III. METODE KAJIAN
A. Pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik
perusahaan, karyawan, dan konsumen. Data primer diperoleh dari 100 responden dengan alat bantu kuesioner Lampiran 1. Penyebaran kuesioner
dilakukan kepada 100 respoden tersebut dengan komposisi : Depok sebanyak 52 responden, 20 responden di Bekasi, 10 responden di Jakarta Selatan, Bogor
sebanyak 9 respoden, dan 9 responden di Jakarta Timur. Kuesioner dibawa oleh sales pada saat menjual roti, sehingga komposisi populasi sesuai dengan
area keliling sales. Pengumpulan data sekunder melalui penulusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait.
B. Metode Analisis
Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1.
Deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi potensi bahan baku, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pasokan bahan
baku yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Data lain yang dibutuhkan adalah permintaan pasar dan pesaing strategis secara makro di bidang
industri roti ini. 2.
Matriks EFE Internal Factor Evaluation dan IFE Internal Factor Evaluation.
Matriks EFE membantu pengambil keputusan untuk meringkas dan mengevaluasi informasi lingkungan eksternal, yaitu ekonomi, sosial,
budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, teknologi, dan sebagainya. Sedangkan matriks IFE digunakan untuk meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi perusahaan David, 1997.
David 1997 menyebutkan 5 langkah yang diperlukan untuk menyusun matrik EFE dan IFE, yaitu :
a. Daftar faktor-faktor eksternal dan internal, termasuk peluang, ancaman,
kelemahan, dan kekuatan, yang berpengaruh terhadap perusahaan dan industrinya. Daftar yang disusun harus diusahakan seteliti mungkin.
b. Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan
kepentingan relatif setiap faktor. Pembobotan berkisar antara 0,0 tidak penting hingga 1,0 sangat penting.
c. Tentukan rating setiap faktor untuk menunjukkan keefektifan strategi
perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut. Rating tersebut adalah 1 lemah, 2 rata-rata, 3 di atas rata-rata dan 4 superior.
d. Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk setiap
variabelnya. e.
Skor yang diperoleh dijumlahkan, sehingga diperoleh total skor organisasi. Total skor berkisar antara 1,0–4,0 dengan rata-rata 2,5.
Total skor 4,0 menunjukkan organisasi merespon peluang maupun ancaman yang dihadapinya dengan sangat baik. Sedangkan total skor
1,0 menunjukkan organisasi tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.
Tabel 4. Matriks IFEEFE
Faktor Internal Bobot
a Rating
b Total Skor
axb
Kekuatan 1.
2. Kelemahan
1. 2.
Faktor Eksternal
Peluang 1.
2. Ancaman
1. 2.
Sumber : David, 1997
3. Matriks Internal dan Eksternal Internal dan Eksternal MatriksIE
Matriks Matriks IFE dan EFE digunakan untuk mengumpulkan infromasi
yang akan digunakan pada tahap pemaduan. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi, yaitu total skor IFE pada sumbu total skor IFE dibagi tiga
kategori, yaitu 1,0 – 1,99 menunjukkan posisi eksternal lemah, 2,0-2,99 menunjukkan kondisi eksternal rata-rata dan 3,0-4,0 menunjukkan kondisi
eksternal yang kuat. Matriks IE bisa dilihat pada Gambar 1. Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang mempunyai
implikasi strategi yang berbeda. Tiga daerah utama tersebut adalah : a.
Daerah 1 meliputi sel I, II, atau IV termasuk dalam daerah grow and build. Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif,
misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk dan strategi integratif misalnya integrasi horizontal dan
integrasi vertikal. b.
Daerah II meliputi sel III, V, atau VII. Strategi yang paling sesuai adalah strategi-strategi hold and maintain. Yang termasuk dalam
strategi ini misalnya adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. c.
Daerah III, meliputi sel VI, VIII, atau IX adalah daerah harvest dan divest.
4. Matriks SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT yang dapat dilihat pada Tabel 5. Matriks ini dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.
INTERNAL FACTOR EVALUATION Kuat
Rata-rata Lemah
4,0 3,0
2,0 1,0
Tinggi I
II III
THE 3,0
EXTERNAL FACTOR Sedang
IV V
VI EVALUATION
2,0
Rendah VII
VIII IX
1,0 Gambar 1. Matriks IE Kotler, 2002
Tabel 5. Matriks SWOT
Internal
Eksternal Strength S
Tentukan 5-10 faktor Kekuatan internal
Weaknesses W Tentukan 5-10 faktor
Kelemahan internal
Strength S Tentukan 5-10 faktor
Peluang eksternal Strategi S-O
Ciptakan strategi Menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang
Strategi W-O Ciptakan strategi
Meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Threats T Tentukan 5-10 faktor
Ancaman eksternal Strategi S-T
Ciptakan strategi Menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Strategi W-T Ciptakan strategi
Meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 1998
a. Strategi SO, dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST, dibuat berdasarkan kekuatan perusahaan untuk mengatasi
ancaman. c.
Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT, dibuat berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif
dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman.
Setelah memperoleh gambaran yang jelas mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, maka
selanjutnya dapat dipilih alternatif strategi yang akan diterapkan perusahaan dalam mengembangkan produknya. Dengan pilihan strategi
yang tepat, perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan kekuatan dan peluangnya untuk mengurangi kelemahan dan menghadapi ancaman yang
ada. Melalui matrik SWOT didapat alternatif strategi untuk menentukan critical decision, agar perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat.
5. Importance Performance Analysis
Metode yang digunakan untuk menganalisis respon konsumen terhadap produk roti BreadHouse adalah deskriptif kuantitatif Umar,
2003. Respon konsumen dapat dilihat dari penilaian yang diberikan konsumen terhadap karakteristik produk.
Menurut Umar 2003, untuk mengukur sejauhmana tingkat harapan dan tingkat kinerja terhadap perusahaan menurut pendapat konsumen,
maka digunakan Importance-Perfomance Analysis IPA. Tingkat kepentingan dari produk adalah seberapa penting suatu dimensi produk
bagi konsumen atau seberapa besar harapan konsumen terhadap kinerja suatu karakteristik. Untuk mengetahui tingkat kepentingan secara nyata
dari kinerja produk oleh konsumen digunakan skala interval Umar, 2003.
Data skala interval diberi skor secara kuantitatif untuk dipakai dalam perhitungan-perhitungan Tabel 6.
Tabel 6. Skor tingkat kepentingan.
Kriteria Jawaban Skor Nilai
Tidak penting 1
Kurang penting 2
Cukup penting 3
Penting 4
Sangat penting 5
Sumber : Umar, 2003. Untuk tingkat pelaksanaankinerja adalah kinerja aktual dari kinerja
yang telah diberikan oleh produk roti BreadHouse dirasakan oleh pelanggannya. Untuk tingkat pelaksanaan setiap kriteria jawaban memiliki
skor tertentu berdasarkan skala interval Tabel 7.
Tabel 7. Skor Tingkat Pelaksanaan.
Kriteria jawaban Skor Nilai
Tidak baik 1
Kurang baik 2
Cukup baik 3
Baik 4
Sangat baik 5
Sumber : Umar, 2003. Setelah diperoleh hasil penilaian tingkat kepentingan dan tingkat
pelaksanaan, maka dilakukan perhitungan mengenai tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan dari produk. Skor rata-rata kepentingan dikurangi
dengan skor rataan pelaksanaan akan diperoleh total skor gap kesenjangan. Untuk menghitung tingkat kesesuaian konsumen dilakukan
dengan cara menghitung perbandingan rataan skor pelaksanaan dan rataan skor kepentingan yang menunjukkan tingkat kepuasan konsumen terhadap
pelaksanaan kinerja produk yang dihasilkan. Tingkat kesesuaian ini akan menentukan
urutan prioritas
peningkatan faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Adapun rumus yang digunakan berdasarkan Supranto 1997 adalah : Xi
Tki = x 100 Yi
Keterangan: Tki = Tingkat kesesuaian responden.
Xi = Rataan skor penilaian kinerja perusahaan.
Yi = Rataan skor penilaian harapan konsumen.
Jika bobot tingkat pelaksanaankinerja lebih besar atau sama dengan bobot tingkat kepentingan harapan, berarti kinerja toko telah memenuhi
harapan konsumen. Jika bobot kinerja lebih kecil dari bobot tingkat harapan, berarti kinerja masih di bawah harapan. Hal ini menunjukkan
bahwa kepuasan konsumen belum tercapai. Bobot penilaian kinerja perusahaan dan bobot penilaian kepentingan
konsumen dirata-ratakan dan diformulasikan ke dalam diagram Kartesius. Masing-masing dimensi diposisikan dalam sebuah diagram, dimana skor
rataan penilaian terhadap tingkat pelaksanaan kinerja X menunjukkan posisi suatu dimensi pada sumbu X, sementara posisi dimensi pada sumbu
Y ditunjukkan oleh skor rataan tingkat kepentingan harapan konsumen terhadap atribut Y.
∑Xi ∑Yi X = Y=
n n
Keterangan: X
= Bobot rataan tingkat penilaian kinerja perusahaan Y
= Bobot rataan penilaian tingkat harapan konsumen n
= jumlah responden
Diagram Kartesius yang dimaksud adalah diagram yang terdiri atas empat kuadran yang dibatasi oleh dua buah garis berpotongan tegak lurus
pada titik X,Y. ∑Xi ∑Yi
X = Y = K K
Keterangan: X = Rata-rata dari rataan bobot tingkat kinerja perusahaan.
Y = Rata-rata dari rataan bobot tingkat harapan perusahaan. K = Banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan
konsumen.
Hasil dari perhitungan nilai X dan Y digunakan sebagai pasangan koordinat titik-titik dimensi yang memposisikan suatu dimensi pada
diagram Kartesius Gambar 2
Y = Tingkat Kepentingan
Prioritas utama A
Pertahankan posisi B
Prioritas rendah C
Berlebihan D
Gambar 2. Diagram Kartesius, Umar 2003
Setiap hasil akan menempati salah satu kuadran dalam diagram Kartesius yang terdiri atas
X =Tingkat Kinerja
a. Kuadran A Prioritas Utama
Kinerja suatu dimensi adalah lebih rendah dari keinginan konsumen, sehingga pihak BreadHouse harus meningkatkan kinerjanya agar
optimal. b.
Kuadran B Pertahankan Prestasi Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu dimensi berada pada
tingkat tinggi dan sesuai, sehingga pihak BreadHouse cukup mempertahankan kinerja dimensi tersebut.
c. Kuadran C Prioritas Rendah
Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu dimensi berada pada tingkat rendah, sehingga pihak BreadHouse belum perlu melakukan
perbaikan. d.
Kuadran D Berlebihan Kinerja perusahaan berada pada tingkat tinggi tetapi keinginan
konsumen akan kinerja dari dimensi tersebut rendah, sehingga pihak BreadHouse tidak perlu lagi meningkatkan kinerja karakteristik ini,
sehingga sumber daya perusahaan dapat dialokasikan untuk melaksanakan prioritas utama.
Menurut Handi 2002 bahwa kelebihan dengan menggunakan metode ini adalah lebih efisien, Peneliti kepuasan pelanggan, tidak hanya
mendapatkan indeks kepuasan pelanggan, tetapi sekaligus memperoleh informasi yang berhubungan dengan dimensi atau atribut yang perlu
diperbaiki. Hal ini dimungkinkan karena skor dari setiap dimensi atau skordari setiap atribut dapat diperoleh.
6. Customer Satisfaction Index CSI
Customer Satisfaction Index Index Kepuasan Pelanggan diperlukan untuk mengetahui tingkat kepuasan responden secara menyeluruh dengan
melihat tingkat kepentingan dari atribut-etribut produkjasa tersebut. Stratford dalam Listyari 2006 menyatakan bahwa terdapat empat
tahap yang harus dilakukan dalam menghitung CSI, yaitu :
a. Weighting Factors WF adalah fungsi dari mean importance score
MIS-i masing-masing atribut dalam bentuk persen dari total importance score MIS-t untuk seluruh atribut yang diuji :
WF = MIS – i ___ x 100
Total MIS
dimana, I = atribut ke-i
b. Weighted Score WS adalah fungsi dari mean satisfaction score
MSS dikali weighted factors WF.
WS = MSS x WF
c. Weighted Score WS adalah fungsi dari total weighted score WS
atribut-1 a-1 hingga atribut -20 a-20.
WAT = Wsa-1 + Wsa-2+ … + Wsa – 18
d. Customer Satisfaction Index CSI adalah fungsi dari weighted average
WA dibagi highest scale HSskala maksimum yang dipakai dalam riset ini skala 5 dikalikan 100.
CSI = WA x 100 HS
Kriteria indeks kepuasan menggunakan kisaran 0,00 hingga 1,00 tidak puas hingga puas, yang dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kriteria nilai indeks kepuasan pelanggan CSI.
Nilai IKP Kriteria
0,00-0,34 Tidak Puas
0,35-0,50 Kurang Puas
0,51-0,65 Cukup Puas
0,66-0,80 Puas
0,81-1,00 Sangat Puas
Sumber : Stratford dalam Listyari 2006
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN