusukan yang nyata, terutama bau busuk. Bila terlihat tanda – tanda kematian biologis, RJP tidak perlu dilakukan lagi.

2.2.3.6.3. Pemijatan Jantung

Jantung dapat dibuat seolah – olah berdenyut dengan menekan dada dari luar. Pada tindakan ini kita menekan dada sehingga tekanan dalam rongga dada menjadi sangat tinggi, dan saat melepas tekanan pada dinding dada, rongga dada akan kembali ke bentuk semula karena elastis, dan terjadi penurunan tekanan dalam rongga dada.

2.2.3.6.4. Langkah-langkah sebelum Melakukan RJP

Sebelum melakukan RJP pada korban, kita harus : 1. Pastikan bahwa korban tidak sadar 2. Pastikan bahwa korban tidak bernapas 3. Pastikan bahwa nadi korban tidak teraba Untuk korban tidak sadar, cari denyut nadi karotis, dengan cara : 1. Letakkan dua jari diatas laring, jangan gunakan ibu jari Universita Sumatera Utara 2. Geserkan jari penolong ke samping. Hentikan di sela – sela antara laring dan otot leher 3. Rasakan nadi, tekan selama 5 – 10 detik Resusitasi Jantung Paru merupakan kombinasi pemijatan jantung dan napas buatan. Untuk dapat melakukan RJP dengan seksama, maka baik korban maupun penolong harus dalam posisi yang tepat. 1. RJP dengan satu penolong pada orang dewasa a. Lakukan penekanan dada dengan perbandingan 2x tiupan diikuti 30x penekanan dada b. Buka jalan napas, kemudian berikan 2 tiupan yang masing – masing waktunya 1,5 sampai 2 detik. Pastikan kita menarik napas yang dalam sebelum memberikan tiupan napas. c. Lanjutkan sampai 4 kali putaran dari 15 tekanan dan 2 ventilasi 2. RJP dengan dua penolong pada orang dewasa Penderita ditidurkan lurus telentang, pada permukaan yang datar dan padat. Jika memakai baju, buka bajunya sehingga kita dapat melihat tulangnya. Penolong pertama berlutut pada ujung kepala korban, penolong kedua berlutut pada sisi kanan dada korban. Lakukan penekanan dada : a. Lokasi penekanan pada area , dua jari di atas proxesus xifoideus b. Penekanan dilakukan dengan menggunakan pangkal telapak tangan. Dengan posisi satu tangan diatas tangan yang lain. Universita Sumatera Utara Dibawah ini adalah algoritma bantuan hidup dasar pada orang dewasa yang menggambarkan langkah – langka Resusitasi Jantung Paru RJP 1 2 3 Nadi Teraba 3A 4 Nadi tidak teraba 5 6 shockable unshockable Tidak Respon Tidak Bernapas atau Bernapas tidak Normal Aktifkan sistem respon kegawatdaruratan Ambil AEDdefibrillator atau kirim orang kedua - Beri 1 napas tiap 5 – 6 detik - Cek nadi kembali tiap 2 menit AEDdefibrillator datang Mulai 30 kompresi dan 2 ventilasi RJP Kualitas Tinggi - Kecepatan paling sedikit 100xm - Kedalaman kompresi 2 inci 5 cm - Biarkan dada recoil setiap setelah kompresi - Minimalkan interupsi terhadap kompresi dada - Hindari ventilasi yang berlebihan Cek nadi selama 10 detik Cek irama Irama shockable Berikan 1 shock Segera lakukan RJP selama 2 menit Segera lakukan RJP selama 2 menit Cek irama tiap 2 menit : lanjutkan sampai tim BHL datang atau korban mulai bergerak Universita Sumatera Utara Gambar 2.1 Algoritma Bantuan Hidup pada Orang Dewasa Sumber : AHA Amarican Heart Association

2.3 Teori Pembentukan Kesiapsiagaan

Menurut Citizen Corps 2006, perilaku kesiapsiagaan dapat diuji dengan menggunakan Transtheoritical Model dari Perilaku Berubah, yang juga disebut sebagai tahap-tahap model perubahan. Pada model ini, individu mendemonstrasikan berbagai tingkat kesiapan untuk berubah atau berbagai tingkat aktifitas saat ini. Model ini menempatkan individu dalam 5 lima tahap yang mengindikasikan kesiapan untuk mengupayakan, membuat atau mendukung perubahan perilaku. Kelima tahap tersebut adalah : 1. Precontemplation Pra Renungan, dimana pada tahap ini individu tidak berniat untuk berubah atau bahkan berfikir tentang perubahan dalam waktu dekat biasanya diukur 6 bulan berikutnya 2. Contemplation Renungan, dimana individu belum dipersiapkan untuk mengambil tindakan pada saat ini, tetapi berniat untuk mengambil tindakan dalam jarak enam bulan kedepan. 3. Preparation Persiapan, dimana individu secara aktif mempertimbangkan untuk mengubah perilakunya kedepan dengan segera 4. Action Tindakan, dimana individu benar-benar membuat suatu perubahan perilakunya beberapa waktu yang lalu, namun perubahan tersebut belum dipertahankan dengan baik dipertahankan 6 bulan atau kurang. Universita Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Kesiapsiagaan Dinas Kesehatan Terhadap Penanggulangan Bencana Di Kota Medan

0 0 17

Analisis Kesiapsiagaan Dinas Kesehatan Terhadap Penanggulangan Bencana Di Kota Medan

0 0 2

Analisis Kesiapsiagaan Dinas Kesehatan Terhadap Penanggulangan Bencana Di Kota Medan

0 0 11

Analisis Kesiapsiagaan Dinas Kesehatan Terhadap Penanggulangan Bencana Di Kota Medan

0 0 22

ANALISIS KESIAPSIAGAAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEGAWATDARURATAN SISTEM PERNAFASAN AKIBAT BENCANA ALAM DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG Nagoklan Simbolon

0 0 10

PENGARUH PENERAPAN COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING TERHADAP KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO

0 1 9

Analisis Kesiapsiagaan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan Akibat Bencana Alam di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 41

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bencana Alam 2.1.1. Defensi Bencana Alam - Analisis Kesiapsiagaan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan Akibat Bencana Alam di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang

0 1 38

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Kesiapsiagaan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan Akibat Bencana Alam di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 13

Analisis Kesiapsiagaan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan Akibat Bencana Alam di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 21