Infrastruktur Kesehatan Tinjauan Konsep 1 Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan negara agraris menjadi negara industri memerlukan prasarana listrik. Tanpa ketersediaan infrastruktur listrik dengan jumlah cukup dan kualitas yang baik, investor akan ragu untuk menanamkan modalnya karena kontinuitas industri tidak terjamin dan akan menyebabkan biaya suatu komoditas tinggi. Keterlambatan pengembangan energi listrik akan berakibat fatal meliputi kehilangan kapasitas produksi industri, penurunan nilai ekspor dan keengganan investor melakukan investasi. Lee dan Anas 1992 menyimpulkan bahwa kehilangan kapasitas listrik menjadi hambatan besar pada perkembangan perusahaan-perusahaan di Nigeria.

C. Infrastruktur Air Bersih

Air Bersih clean water adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan. Keterbatasan air bersih merupakan suatu tantangan bagi manusia. Seiring dengan pertumbuhan pembangunan di segala bidang antara lain pemukiman, kegiatan industri, kegiatan perdagangan dan lain-lain kebutuhan akan air untuk berbagai sektor diperkirakan akan meningkat, oleh karena itu pengadaan sarana pemenuhan kebutuhan air seperti halnya kebutuhan air bersih akan sangat diperlukan. Akses terhadap air bersih merupakan salah satu fondasi inti dari masyarakat yang sehat, sejahtera dan damai. Sistem air bersih yang baik akan menghasilkan manfaat ekonomi, dan vital bagi kesehatan manusia. Kelangkaan akan air bersih disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya semakin besar pengguna air bersih dan semakin menipisnya sumber dari air bersih tersebut. Di sisi lain, rendahnya kemampuan masyarakat dalam mengakses air bersih disebabkan ketidakmampuan mereka dalam membiayai penyediaan sarana dan prasarana air bersih.

D. Infrastruktur Kesehatan

Kesehatan sangat penting dalam membangun manusia yang berkualitas. Dalam hal ini fasilitas kesehatan mempunyai peran yang cukup penting. Fasilitas kesehatan saat ini tidak hanya berfungsi untuk memberikan layanan kesehatan, akan tetapi berperan pula untuk memberikan perbaikan gizi keluarga. Semakin tinggi jumlah penduduk yang tidak mendapatkan fasilitas akses kesehatan, maka akan semakin tinggi resiko penularan penyakit ataupun gizi buruk, yang selanjutnya kualitas kesehatan masyarakat akan menurun. Kesehatan masyarakat menjadi salah satu faktor penting di dalam membangun sebuah sistem produksi dengan penggunaan teknologi secara efektif. Peningkatan modal manusia, peningkatan produktifitas, kemampuan mengadaptasi dan menggunakan teknologi dalam produksi dan kemampuan mengadaptasi perubahan kapasitas dan teknologi tersebut pada akhirnya akan mendorong perekonomian suatu negara serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tentu saja hal ini terkait dengan infrastruktur yang tersedia. Infrastruktur kesehatan yang memadai dan terjangkau masyarakat akan mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat lebih baik, sehingga human capital juga akan lebih berkualitas.

2.1.4 Tenaga Kerja, Pengangguran, dan Rata-Rata Lama Sekolah

Menurut BPS penduduk berumur 15 tahun ke atas terbagi sebagai angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja dikatakan bekerja bila mereka melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 satu jam secara kontinu selama seminggu yang lalu. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor terpenting dalam proses produksi untuk menghasilkan barang maupun jasa di samping faktor produksi modal, teknologi, dan sumber daya alam. Tenaga kerja yang tersedia dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jumlah penduduk dan pendidikan. Sejak tahun 2001, konsep pengangguran menurut Sakernas berubah menjadi angkatan kerja yang tidak bekerjatidak mempunyai pekerjaan, yang mencakup angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena mungkin merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaanputus asa sebelumnya dikategorikan sebagai bukan angkatan kerja dan yang punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja sebelumnya dikategorikan sebagai bekerja.. Untuk mengetahui tingkat pengangguran, dilakukan Survei Angkatan Kerja Nasional Sakernas. Sakernas merumuskan konsep pengangguran sebelum tahun 2001 sebagai angkatan kerja yang tidak bekerjatidak mempunyai pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, maka pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah- masalah sosial lainnya. Rata-rata lama sekolah yaitu rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti. Untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah, pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 9 tahun atau pendidikan dasar hingga tingkat SLTP. Tingkat pendidikan rata-rata penduduk dapat dilihat dari indikator rata-rata lama sekolah mean years of schooling. Rata-rata lama sekolah mencerminkan taraf kemampuan usia sekolah yang mampu dicapai masyarakat di suatu daerah. Semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani.

2.1.5 Desentralisasi Fiskal

Desentralisasi fiskal adalah suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah untuk mendukung fungsi atau tugas pemerintahan dan pelayanan publik sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan. Menurut Khusaini 2006, desentralisasi fiskal merupakan pelimpahan kewenangan di bidang penerimaan anggaran atau keuangan yang sebelumnya tersentralisasi, baik secara administrasi maupun pemanfaatannya diatur atau dilakukan oleh pemerintah pusat. Desentralisasi fiskal di Indonesia ditandai dengan pergantian Undang- Undang sebagai reaksi atas hasil dari proses pembangunan daerah yang telah berlangsung selama Orde Baru dimana UU No. 5 tahun 1974 menghasilkan mekanisme pemerintahan yang sentralistik, kekuasaan yang terpusat, implementasi kebijakan yang tumpang tindih sehingga mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, diganti dengan UU No. 22 dan 25 tahun 1999 yang selanjutnya direvisi menjadi UU No. 32 dan 33 tahun 2004 tentang desentralisasi dan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Desentralisasi fiskal bisa meningkatkan fungsi sektor publik, melalui potensi alokasi sumber daya yang lebih efektif dan efisien di sektor publik. Oates 2006 berpendapat bahwa dengan desentralisasi, pengeluaran untuk infrastruktur dan sektor sosial yang merespon perbedaan-perbedaan regional dan lokal mungkin akan lebih efektif dalam mempertinggi pembangunan ekonomi dari pada kebijakan-kebijakan sentral yang bisa jadi mengabaikan perbedaan-perbedaan antar daerah tersebut. Argumen ini dapat dibenarkan sebab pemerintah kotakabupaten mengetahui daerahnya lebih baik daripada yang diketahui oleh pemerintah pusat. Berdasarkan pandangan ini, pemerintah daerah dipercaya bisa mengalokasikan dana kepada masing-masing sektor dalam ekonomi secara lebih efektif dan efisien daripada pemerintah pusat. Efektivitas dan efisiensi dampak bagi pembangunan tersebut tidak hanya karena masalah preferensi yang sesuai dengan keinginan penduduk lokal.

2.2. Tinjauan Teoritis

2.2.1 Infrastruktur dan Pertumbuhan

Pertumbuhan ekonomi yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang negatif menunjukkan adanya penurunan. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh akumulasi modal tanah, peralatan, prasarana dan sarana infrastruktur, sumber daya manusia human resources baik jumlah maupun tingkat kualitas penduduknya, kemajuan teknologi, akses terhadap informasi, keinginan untuk melakukan inovasi dan mengembangkan diri serta budaya kerja Todaro et al, 2003. Berdasarkan penelitian Stephane Straub et al 2008, investasi infrastruktur telah berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di beberapa negara. Ketersediaan infrastruktur mempunyai peran yang erat dalam perekonomian dalam beberapa hal. Pertama, infrastruktur yang memadai akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya mengingat ketersediaan infrastruktur menjadi salah satu pertimbangan utama dalam keputusan berinvestasi. Kedua, kepastian ketersediaan infrastruktur akan menjamin kelangsungan produksi dan juga akan memastikan distribusi