Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Teori Pembentukan Kesiapsiagaan

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Bagaimana gambaran kesiapsiagaan perawat dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan sistem pernapasan akibat bencana alam di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kesiapsiagaan perawat berdasarkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan sistem pernapasan akibat bencana alam di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang dan faktor yang berhubungan dengan kesiapsiagaan perawat.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Ilmu Pengetahuan Secara teoritis, dapat bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu kesehatan masyarakat khususnya tentang kesiapsiagaan perawat dalam memberikan pelayanan Kegawatdaruratan Sistem pernapasan akibat bencana alam. 1.4.2 Bagi Masyarakat Sebagai bahan pemikiran yang didasari pada teori dan analisis terhadap kajian praktis untuk meningkatkan sumber daya manusia dalam kesiapsiagaan menanggulangi masalahan kesehatan akibat bencana alam. Universita Sumatera Utara 1.4.3 Pemerintah Sebagai bahan masukan bagi pemerintah terkait dalam menyusun program kesiapsigaan bencana khususnya bidang kesehatan yang berperan menanggulangi masalah kesehatan akibat bencana alam. Universita Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 . Bencana Alam

2.1.1. Defensi Bencana Alam

Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat. Bencana dapat disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang menyebabkan gangguan serius pada masyarakat sehingga menyebabkan korban jiwa serta kerugian yang meluas pada kehidupan manusia baik dari segi materi, ekonomi maupun lingkungan dan melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi menggunakan sumber daya yang dimiliki IDEP, 2007. Berdasarkan penyebabnya, bencana dapat dikatagorikan menjadi tiga, yaitu bencana alam, bencana sosial dan bencana campuran. Bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh kejadian – kejadian alamiah, seperti gempa bumi, tsunami, gunung berapi, dan angin topan. IDEP, 2007 Menurut UU No. 24 Tahun 2007, bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan 14 Universita Sumatera Utara tanah longsor UU No. 24 Tahun 2007. Menurut Priambido 2009 bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh perubahan kondisi alamiah alam semesta angin : topan, badai, putting beliuang; tanah : banjir, tsunami, kekeringan, perembesan air tanah; api : kebakaran, letusan gunung api. Bencana alam juga didefenisikan sebagai peristiwa yang terjadi akibat kerusakan atau ancaman ekosistem dan terjadi kelebihan kapasitas yang terkena dampaknya. Dapat dijumpai terputusnya alat penunjang kehidupan lifeline dan tidak berfungsinya institusi medis Zailani. Dkk, 2009

2.1.2. Klasifikasi Bencana Alam

Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Bencana Alam Geologis Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi gaya endogen. Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami. 2. Bencana Alam Klimatologis Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang disebabkan oleh faktor angin dan hujan. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami hutan bukan oleh manusia. Universita Sumatera Utara Gerakan tanah longsor termasuk juga bencana alam, walaupun pemicu utamanya adalah faktor klimatologis hujan, tetapi gejala awalnya dimulai dari kondisi geologis jenis dan karakteristik tanah serta batuan dan sebagainya. 3. Bencana Alam Ekstra-Terestrial Bencana alam ekstra-terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar angkasa, contoh : hantamanimpact meteor. Bila hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi Ekawati, 2005 2.1.3. Macam – macam Bencana Alam 2.1.3.1. Banjir 1. Pengertian Banjir Banjir adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dengan tidak diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai sehingga merendam wilayah-wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-orang yang ada di sana. Banjir bisa juga terjadi karena jebolnya sistem aliran air yang ada sehingga daerah yang rendah terkena dampak kiriman banjir Purwono, 2006. 2. Penyebab Banjir Menurut Priambodo 2009, secara umum, penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut : a. Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi, b. Pendangkalan sungai, Universita Sumatera Utara c. Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai mapupun gotong royong, d. Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat, e. Pembuatan tanggul yang kurang baik, f. Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan. 3. Masalah Kesehatan dan Kerugian yang Mungkin Timbul Menurut Sukandarrumidi 2010, Apabila suatu wilayah permukiman dilanda banjir, beberapa masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh masyarakat antara lain adalah : a. Tengggelam b. Gangguan pernapasan akibat masuknya air pada jalan napas c. Penyakit diare, leptospirosis, dan gatal – gatal pada kulit akibat lingkungan yang tidak bersih. d. Penyakit Malaria akibat terbentuknya genangan air yang mengundang nyamuk malaria. e. Korban harta dan jiwa manusia f. Munculnya penyakit yang tersebar melalui air

2.1.3.2. Gempa Bumi

1. Pengetian Gempa Bumi Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung api atau runtuhan batuan. Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi Universita Sumatera Utara pergeseran pada bagian dalam bumi secara tiba tiba Cahanar, 2005. Priambodo 2009 mendefinisikan gempa bumi sebagai getaran sesaat, bersifat tidak menerus, akibat terjadinya pergeseran secara tiba-tiba pada kerak bumi. Pergeseran ini terjadi karena adanya sumber kekuatan force sebagai penyebabnya. 2. Penyebab Gempa Bumi Menurut Primbodo 2009 gempa bumi disebabkan oleh : a. Aktivitas tektonik, merupakan proses alamiah bumi yang disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik. b. Aktivitas vulkanik, merupakan proses alamiah bumi yang disebabkan oleh aktivitas gunung api. 3. Masalah kesehatan dan bahaya yang sering timbul Menurut Sukandarrumidi 2010, beberapa masalah kesehatan yang sering timbul mengikuti bahaya tektonik dan vulkanik adalah : a. Keracunan makanan b. Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA c. Gangguan pernapasan d. Kematian dan luka e. Penyakit psikis karna trauma

2.1.3.3. Tsunami

1. Defenisi Tsunami Tsunami adalah ombak yang sangat besar yang menyapu daratan akibat adanya gempa bumi di laut, tumbukan benda besarcepat di laut, angin ribut, dan Universita Sumatera Utara lain sebagainya Rahayu, 2009. Menurut IDEP 2007 Tsunami adalah gelombang besar yang diakibatkan oleh pergeseran bumi di dasar laut. 2. Penyebab Tsunami Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun 90 tsunami di akibatkan oleh gempa bumi dibawah laut Cahanar, 2005 3. Masalah kesehatan yang mungkin timbul. Zailani. dkk 2009 mengatakan Tsunami mengakibatkan bangunan roboh. Reruntuhan bangunan yang menimpa manusia dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Tsunami juga dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan lainnya, antara lain : a. Gangguan pernapasan b. Keracunan makanan c. Korban meninggal akibat tenggelam 2.2 Kesiapsiagaan 2.2.1 Definisi Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna UU No. 24 Tahun 2007, BNPB, 2011, Depkes, 2007 Menurut IDEP 2007 Kesiapsiagaan preparedness adalah upaya untuk Universita Sumatera Utara memperkirakan kebutuhan dalam rangka menghadapi situasi kedaruratan dan mengidentifikasi kebutuhan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini bentujuan agar perawat mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi bencana alam. Menurut Depkes RI 2010, kesiapsiagaan dalam wilayah manajemen darurat dapat dinyatakan sebagai pernyataan kesediaan untuk berespon terhadap suatu bencana, krisis atau tipe situasi emergensi lainnya. Kesiapsiagaan bukan hanya pernyataan kesiapan tetapi juga suatu topik dimana didalamnya terdapat banyak aspek-aspek manajemen darurat. Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan didalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan risiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadi bencana. Konsep kesiapsiagaan yang digunakan lebih ditekankan pada kemampuan untuk melakukan tindakan persiapan menghadapi kondisi darurat bencana secara cepat dan tepat LIPI-UNESCOISDR dalam Rahayu, 2009. Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Konsep kesiapsiagaan memiliki berbagai dimensi yang didukung oleh sejumlah aktifitas. Dimensi dari kesiapsiagaan mencakup berbagai tujuan atau pernyataan akhir bahwa kesiapsiagaan berusaha untuk dicapai. Kegiatan-kegiatan adalah tindakan-tindakan nyata yang perlu untuk diambil Universita Sumatera Utara dalam rangka menemukan tujuan-tujuan tersebut. Sumber-sumber bervariasi dalam hal bagaimana dimensi-dimensi tersebut dan aktifitas-aktifitas yang didefinisikan IDEP, 2007. Kesiapsiagaan preparedness menghadapi bencana alam adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengantisipasi bencana sehingga tindakan yang dilakukan pada saat dan setelah terjadi bencana dilakukan secara tepat dan efektif Zailaini. dkk, 2009. Tujuan khusus dari upaya kesiapsiagaan bencana adalah menjamin bahwa sistem, prosedur, dan sumber daya yang tepat siap ditempatnya masing-masing untuk memberikan bantuan yang efektif dan segera bagi korban bencana sehingga dapat mempermudah langkah-langkah pemulihan dan rehabilitasi layanan Purwono, 2006. Kesiapsiagaan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam menghadapi kejadian bencana agar korban dan dampak bencana dapat diminimalkan. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan dalam upaya kesiapsiagaan adalah melakukan inventarisasi sumber daya yang siap dimobilisasi dan menyiapkan lokasi evakuasi BNPB, 2011 Fase kesiapsiagaan bencana adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik dengan mikirkan berbagai tindakan untuk meminimalisir kerugian yang timbul akibat terjadinya bencana dan menyusun perencanaan agar dapat melakukan kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif pada saat terjadi bencana Zailani. Dkk, 2009. Universita Sumatera Utara 2.2.2. Kesiapsiagaan Perawat 2.2.2.1. Perawat Perawat merupakan sub komponen dari sumber daya manusia khusus tenaga kesehatan yang ikut menentukan mutu pelayanan kesehatan pada unit pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang menjadi bagian dari sistem pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan pelayanan, perawat selalu mengadakan interaksi dengan pasien, keluarga, tim kesehatan dan lingkungannya di mana pelayanan tersebut dilaksanakan Potter dan Perry, 2005. Nursalam 2007, mendefinisikan keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio- spiritual yang komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan di sini adalah bagaimana perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan memperlakukan pasien sebagai manusia.

2.2.2.2. Peran dan Fungsi Perawat Gawat Darurat

Menurut Musliha 2009 adapun peran dan fungsi perawat gawat darurat adalah: 1. Melakukan triage, mengkaji dan menetapkan dalam spektrum yang lebih luas terhadap kondisi klinis pada berbagai keadaan yang bersifat mendadak mulai dari ancaman nyawa sampai kondisi kronis. 2. Memberikan dukungan emosional terhadap pasien dan keluarga. Universita Sumatera Utara 3. Memfasilitasi rujukan dalam rangka menyelesaikan masalah kegawatdaruratan. 4. Jika terjadi bencana, komunikasi kepada seluruh tim pelayanan gawat darurat terkait, baik pelayanan pra rumah sakit, maupun intra rumah sakit.

2.2.2.3. Kompetensi Perawat Gawat Darurat

Berdasarkan peran dan fungsinya, perawat gawat darurat yang bekerja di puskemas maupun di rumah sakit harus memiliki kompetensi khusus, yang diperoleh melalui pelatihan Basic Trauma Life Support BTLS dan Basic Cardiology Life Support BCLS atau Penanggulangan Penderita Gawat Darurat PPGD, sedangkan perawat yang bekerja di puskesmas menimal harus memiliki kompetensi Basic Life Support BLS. Kompetensi tersebut meliputi : pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus ditingkatkan dan dipelihara sehingga menjamin perawat dapat melaksanakan peran dan fungsi secara professional Musliha, 2009. Kompetensi yang harus dimiliki perawat dalam penanggulangan Kegawatdaruratan Sistem pernapasan adalah : 1. Mengatasi obstruksi jalan napas 2. Membuka jalan napas 3. Memberi napas buatan 4. Melakukan resusitasi jantung paru RJP dengan didahului penilaian ABC kasi eksternal dan internal Universita Sumatera Utara 2.2.3. Pelayanan Gawat Darurat 2.2.3.1. Konsep Pelayanan Gawat Darurat Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatanperawat pada saat tanggap darutat. Adapun tugas dan peran pada situasi tanggap darurat bencana adalah memberikan pelayanan kegawatdaruratandi tempat kejadian bencana sebelum korban di rujuk ke puskesmas maupun rumah sakit Depkes, 2008. Menurut Setiohaji 2012 Pelayanan gawat darurat merupakan suatu program respon kedaruratan perawatbidan untuk korban yang cedera atau sakit dan memerlukan perawatan yang medesak Thygerson.dkk, 2011. Pelayanan keperawatan gawat darurat adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi keperawatan gawat darurat yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif ditujukan kepada klienpasien yang mempunyai masalah aktual atau resiko yang disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi. Kegiatan pelayanan keperawatan gawat darurat menunjukkan keahlian dalam pengkajian pasien, setting prioritas, intervensi krisis, dan pendidikan kesehatan masyarakat Krisyanti, dkk, 2011. Sebagai seorang perawat gawat darurat harus memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk menangani respon pasien pada Universita Sumatera Utara resusitasi, syok, trauma, ketidakstabilan multisystem dan kewatdaruratan yang mengancam jiwa laiannya. Pelayanan gawat darurat dilokasi bencana dilakukan pada fase akut atau tanggap darurat, pelayanan diberikan langsung ditempat kejadian berupa pertolongan terhadap luka menghentikan perdarahan dan evakuasi dari lokasi bahaya ke tempat yang aman dan memberikan pelayanan bantuan hidup dasar untuk menyelamatkan korban, masa pencarian dan penyelamatan pada pase akut adalah 48 jam Zailani. Dkk, 2009. Menurut Setiohaji 2012 Dalam kegawatdaruratandiperlukan 3 kesiapan, yaitu : 1. Siap mental, dalam arti bahwa ”emergency can not wait”. Setiap unsur yang terkait termasuk perawat harus menghayati bahwa aritmia dapat membawa kematian dalam 1 – 2 menit. Apnea atau penyumbatan jalan napas dapat mematikan dalam 3 menit. 2. Siap pengetahuan dan keterampilan. Perawat harus mempunyai bekal pengetahuan teoritis dan patofisiologi berbagai penyakit organ tubuh penting. Selain itu juga keterampilan manual untuk pertolongan pertama. 3. Siap alat dan obat. Pertolongan pasien gawat darurat tidak dapat dipisahkan dari penyediaanlogistik peralatan dan obat-obatan darurat. Menurut Musliha 2010, persyaratan dan kesiapan yang harus dimiliki oleh perawat pelaksana gawat darurat adalah : 1. Sehat jasmani dan rohani Universita Sumatera Utara 2. Beriijazah formal keperawatan dari semua tingkat pendidikan yang disahkan oleh pemerintah 3. Memiliki sertifikat pelatihan gawat darurat 4. Tanggap dan cekatan terhadap masalah yang dihadapi

2.2.3.2. Tujuan Pelayanan Gawat Darurat

Menurut Kriyanti,dkk 2011, Tujuan dari penanggulangan gawat darurat adalah : 1. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat 2. Merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai 3. Penanggulangan korban bencana 2.2.3.3. Penatalaksanaan Gawat Darurat Sistem Pernapasan 2.2.3.3.1. Penilaian Jalan Napas 1. Jalan Napas yang Normal Pada orang yang sadar dan dapat berbicara dengan suara yang jelas, dapat dianggap bahwa airway dalam keadaan baik, pada penderita yang tidak sadar penilaian airway dapat dilakukan dengan cara melihat, mendengar dan meraba. Taruhlah kepala kita pemeriksa diatas mulut penderita, dengan melihat mering ke arah kaki penderita. Mata kita melihat naik turunnya dada penderita, pipi kita merasakan adanya hembusan udara dari mulut penderita. Telinga kita Universita Sumatera Utara mendengarkan apakah ada bunyi pernapasan. Cara ini kita lakukan selama 5 detik, dan lakukan hitungan : satu, dua, tiga, empat dan lima Depkes RI, 2008 Cara lain adalah dengan menaruh punggung tangan kita di depan hidung penderita untuk merasakan adanya hembusan udara. 2. Jalan Napas yang Tidak Normal Pernapasan yang berbunyi berarti airway tersumbat, tetapi belum sepenuhnya belum total, karena ada penyempitan pada airway maka timbul suara saat bernapas. Jenis – jenis bunyi yang dapat timbul adalah : a. Mengorok snoring, karena airway tersumbat oleh lidah atau jaringan – jaringan di tenggorokan. Perhatikan bahwa bunyi mengorok terutama terjadi saat mengeluarkan napas. b. Bunyi kumur – kumur gurgling, disebabkan adanya muntahan isi lambung, darah atau cairan lain yang mungkin ada di airway. Bunyi ini terjadi saat mengeluarkan dan menarik napas. c. Stridor adalah suara yang keras dalam menarik napas inspirasi, kemungkinan karena laring yang membengkak dan menyumbat airway bagian atas. Bisa juga karena tersumbat sebagian parsial oleh benda asing. Pada penderita yang kesadarannya menurun, lidahnya dapat jatuh ke belakang dan menyumbat airway, kemudian timbul bunyi seperti mengorok. Usaha penderita untuk bernapas kemudian menghasilkan tekanan negatif yang menarik lidah, epiglotis atau keduanya kedalam tenggorokan. Apabila kemudian dilakukan pernapasan buatan, maka lidah akan bertambah jatuh ke belakang, Universita Sumatera Utara sehingga semangkin tersumbat, oleh karna itu apabila akan dilakukan pernapasan buatan, airway selalu harus tetap terbuka Depkes RI, 2008 Menurut Sampurna 2013 Pada orang dewasa yang airway tersebut sepenuhnya, warna kulit akan membiru sianosis lama kelamaan akan kehilangan kesadaran dan jatuh. Apabila tidak segera ditangani, penderita akan meninggal. Pada anak kecil, akan terlihat gelisah, berusaha bernapas tetapi sia – sia, kulit membiru, kehilangan kesadaran dan kemudian meninggal.

2.2.3.3.2. Membebaskan Jalan Napas Airway

Menurut AGD 118 2012, untuk membebaskan jalan napas, terlebih dahulu harus diketahui sumbatan yang terjadi atau yang mungkin akan terjadi. Ada 2 dua cara yang umumnya digunakan untuk membebaskan jalan napas yaitu : 1. Dengan cara mendongakkan kepala head-tilt sambil mengangkat dagu chin lift. Cara mendongakkan kepala sambil mengangkat dagu adalah cara utuk membuka airway pada penderita yang tidak cedera. Apabila penderita cedera jangan menggerakkan kepala tetapi dapat dilakukan dengan cara mengangkat dagu chin- lift. Cara melakukannya adalah sebagai berikut : a. Letakkan tangan kiri anda pada dahi korban bila berada pada sisi kanan kepala korban b. Letakkan ujung jari telunjuk dengan jari tangan anda dari tangan kanan di bawah ujung dagu korban. c. Angkat dagu ke atas pada saat yang sama tekan dahi ke bawah mendongakkan kepala. Universita Sumatera Utara 2. Mendorong rahang bawah ke depan jaw thrust Gerakan ini lebih aman dibandingkan cara head tilt dan chin lift, terutama pada korban dengan cedera, namun lebih sulit dan lebih melelahkan. Gerakan ini sekaligus dapat menstabilkan kepala. Cara melakukannya : a. Berlutut di bagian kepala korban, letakkan siku anda di atas permukaan dimana penderita berbaring. Letakkan tangan maisng masing disamping korban. b. Pegang sudut bagian bawah rahang pada kedua sisinya. jika penderita bayi atau anak, letakkan 2 atau 3 jari masing masing tangan pada sudut rahang. c. Gunakan gerakan mengangkat untuk menggerakkan rahang ke arah depan dengan kedua tangan. Kedua tehnik tersebut diatas mendorong pangkal lidah ke depan, dan melepaskannya dari dinding belakang.

2.2.3.3.3. Membebaskan Jalan Napas Airway dari Sekret

Ada dua cara untuk membersihkan airway dari sekretcairan. Dengan posisi miring dan sapuan jari. Tehnik – tehnik tersebut dapat dilakukan sendiri – sendiri, ataupun secara bersamaan, tergantung kondisi korban. 1. Posisi miring Posisi ini digunakan pada penderita bukan trauma yang tidak sadar tetapi masih bernapas dengan baik. Cara ini tidak mungkin digunakan bila kita hendak melakukan pernapasan buatan atau kompresi jantung. Universita Sumatera Utara 2. Sapuan jari Muntah yang banyak atau benda padat yang ada dalam rongga mulutfaring dapat mengakibatkan kematian kerena airway tersebut. Sapuan jari dilakukan hanya pada korban yang kesadarannya sama sekali hilang, karena kita akan memasukkan jari kedalam mulut korban. Sapuan jari dapat dilakukan sampai daerah faring, namun hal ini jangan dilakukan pada anak – anak, karena dapat mencederai faring yang lembut , selalu menggunakan sarung tangan ketika melakukan sapuan jari. Cara melakukan sapuan jari pada korban yang tidak sadar, adalah : a. Miringkan kepala korban kearah penolong bila bukan korban cedera, posisi ini dapat mengalirkanmengeluarkan benda asing, juga membantu pangkal lidah jatuh kebelakang tenggorokan. b. Buka mulut korban dan lihat kedalam, jika terlihat cairan atau setengah cairan, tutuplah ujung jari telunjuk dan jari tengah anda dengan kainkasa jangan memakai sarung tangan c. Masukkan jari telunjuk anda dengan menelusuri bagian dalam pipi dan tenggorokan sampai di pangkal lidah gunakan jari kelingking untuk bayi atau anak lalu kait semua benda asing keluar. Jangan sampai anda mendorong benda lebih ke dalam tenggorokan korban. Universita Sumatera Utara

2.2.3.3.4. Sumbatan Benda Asing pada Jalan Napas

Sumbatan jalan napas karena benda asing sangat berbahaya dalam harus dibersihkan karena apabila korban tidak dapat bernapas, anda tidak dapat memberikan pernapasan buatan. Sumbatan jalan napas pada korban yang sadar dapat menyebabkan henti jantung. Pada sumbatan total, pernapasan akan berhenti karena benda asing tersebut menyumbat jalan napas sepenuhnya. Beberapa menit kemudian korban yang sadar akan menjadi tidak sadar karena kekurangan oksigen dan kematian akan terjadi jika sumbatan tidak diatasi. Sumbatan jalan napas yang paling sering ditemukan adalah disebabkan oleh makanan, penyebab umum lainnya gigi palsu yang lepas Depkes RI, 2008 Sumbatan benda asing pada jalan napas dapat parsial sebagian dan total. Pada sumbatan parsial korban masih dapat bernapas karena tidak sepenuhnya menyumbat pernapasan. Walaupun penderita tersebut mempunyai pertukaran udara yang bagus, kita tidak boleh meninggalkan korban dengan sumbatan parsial, karna bisa saja berubah menjadi sumbatan total AGD 118, 2012 Penatalaksanaan pra rujukan rumah sakit pada korban dengan sumbatan jalan napas dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Sumbatan parsial korban masih bernapas cukup baik Penderita dengan sumbatan parsial dapat diminta untuk batuk. Pada keadaan ini lakukan hal – hal sebagai berikut : a. Anjurkan penderita untuk bantuk. Jangan lakukan tindakan yang lain Universita Sumatera Utara b. Jangan pernah meninggalkan korban sampai kita tahu pasti bahwa jalan napas korban sudah bersih. c. Jika korban tidak dapat mengeluarkan benda sendiri mintalah pertolongan sesuai dengan prosedur rujukan pada SPGDT. 2. Sumbatan total tidak dapat bernapas, atau parsial dengan pernapasan lemah penderita masih sadar Pada keadaan ini harus dilakukan manuver dan heimlich atau dorongan perut Abdominal thrusts Tindakan heimlich akan mendorong diafragma dengan cepat keatas, dan juga memperkecil rongga toraks dengan cepat, sehingga terjadi semacam proses pengeluaran napas paksa yang kemudian diharapkan dapat mengeluarkan benda asing. Jangan lakukan pemukulan punggung back blow pada orang dewasa. Tindakan heimlich dilakukan sebagai berikut : a. Berdiri di belakang penderita dan peluklah dari belakang, selipkan satu lutut diantara ke dua tungkai korban. Hal ini akan membantu jatuh lebih perlahan apabila kehilangan kesadaran. b. Kepalkan satu tangan dan letakkan di tengah perut di atas pusar tetap di bawah xifoid. c. Letakkan tangan yang lain diatas kepalan tangan pertama d. Lakukan pendorongan perut abdominal thrusts Hati – hati pada posisi anda, jika tidak benar atau anda terlalu cepat, anda dapat kehilangan keseimbangan dan jatuh menimpa korban. Jika posisi tangan Universita Sumatera Utara anda terlalu tinggi, anda dapat menyebabkan luka bagian dalam. Pada korban yang hamil dan sangat gemuk lakukan manuver ini dengan meletakkan kepalan tangan di tengah tulang dada korban dan lakukan hentakan dada chest thrusts 3. Orang dewasa, sumbatan airway total dan tidak sadar Penderita tidak sadar seperti ini biasanya terjadi pada keadaan : a. Sudah dilakukan tindakan heimlich tetapi tidak berasil, dan kemudian korban jatuh dan menjadi tidak sadar. b. Penderita tidak sadar dan pada saat dilakukan pernapasan buatan, tiupan kita terasa berat ada hambatan Pada keadaan seperti diatas, lakukan hentakan perut abdominal thrust. Pada saat menemukan korban tidak sadar dan kita belum mengetahui apa penyebabnya lakukan hal – hal sebagai berikut : 1 Usahakan untuk memberikan ventilasi pada penderita Pertama – tama selalu buka jalan napas, kemudian berikan ventilasi buatan 2 kali, jika tiupan terasa berat, dada korban tidak terangkat, maka ini adalah sumbatan jalan napas. 2 Melakukan hentakan perut a Berlututlah dengan menunggangi korban b Tempatkan tumit tangan dari satu tangan di tengah perut korban sedikit diatas pusar dan tepat di bawah xifoid. Tempatkan tangan kedua diatas tangan pertama c Lakukan hentakan perut, dapat diulangi sampai 5 kali. Universita Sumatera Utara 3 Lakukan sapuan jari a Buka jalan napas b Lakukan sapuan jari c Lakukan urutan A – B – C secara terus menerus sampai benda asing keluar.

2.2.3.3.5. Menilai dan Memperbaiki Pernapasan Breathing

Pada dasarnya untuk pernapasan ada 3 tiga hal yang perlu dilakukan : 1. Menilai pernapasan Bernapas harus tanpa usaha tambahan a. Lihat apakah dada turun naik seperti biasanya korban bernapas, bila korban menggunakan otot leher yang berlebihan atau otot – otot antar tulang iga korban terlihat ikut bergerak, kemungkinan korban dalam keadaan sesak. b. Awasi penderita yang sadar apabila berbicara. Berbicara berarti bahwa udara bergerak melewati pita suara. Jika korban hanya dapat bersuara atau berbicara beberapa patah kata saja, kemungkinan pernapasan tidak cukup adekuat. Korban yang berbicara dalam kalimat lengkap tanpa kesulitan, pernapasan berarti cukup adekuat. Pada korban yang tidak sadar, bukalah airway. Letakkan telinga anda dengan mulut dan hidung korban selama 5 detik dan lihat – dengar – raba sekaligus menilai airway. 1 Lihat : turun naiknya dada 2 Dengar : udara yang keluar dari mulut dan hidung korban Universita Sumatera Utara 3 Raba : rasakan udara yang keluar dari mulut dan hidung korban pada pipi kita Jika ada sumbatan pada airway baru saja terjadi, dada korban mungkin masih akan turun naik, namun tidak ada arus udara yang keluar dari hidung atau mulut korban. Pernapasan “agonal” korban bernapas dengan megap – megap secara lambat dapat terjadi pada henti jantung atau pernapasan yang sebentar lagi akan berhenti. Bila karena henti jantung mendadak, maka megap – megap ini tidak akan berlangsung lama, dan akan segera diikuti dengan berhentinya pernapasan.

2.2.3.3.6. Tanda – tanda Pernapasan yang tidak Adekuat

Sangat penting bagi kita untuk mengenal tanda – tanda pernapasan yang tidak adekuat. Tanda pernapasan tidak adekuat adalah : 1. Frekuensi pernapasan tidak normal 2. Sesak 3. Sianosis 4. Perubahan kesadaran 5. Denyut jantung yang lambat atau sangat cepat yang disertai dengan jumlah pernapasan yang lambat.

2.2.3.3.7. Memperbaiki Pernapasan

1. Pernapasan buatan Assisted ventilation Jika berhubungan dengan jalan napas korban maka kita potencial terkontaminasi dengan ludah atau muntahan korban, karena itu selalu proteksi diri. Universita Sumatera Utara Jika korban masih bernapas, maka siberikan bantuan pernapasan bila : a. Pernapasan terlalu lambat b. Pernapasan yang terlalu dangkal c. Pernapasan yang sangat cepat 2. Beberapa cara pernapasan buatan yang harus dikuasai : a. Pernapasan mulut ke mulut b. Pernapasan mulut ke masker c. Pernapasan mulut ke Bag Valve Mask BVM

2.2.3.6. Resusitasi Jantung Paru RJP

Bila sel tubuh tidak mendapatkan oksigen, jaringan vital seperti otak dan jantung akan rusak. Hal ini dapat menyebabkan kematian

2.2.3.6.1. Pengertian Mati Klinis dan Mati Biologis

1. Mati Klinis Korban dinyatakan mati secara klinis apabila berhenti bernapas dan jantung berhenti berdenyut. Pada keadaan ini masih dapat diusahakan agar korban hidup kembali apabila dilakukan RJP. 2. Mati Biologis Kerusakan sel otak dimulai 4 – 6 menit setelah berhentinya pernapasan dan sirkulasi darah. Setelah 10 menit biasanya sudah terjadi kematian biologis. Pada keadaan ini korban tidak dapat ditolong lagi. Dengan demikian dalam keadaan mati klinis perlu dilakukan tindakan cepat agar tidak menjadi mati biologis. Tindakan yang dilakukan secara umum di sebut Universita Sumatera Utara bantuan hidup dasar yaitu segala hal yang bersangkutan dengan Airway, Breathing, dan Circulation.

2.2.3.6.2. Tanda Kematian Biologis

Walaupun korban belum menunjukkan tanda – tanda pembusukan, namun ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa korban sudah mati biologis, yaitu : 1. Kebiruan lembam mayat 2. Kekakuan rigor mortis 3. Pembusukan yang nyata, terutama bau busuk. Bila terlihat tanda – tanda kematian biologis, RJP tidak perlu dilakukan lagi.

2.2.3.6.3. Pemijatan Jantung

Jantung dapat dibuat seolah – olah berdenyut dengan menekan dada dari luar. Pada tindakan ini kita menekan dada sehingga tekanan dalam rongga dada menjadi sangat tinggi, dan saat melepas tekanan pada dinding dada, rongga dada akan kembali ke bentuk semula karena elastis, dan terjadi penurunan tekanan dalam rongga dada.

2.2.3.6.4. Langkah-langkah sebelum Melakukan RJP

Sebelum melakukan RJP pada korban, kita harus : 1. Pastikan bahwa korban tidak sadar 2. Pastikan bahwa korban tidak bernapas 3. Pastikan bahwa nadi korban tidak teraba Untuk korban tidak sadar, cari denyut nadi karotis, dengan cara : 1. Letakkan dua jari diatas laring, jangan gunakan ibu jari Universita Sumatera Utara 2. Geserkan jari penolong ke samping. Hentikan di sela – sela antara laring dan otot leher 3. Rasakan nadi, tekan selama 5 – 10 detik Resusitasi Jantung Paru merupakan kombinasi pemijatan jantung dan napas buatan. Untuk dapat melakukan RJP dengan seksama, maka baik korban maupun penolong harus dalam posisi yang tepat. 1. RJP dengan satu penolong pada orang dewasa a. Lakukan penekanan dada dengan perbandingan 2x tiupan diikuti 30x penekanan dada b. Buka jalan napas, kemudian berikan 2 tiupan yang masing – masing waktunya 1,5 sampai 2 detik. Pastikan kita menarik napas yang dalam sebelum memberikan tiupan napas. c. Lanjutkan sampai 4 kali putaran dari 15 tekanan dan 2 ventilasi 2. RJP dengan dua penolong pada orang dewasa Penderita ditidurkan lurus telentang, pada permukaan yang datar dan padat. Jika memakai baju, buka bajunya sehingga kita dapat melihat tulangnya. Penolong pertama berlutut pada ujung kepala korban, penolong kedua berlutut pada sisi kanan dada korban. Lakukan penekanan dada : a. Lokasi penekanan pada area , dua jari di atas proxesus xifoideus b. Penekanan dilakukan dengan menggunakan pangkal telapak tangan. Dengan posisi satu tangan diatas tangan yang lain. Universita Sumatera Utara Dibawah ini adalah algoritma bantuan hidup dasar pada orang dewasa yang menggambarkan langkah – langka Resusitasi Jantung Paru RJP 1 2 3 Nadi Teraba 3A 4 Nadi tidak teraba 5 6 shockable unshockable Tidak Respon Tidak Bernapas atau Bernapas tidak Normal Aktifkan sistem respon kegawatdaruratan Ambil AEDdefibrillator atau kirim orang kedua - Beri 1 napas tiap 5 – 6 detik - Cek nadi kembali tiap 2 menit AEDdefibrillator datang Mulai 30 kompresi dan 2 ventilasi RJP Kualitas Tinggi - Kecepatan paling sedikit 100xm - Kedalaman kompresi 2 inci 5 cm - Biarkan dada recoil setiap setelah kompresi - Minimalkan interupsi terhadap kompresi dada - Hindari ventilasi yang berlebihan Cek nadi selama 10 detik Cek irama Irama shockable Berikan 1 shock Segera lakukan RJP selama 2 menit Segera lakukan RJP selama 2 menit Cek irama tiap 2 menit : lanjutkan sampai tim BHL datang atau korban mulai bergerak Universita Sumatera Utara Gambar 2.1 Algoritma Bantuan Hidup pada Orang Dewasa Sumber : AHA Amarican Heart Association

2.3 Teori Pembentukan Kesiapsiagaan

Menurut Citizen Corps 2006, perilaku kesiapsiagaan dapat diuji dengan menggunakan Transtheoritical Model dari Perilaku Berubah, yang juga disebut sebagai tahap-tahap model perubahan. Pada model ini, individu mendemonstrasikan berbagai tingkat kesiapan untuk berubah atau berbagai tingkat aktifitas saat ini. Model ini menempatkan individu dalam 5 lima tahap yang mengindikasikan kesiapan untuk mengupayakan, membuat atau mendukung perubahan perilaku. Kelima tahap tersebut adalah : 1. Precontemplation Pra Renungan, dimana pada tahap ini individu tidak berniat untuk berubah atau bahkan berfikir tentang perubahan dalam waktu dekat biasanya diukur 6 bulan berikutnya 2. Contemplation Renungan, dimana individu belum dipersiapkan untuk mengambil tindakan pada saat ini, tetapi berniat untuk mengambil tindakan dalam jarak enam bulan kedepan. 3. Preparation Persiapan, dimana individu secara aktif mempertimbangkan untuk mengubah perilakunya kedepan dengan segera 4. Action Tindakan, dimana individu benar-benar membuat suatu perubahan perilakunya beberapa waktu yang lalu, namun perubahan tersebut belum dipertahankan dengan baik dipertahankan 6 bulan atau kurang. Universita Sumatera Utara 5. Maitenance Pemeliharaan, dimana individu telah berubah perilakunya, telah dipertahankan lebih dari 6 bulan, dan sedang bekerja untuk menjaga perubahannya. Menurut Merriam-Webster, kesiapan dapat didefinisikan sebagai persiapan secara mental dan fisik pada suatu pengalaman atau tindakan. Antonovsky 1987, Bandura 1977, Rosenbaum 1988, Meichenbaum Cameron 1983, seorang individu dindikasikan siap untuk berubah mencakup kemampuan untuk berkoping, menyelesaikan masalah, dan ditunjukkan dengan perilaku yang baiksehat Walinga, 2008 Menurut Mc.Kiernan et al 2005, teori perkembangan evolusi dari kesiapsiagaan dan plastisitas Brunswikian menyatakan bahwa perilaku berhubungan antara terbentuknya kebiasaan dan punahnya kebiasaan. Perilaku tersebut disebabkan tampilan domain independen dan domain dependen. Domain independen berada pada dalam prinsip pengorganisasian yang digunakan untuk mengolah berbagai bentuk indikator data yang masih terdapat ketidaksesuaiankekeliruan. Sedangkan domain dependen berada antara pemberlakuan lingkungan yang unik dan pemanfaatan indikator fungsi dari lingkungan tersbut. 2.4. Teori Pembentukan Perilaku Menurut Notoatmodjo 2007 Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Benyamin Bloom 1908 seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam 3 tiga domain, ranah Universita Sumatera Utara atau kawasan, yaitu : 1 kognitif cognitive, 2 afektif affective, dan 3 psikomotor psychomotor. Menurut Chaplin dalam Pieter dan Lumongga 2010, perilaku adalah kumpulan reaksi, perbuatan, aktivitas, gabungan gerakan, tanggapan ataupun jawaban yang dilakukan seseorang, seperti proses berpikir, bekerja , dan sebagainya. Suliha 2001, menyatakan perilaku adalah interelasi stimulus eksternal dengan stimulus internal yang memberikan respons eksternal. Stimulus internal adalah stimulus- stimulus yang berkaitan dengan kebutuhan fisik dan psikologis. Sedangkan stimulus eksternal adalah segala macam reaksi seseorang akibat faktor dari luar diri atau dari lingkungan. Menurut Green, et al 1989, faktor perilaku ditentukan oleh 3 tiga kelompok, yaitu: 1 Faktor predisposisi predisposing factors, yakni faktor yang mendasari terjadinya perilaku, mencakup pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap, dan variabel demografi tertentu, 2 Faktor pemungkin enabling factors, yakni faktor yang memungkinkan timbulnya motivasi atau aspirasi untuk terlaksananya suatu perilaku, mencakup ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, prioritas dan komitmen pemerintah dan masyarakat terhadap kesehatan, serta keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan, 3 Faktor penguat reinforcing factors, yakni faktor penyerta yang datang sesudah terjadinya perilaku. Yang termasuk kedalam faktor penguat adalah keluarga, teman sebaya, guru, pengambil kebijakan, dan petugas kesehatan. Menurut Teori Belajar Sosial Kognitif yang dikemukakan oleh Rotter dalam Feist dan Feist 2008, perilaku manusia dapat diprediksi paling baik dengan Universita Sumatera Utara memahami interaksi manusia dan lingkungannya yang paling bermakna. Rotter yakin bahwa perilaku manusia berasal dari interaksi antara faktor pribadi dan faktor lingkungan. Faktor-faktor kognitif personal manusia seperti pengetahuan, ekspektansi, persepsi subjektif, nilai, tujuan, dan standar pribadi berperan penting dalam membentuk kepribadian, selanjutnya kepribadian akan memengaruhi perilaku manusia. 2.5. Kesiapsiagaan Perawat Menghadapi Bencana 2.5.1. Pengetahuan

Dokumen yang terkait

Analisis Kesiapsiagaan Dinas Kesehatan Terhadap Penanggulangan Bencana Di Kota Medan

0 0 17

Analisis Kesiapsiagaan Dinas Kesehatan Terhadap Penanggulangan Bencana Di Kota Medan

0 0 2

Analisis Kesiapsiagaan Dinas Kesehatan Terhadap Penanggulangan Bencana Di Kota Medan

0 0 11

Analisis Kesiapsiagaan Dinas Kesehatan Terhadap Penanggulangan Bencana Di Kota Medan

0 0 22

ANALISIS KESIAPSIAGAAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEGAWATDARURATAN SISTEM PERNAFASAN AKIBAT BENCANA ALAM DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG Nagoklan Simbolon

0 0 10

PENGARUH PENERAPAN COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING TERHADAP KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO

0 1 9

Analisis Kesiapsiagaan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan Akibat Bencana Alam di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 41

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bencana Alam 2.1.1. Defensi Bencana Alam - Analisis Kesiapsiagaan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan Akibat Bencana Alam di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang

0 1 38

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Kesiapsiagaan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan Akibat Bencana Alam di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 13

Analisis Kesiapsiagaan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan Akibat Bencana Alam di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 21