kepadatan penduduk tidak menempati peringkat tertinggi dalam potensi pertanian dan industri, hal ini menunjukkan telah terjadi pemisahan pusat industri, pusat
pertdagangan dan pusat pertanian. Sedangkan dalm penelitian sebelumnya kecamatan dengan peringkat tertinggi memiliki potensi tertinggi di semua potensi
wilayah.
2.3 Kerangka Pemikiran
Dalam penyelenggaraan pemerintahan Indonesia menganut sistem desentralisasi, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah
untuk menyelenggarakan otonomi daerahnya. Hal ini tertuang dalam UU Nomor 22 tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Seiring berlakunya Undang-undang tersebut, maka setiap Pemerintah Daerah KabupatenKota dituntut untuk mampu mengidentifikasi
keunggulan wilayahnya. Keunggulan wilayah tersebut untuk selanjutnya harus dapat diarahkan dan dipadukan, serta dikembangkan secara terencana, sehingga
tercapai pengembangan wilayah yang optimal, yang tercermin dari luasnya kesempatan kerja dan berusaha, serta adanya insentif ekonomi yang
menguntungkan bagi berbagai pelaku ekonomi. Namun perbedaan potensi setiap wilayah menimbulkan permasalahan dalam
pemerataan pembangunan. Ketidakmerataan potensi awal diperkuat oleh kegiatan investasi yang cenderung terpusat pada wilayah dengan potensi tinggi dan wilayah
yang sudah berkembang. Kecamatan merupakan pusat pertumbuhan dan pelayanan kecil karena
pemerintahan di tingkat kecamatan paling dekat dengan masyarakat dan
merupakan suatu unit wilayah yang cukup memadai untuk satu unit pengembangan. Untuk menentukan kebijakan pembangunan yang tepat,
diperlukan identifikasi potensi masing-masing kecamatan. Pengidentifikasian tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran umum potensi dan fasilitas
umum setiap kecamatan yang dapat menjadi salah satu acuan kebijakan pembangunan pemerintah daerah.
Kerangka pemikiran dinyatakan dalam bentuk diagram pada Gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Potensi Kecamatan di Kota Bogor -
Pertanian -
Industri -
Penduduk -
Perdagangan, HotelRestoran
- Fasilitas Umum
Tidak Merata sehingga Terjadi Ketimpangan
Hubungan Antarsumberdaya
Wilayah Kecamatan Identifikasi Kecamatan Pusat
Pelayanan dan Kecamatan yang Berpotensi untuk dikembangkan
Identifikasi Potensi Kecamatan
Acuan Kebijakan Pembangunan Korelasi Spearman
Analisis Scalogram
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 J
enis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik berupa data hasil survei Potensi Desa Kota
Bogor tahun 2011, Kota Bogor Dalam Angka 2010, Kecamatan Bogor Selatan Dalam Angka 2010, Kecamatan Bogor Timur Dalam Angka 2010, Kecamatan
Bogor Utara Dalam Angka 2010, Kecamatan Bogor Tengah Dalam Angka 2010, Kecamatan Bogor Barat Dalam Angka 2010, Kecamatan Tanah Sareal Dalam
Angka 2010 dan Data Industri Besar Sedang Kota Bogor 2011.
4.2 Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan analilsis deskriptif dan analisis kuantitatif untuk menganalisis hubungan antar sumberdaya wilayah yang tersedia. Alat
analisis yang digunakan adalah analisis Scalogram untuk mengidentifikasi kelengkapan fasilitas suatu wilayah, dan metode korelasi peringkat Spearman
untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel yang dianalisis.
3.2.1 Analisis Scalogram
Analisis Scalogram bertujuan untuk mengidentifikasi kota-kota yang dapat dikelompokkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan berdasarkan fasilitas kota yang
tersedia Blakely, 1989. Semakin lengkap fasilitas pelayanan yang