Tabel 1. Perbedaan jantan dan betina ikan maanvis Pterophyllum scalare Jantan
Betina Ukuran relatif lebih besar dari induk
betina pada umur yang sama Mempunyai ukuran relatif lebih kecil
dari induk jantan Dilihat dari atas perut pipih atau
ramping Perut terlihat besar dan menonjol
Bentuk kepala agak besar Kepala lebih kecil
Antara mulut dan sirip punggung berbentuk cembung.
Antara mulut ke sirip punggung membentuk garis lurus, kadang-
kadang menonjol sedikit.
Sumber : Adminrad, 2008
Beberapa jenis ikan maanvis yang dikenal dan telah berkembang di Indonesia antara lain adalah: diamond, imperial silver, black, black-white dan tri colour.
Diamond berwarna perak mengkilat sampai hijau keabuan Gambar 1. Pada bagian kepala atas terdapat warna kuning hingga coklat kehitaman yang menyusur
sampai bagian punggung. maanvis imperial mempunyai warna dasar perak, tetapi tubuhnya dihiasi empat buah garis vertikal berwarna hitamcoklat kehitaman.
Maanvis black memiliki warna hitam pada seluruh bagian tubuhnya Gambar 1. Sedangkan maanvis black-white mempunyai warna hitam menghiasi separuh
tubuhnya bagian belakang, dan warna putih menghiasi separuh bagian depan termasuk bagian kepala Gambar 1. Tri colour terdiri dari tiga warna, bagian atas
kepala berwarna kuning, tubuhnya dihiasi dengan warna garis vertikal hitam dan putih Gambar 1. Pakan yang diberikan pada ikan maanvis berupa cacing Tubifex
atau pellet sampai benih berumur ± 2 bulan. Perbedaan warna yang terdapat dalam satu spesies ikan maanvis dikarenakan hasil dari persilangan antara jenis-jenis
yang ada Adminrad, 2008. Susanto 2000 menambahkan bahwa berbagai strain maanvis yang muncul merupakan hasil perkawinan secara inbreeding dan
interbreeding di antara spesies maanvis.
2.3 Pengaruh Padat Penebaran terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Pertumbuhan ikan bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis ikan, sifat
genetis, dan kemampuan memanfaatkan makanan, ketahanan terhadap penyakit
serta lingkungan seperti kualitas air, pakan dan ruang gerak atau padat penebaran Hepher dan Pruginin, 1981.
Padat penebaran menurut Hickling, 1971 ikan adalah jumlah ikan per satuan volume air, sedangkan Hepher dan Pruginin 1981, menyatakan bahwa padat
penebaran adalah jumlah biomassa benih yang ditebarkan per satuan luas atau volume. Peningkatan kepadatan akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan
critical standing crop dan jika telah sampai pada batas tertentu carrying capacity pertumbuhannya akan terhenti. Hal tersebut dapat dicegah dengan
penentuan padat penebaran sesuai dengan daya dukung lingkungan carrying capascity. Peningkatan padat penebaran akan mengganggu proses fisiologi dan
tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi carrying
capascity antara lain kualitas air, pakan, dan ukuran ikan. Daya dukung lingkungan yang optimum dan pakan yang mencukupi, peningkatan kepadatan
akan disertai dengan peningkatan hasil. Tabel 2. Pengaruh padat penebaran beberapa jenis ikan dengan ukuran yang
berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada media pemeliharaan akuarium dan resirkulasi.
Spesies Padat
Penebaran ekorliter
Media Ukuran
cm SR
Pertumbuhan gramhari
Sumber
Gurame Osprhonemus
gouramy 2,5
akuarium 0,55
93,5 0,0081
Sarah 2002
5 akuarium
0,55 95,5
0,0075 7,5
akuarium 0,55
94,3 0,0049
10 akuarium
0,55 94,4
0,0038 6
akuarium 1,5
99,52 0,079
Bugri 2006
8 akuarium
1,5 99,29
0,068 10
akuarium 1,5
90,14 0,065
6 resirkulasi
1,3 83,52
4,94 Rahmadani
2007 9
resirkulasi 1,3
77,33 4,78
12 resirkulasi
1,3 72,68
4,67 Patin
Pangasius hypophthalmus
15 resirkulasi
3,2 99,55
6 Hidayat
2007 30
resirkulasi 3,2
99,39 5,96
45 resirkulasi
3,2 98,99
5,94 60
resirkulasi 3,2
91,86 5,81
Corydoras Corydoras
aeneus 3
resirkulasi 2,2
98,35 2,83
Dewi 2008
5 resirkulasi
2,2 98,81
2,77 8
resirkulasi 2,2
97,89 2,52
Pada Tabel 2 dapat dilihat, bahwa padat penebaran akan mengakibatkan penurunan kelangsungan hidup ikan dan pertumbuhan bobot. Hal ini diduga
karena terganggunya proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis.
Penurunan kelangsungan hidup dan pertumbuhan berlaku pada media pemeliharaan yang berupa akuarium maupun resirkulasi.
Wedemeyer 1996 menyatakan bahwa peningkatan kepadatan akan berakibat terganggunya proses fisiologis dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang
pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan akibatnya pemanfaatan makanan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup mengalami
penurunan. Stress akan meningkat cepat ketika batas daya tahan ikan telah tercapai atau terlewati. Dampak stress ini mengakibatkan daya tahan tubuh ikan
menurun dan selanjutnya terjadi kematian. Terlihat pada Tabel 2 bahwa semakin meningkatnya padat penebaran menyebabkan pertumbuhan bobot dan
kelangsungan hidup menurun. Faktor yang mempengaruhi stress adalah kondisi kualitas air, khususnya
oksigen dan amoniak. Ketersediaan oksigen merupakan salah satu penentu konsumsi pakan ikan nafsu makan. Ikan akan nafsu makan jika tersedia oksigen
yang cukup pada wadah pemeliharaan karena oksigen merupakan salah satu unsur yang diperlukan untuk mengubah makanan menjadi energi. Menurunnya nafsu
makan ikan akan mengakibatkan penurunan pertumbuhan. Oksigen sangat dibutuhkan untuk respirasi, aktivitas metabolisme di dalam tubuh, aktivitas
pergerakan dan aktivitas pengelolaan makanan. Konsentrasi amoniak hasil metabolisme yang meningkat juga berpengaruh terhadap pertumbuhan karena
menurunkan konsumsi oksigen terlarut akibat kerusakan selaput insang ikan. Insang merupakan organ yang terdiri dari filamen-filamen yang rapat dan
berfungsi untuk respirasi. Selain itu, insang berfungsi untuk menghalangi air yang toksik masuk ke dalam tubuh ikan. Energi yang tersedia di dalam tubuh
digunakan untuk penanggulangan stress yang ditimbulkan, dan mengganggu proses pengikatan oksigen dalam darah yang pada akhirnya mengakibatkan
kematian Boyd, 1990.
Bardach et al. 1972 menyatakan bahwa padat penebaran juga akan mempengaruhi keagresifan ikan. Ikan yang dipelihara dalam kepadatan yang
rendah lebih agresif dibanding yang dipelihara dalam kepadatan yang lebih tinggi. Ikan yang dipelihara dalam kepadatan yang tinggi akan lambat pertumbuhnya
karena tingginya tingkat kompetisi dan banyaknya sisa-sisa metabolisme yang tertimbun di dalam air.
Tingkat kelangsungan hidup ikan adalah nilai persentase jumlah yang hidup selama masa pemeliharaan tertentu. Padat penebaran ikan yang tinggi dapat
mempengaruhi lingkungan budidaya dan interaksi ikan. Peningkatan padat penebaran akan mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap
ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan. Akibat lanjut dari proses tersebut adalah penurunan pemanfaatan
makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mengalami penurunan. Penyakit dan kekurangan oksigen akan mengurangi jumlah ikan secara drastis, terutama
ikan yang berukuran kecil Hepher dan Pruginin, 1981. Peningkatan padat penebaran berarti akan menambah populasi pada wadah
budidaya sehingga mengakibatkan meningkatnya kompetisi pada ikan. Menurut Brandao 2004 dalam Irliyandi 2008 padat penebaran akan meningkatkan
interaksi sosial pada ikan sehingga menimbulkan heterogenitas ukuran ikan.
2.4 Pengaruh Padat Penebaran terhadap Fisika-Kimia Air