3. Terdapat keterkaitan input dan output yang kuat antara sesama kegiatan
ekonomi pada pusat tersebut; dan 4.
Dalam kelompok kegiatan tersebut terdapat sebuah indutri induk yang mendorong pengembangan kegiatan ekonomi pada pusat tersebut.
2.2 Penelitian Terdahulu
Asri 2011 melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan Ujan Mas. Metode analisa yang digunakan
adalah Location Quotient LQ, Metode Perbandingan Eksponensial MPE, Metode Perbandingan Berpasangan MPB dan Metode Penentuan Hasil Akhir
PHA yang kemudian digabung dalam analisa scalogram. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis scalogram terhadap semua
kecamatan di Kabupaten Kepahiang, kecamatan dengan nilai scalogram tertinggi adalah Kecamatan Kepahiang, Kecamatan Ujan Mas dan Kecamatan Bermani Ilir.
Dilihat dari segi sistem Agribisnis dan fasilitas yang ada, 3 kawasan yang mendapat prioritas pengembangan adalah Kecamatan Ujan Mas, Kecamatan
Kepahiang dan Kecamatan Tebet Karai. Dianawati 2004 dalam penelitiannya yang berjudul Fungsi Ekonomi
Kota Kecamatan dalam Pembangunan Wilayah Studi Kasus Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Dalam penelitian ini hirarki potensi sumber
daya alam dan hirarki ketersediaan fasilitas sosial ekonomi dikombinasikan dalam analisis limpitan sejajar, kemudian dicari hubungannya dengan menggunakan
korelasi rank Spearman. Analisis skalogram juga digunakan untuk menganalisis
fungsi ekonomi kota kecamatan sebagai pusat pertumbuhan kecil pedesaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan analisis scalogram,
kecamatan pusat pengembangan pada peringkat atas memiliki ketersediaan fasilitas pelayanan yang lebih baik dibandingkan pusat pengembangan pada
peringkat rendah. Triana 2009 melakukan penelitian dengan judul Analisis Dampak
Pemekaran Wilayah terhadap Pengelompokan Kecamatan berdasarkan beberapa Peubah Sosial Ekonomi di Kabupaten Bogor. Dalam penelitiannya menggunakan
analisis faktor dan analisis cluster dengan metode hirarki memperlihatkan bahwa dalam mengelompokkan wilayah Kabupaten Bogor berdasarkan beberapa peubah
sosial ekonomi, telah terjadi keragaman antar kecamatan yang disebabkan oleh dua faktor yaitu: 1 faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi; 2
faktor produksi padi. Saran bagi pemerintah daerah berdasarkan penelitian ini adalah pembangunan ekonomi dan pembangunan sarana sosial ekonomi
hendaknya diprioritaskan pada kecamatan yang termasuk pada Wilayah IV yang terdiri dari 17 kecamatan, wilayah paling tertinggal. Untuk wilayah yang
berpotensi dalam produksi padi diharapkan dapat dikembangkan industri yang mengolah hasil pertanian baik itu industri besar, sedang maupun industri kecil dan
kerajinan rumah tangga. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian
ini menentukan kecamatan yang merupakan pusat pelayanan yang tidak diteliti di penelitian sebelumnya dan berdasarkan hasil penelitian bahwa kecamatan dengan
peringkat tertinggi dalam potensi perdagangan, ketersediaan fasilitas dan
kepadatan penduduk tidak menempati peringkat tertinggi dalam potensi pertanian dan industri, hal ini menunjukkan telah terjadi pemisahan pusat industri, pusat
pertdagangan dan pusat pertanian. Sedangkan dalm penelitian sebelumnya kecamatan dengan peringkat tertinggi memiliki potensi tertinggi di semua potensi
wilayah.
2.3 Kerangka Pemikiran