Analisis Hubungan Potensi Wilayah

namun kepadatan penduduknya menempati peingkat kedua, hal ini berarti kecamatan ini memiliki daya tarik sebagai permukiman namun kualitas penduduknya masih belum memadai. Potensi industri kecamatan ini menduduki peringkat kedua karena di kecamatan Tanah Sareal ada PT Busana Perkasa yang memproduksi pakaian jadi mampu menyerap sebanyak 1910 pekerja yaitu di Kelurahan Tanah Sareal, PT Goodyear Indonesia yang mempoduksi ban mampu menyerap sebanyak 869 pekerja, PT Troas Indah Abadi yang juga memproduksi pakaian jadi mampu menyerap 680 pekerja dan CV. Panca Karya Makmur yang memproduksi celana dari bahan denim mampu menyerap 688 pekerja bertempat di Kelurahan Kedungwaringin.

4.3 Analisis Hubungan Potensi Wilayah

Untuk mengetahui hubungan antar potensi sumber daya wilayah dilakukan uji korelasi Spearman. Pengujian dilakukan antar keempat sumber daya wilayah dan antara sumber daya wilayah dengan fasilitas sosial ekonomi pemerintahan. Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Nilai Koefisien Korelasi Spearman Deskripsi Potensi Pertanian dan Industri 0.323 Cukup erat Potensi Pertanian dan Penduduk 0,688 Erat Potensi Pertanian dan Perdagangan 0,029 Tidak erat Potensi Pertanian dan Fasilitas 0,457 Cukup erat Industri dan Penduduk 0,086 Tidak erat Industri dan Perdagangan 0,829 Sangat Erat Industri dan Fasilitas 0,371 Cukup Erat Penduduk dan Perdagangan 0,143 Tidak Erat Penduduk dan Fasilitas 0,657 Erat Fasilitas dan Perdagangan 0,600 Erat Sumber: Data Diolah, 2011 Berdasakan koefisien korelasi rank spearman dapat dilihat beberapa hal: 1. Terdapat hubungan yang cukup erat antara potensi petanian dengan potensi industri. Hal ini menunjukkan bahwa pada beberapa kecamatan, industri dan pertanian memiliki peringkat yang sejalan, misalnya Kecamatan Bogor Tengah peringkat industri maupun peringkat pertaniannya yang paling rendah. Begitu pula dengan Kecamatan Tanah Sareal yang menempati peringkat kedua untuk pertanian maupun industrinya. Sedangkan kecamatan lainnya memiliki potensi pertanian dan industri yang berbanding terbalik seperti Kecamatan Bogor Utara yang memiliki industri terbesar namun potensi pertaniannya hanya di peringkat ke-4. 2. Terdapat hubungan yang erat antara potensi petanian dengan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Bogor Tengah namun potensi pertaniannya terendah, begitupun sebaliknya di Kecamatan Bogor Selatan dengan kepadatan terendah namun potensi pertaniannya tertinggi. 3. Terdapat hubungan yang tidak erat antara potensi pertanian dengan potensi perdagangan. Potensi perdagangan tertinggi di Kecamatan Bogor Tengah namun potensi pertaniannya terendah, begitupun sebaliknya di Kecamatan Bogor Selatan dengan potensi perdagangan terendah namun potensi pertaniannya tertinggi. 4. Terdapat hubungan yang cukup erat antara potensi pertanian dengan fasilitas umum. Fasilitas umum tertinggi di Kecamatan Bogor Tengah namun potensi pertaniannya terendah, begitupun sebaliknya di Kecamatan Bogor Selatan dengan potensi pertanian tertinggi namun fasilitas umumnya terendah. 5. Terdapat hubungan yang tidak erat antara potensi industri dengan kepadatan penduduk. Potensi industri tertinggi di Kecamatan Bogor Utara namun kepadatan penduduknya menempati peringkat keempat. Sedangkan Kecamatan Bogor Tengah dengan kepadatan tertinggi, namun potensi industrinya terendah. 6. Terdapat hubungan yang sangat erat antara potensi industri dengan perdagangan. Potensi industri tertinggi di Kecamatan Bogor Utara namun potensi perdagangannya menempati peringkat terendah. Begitu pula sebaliknya di kecamatan Bogor Tengah dengan potensi perdagangan tertinggi, namun potensi industri terendah. Hal ini menyiratkan bahwa pusat perdagangan terpisah dari pusat industri. 7. Terdapat hubungan yang erat antara potensi industri dengan fasilitas umum. Potensi industri tertinggi di Kecamatan Bogor Utara namun ketersediaan fasilitas umumnya menempati peringkat keempat. Sedangkan Kecamatan Bogor Tengah dengan fasilitas umum terlengkap namun potensi industrinya menempati peringkat terendah. Hal ini berarti potensi industri belum didukung fasilitas memadai. 8. Terdapat hubungan yang tidak erat antara kepadatan penduduk dengan perdagangan. Kecamatan Bogor Tengah dengan kepadatan penduduk dan potensi perdagangan tertinggi, sedangkan kecamatan lainnya memiliki potensi perdagangan cukup tinggi dan kepadatan yang rendah seperti di Kecamatan Bogor Barat. 9. Terdapat hubungan yang erat antara kepadatan penduduk dengan fasilitas. Kecamatan Bogor Tengah dengan kepadatan tinggi mempunyai fasilitas umum yang tinggi pula. Sebaliknya Kecamatan Bogor Selatan dengan kepadatan terendah memiliki fasilitas terendah pula. Hal ini memnunjukkan bahwa penduduk cenderung terkonsentrasi pada daerah yang lengkap fasilitasnya. Temuan ini sesuai dengan penelitian Dianawati 2004 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara fasilitas dan kepadatan penduduk. 10. Terdapat hubungan yang erat antara kepadatan penduduk dengan pedagangan. Kecamatan Bogor Tengah dengan kepadatan tinggi mempunyai potensi pedagangan yang tinggi pula. Sebaliknya Kecamatan Bogor Timur dengan kepadatan rendah memiliki fasilitas perdagangan yang masih rendah dibandingkan kecamatan lainnya. Hal ini memnunjukkan bahwa penduduk cenderung terkonsentrasi pada daerah yang perdagangannya memadai untuk mengefisienkan perjalanan mereka, sehingga dengan tinggal di daerah dengan potensi perdagangan tinggi maka perjalanan mereka untuk memenuhi kebutuhannya semakin sedikit dan cepat. Temuan ini sesuai dengan penelitian Dianawati 2004 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara ekonomi dan kepadatan penduduk. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Dusseldorf 1971 bahwa wilayah dengan fungsi pusat pelayanan adalah yang memiliki fungsi pelayanan yang tercermin dari keterediaan fasilitas umum, fungsi pemukiman yang tercermin dari kepadatan penduduk dan fungsi ekonomi yang tercermin dari potensi perdagangan, hotel dan restoran.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Berdasarkan analisis hirarki potensi pertanian, kecamatan dengan potensi pertanian tertinggi adalah kecamatan Bogor Selatan dilihat dari luas lahan pertanian terbesar dan produksi peternakan unggasnya paling besar dibandingkan kecamatan lainnya. 2. Berdasarkan analisis hirarki potensi industri, kecamatan dengan potensi industri tertinggi adalah kecamatan Bogor Utara karena mampu menyerap 9553 pekerja yang tersebar di berbagai industri terutama industri pakaian jadi dan funiture. 3. Berdasarkan analisis hirarki perdagangan, hotel dan restoran, kecamatan dengan potensi perdagangan, hotel dan restoran tertinggi adala Kecamatan Bogo Tengah yang didukung oleh pusat perbelanjaan yang banyak, hotel- hotel berbintang dan restoran serta kedai makanan yang banyak. 4. Berdasarkan analisis scalogram terhadap ketesediaan fasilitas umum, fasilitas umum tertinggi berada di Kecamatan Bogor Tengah. Selain sebagai pusat kota, di kecamatan ini juga kepadatan penduduknya tertinggi sehingga kelengkapan fasilitas merupakan daya tarik permukiman. 5. Hubungan yang sangat erat terjadi antara industri dan perdagangan yang menunjukkan pusat industri besar terpisah dari pusat perdagangan.